Berita mengenai Air Asia QZ8501 yang hilang kontak dalam perjalanannya dari Surabaya ke Singapura menyentakkan kita. Kembali kita berduka manakala bencana menimpa sesama saudara kita yang seharusnya sedang menikmati liburan mereka bersama keluarga, harus berada dalam kesedihan. Faktor cuaca yaitu awan cumulonimbus dituding menjadi penyebab bagi hilang kendalinya pesawat Air Bus A320-200 yang membawa 155 penumpang tersebut.
Kita patut menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas apa yang terjadi pada pesawat ini. Kita patut menyampaikan bahwa ini adalah tragedi besar kita. 155 orang penumpang adalah mereka yang menjadi bagian dari kita juga.
Dunia penerbangan memang bukan kali ini saja berduka. Salah satu yang terjadi adalah pada Adam Air. Kecelakaan yang terjadi pada pesawat maskapai yang sudah tutup tersebut diduga terjadi karena kerusakan alat navigasi pesawat. Kecelakaan tersebut terjadi persis pada awal tahun 2007. Runtuhan pesawat dan kotak hitam baru ditemukan 8 bulan kemudian.
Sedari awal, pemerintah memang sudah bekerja keras menangani hilang kontaknya Air Asia ini. Pemerintah telah menyusun koordinasi melalui Basarnas dengan melibatkan Kementrian Perhubungan, TNI AU dan TNI AL, serta seluruh elemen yang terlibat. Pencarian kotak hitam untuk mengungkapkan penyebab terjadinya kecelakaan akan memakan waktu yang jelas tidak sedikit.
Pencarian kotak hitam nantinya memang akan melibatkan BPPT. BPPT memiliki kapal canggih dengan kemampuan sensor khusus. Kapal tersebut mampu mencari kapal atau pesawat yang tenggelam di dasar laut, termasuk Adam Air Boeing 737 yang tenggelam pada tahun 2007 tersebut.
Dari kejadian di atas kita semakin mengerti betapa pentingnya memastikan bahwa seluruh komponen keselamatan penerbangan bekerja sebagaimana mestinya. Kesalahan sedikit pun bisa menyebabkan kecelakaan bahkan kehilangan nyawa penumpang. Pesawat terbang adalah moda transportasi yang dirancang untuk dioperasikan dengan penuh kehati-hatian. Dan karena itu pengelolaannya harus dipastikan sesuai dengan prosedur yang sebenarnya. Kita mengerti benar bahwa bencana tidak bisa diduga, dan karena itu kita harus memastikan bahwa seluruh pesawat terbang yang ada dan beroperasi harus benar-benar dalam kondisi laik terbang. Apalagi sekarang ini cuaca sangat tidak bersahabat. Ini jelas menuntut pemerintah selaku pengelola operator penerbangan untuk meningkatkan kewaspadaan dan security pada seluruh penerbangan yang sedang berada dalam masa peak season ini.
Para penumpang juga perlu ditingkatkan ketaatannya pada keselamatan penerbangan. Banyak bandara sekarang ini membiarkan para penumpang melanggar aturan yang telah ditentukan. Saat ini penegakan aturan harus ditingkatkan.
Yang juga patut kita pikirkan berikutnya adalah pada kemampuan penanganan bencana penerbangan kita. Kita patut mengapresiasi respon yang cepat dari seluruh elemen yang terlibat di dalam pencarian pesawat Air Asia ini. Tetapi untuk mendorong kemampuan elemen tersebut, perlu dipikirkan peningkatan kemampuan teknologi. BPPT misalnya mengoperasikan kapal yang memiliki kemampuan khusus tadi, sambil menggunakannya untuk kepentingan survei. Tentu saja ini memiliki keterbatasan khusus. Harus dipikirkan bagaimana mendorong supaya kapal-kapal seperti ini bisa kita miliki lebih banyak lagi. Teknologi amat membantu dalam menangani bencana.
Duka Air Asia, duka kita bersama. (
***)