Peresmian
Terowongan Silaturahim oleh
Presiden Prabowo Subianto merupakan sebuah momen yang tidak hanya menandai pencapaian infrastruktur fisik, tetapi juga merepresentasikan simbol persatuan dan toleransi dalam
keberagaman Indonesia. Terowongan ini, yang menghubungkan dua wilayah yang sebelumnya terpisah, kini menjadi lambang nyata dari semangat gotong royong dan kemajemukan yang telah lama menjadi identitas bangsa kita. Presiden Prabowo dalam sambutannya menekankan bahwa "semua agama memiliki saham di Indonesia."
Pernyataan ini bukan sekadar retorika politik, melainkan sebuah pengakuan yang tulus atas kontribusi berharga dari seluruh elemen masyarakat dalam membentuk jati diri bangsa. Indonesia, dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu," sejak lama dikenal sebagai sebuah negeri dengan pluralitas suku, agama, ras, dan budaya.
Terowongan Silaturahim, dalam konteks ini, menjadi jembatan fisik dan simbolis yang menghubungkan berbagai perbedaan tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnis dan bahasa yang berbeda, serta enam agama resmi yang diakui. Keberagaman ini, meski seringkali menjadi tantangan, sejatinya adalah kekayaan yang tak ternilai. Setiap agama di Indonesia, mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, hingga Konghucu, telah berkontribusi dalam membangun negeri ini dengan nilai-nilai luhur masing-masing.
Baca Juga:
Islam, misalnya, menawarkan prinsip perdamaian dan keadilan, sementara Kristen dan Katolik menekankan kasih dan pengabdian. Hindu dan Buddha membawa ajaran tentang harmoni dan keseimbangan, sedangkan Konghucu menanamkan nilai-nilai kebajikan dan kebijaksanaan.Dalam konteks pembangunan nasional, keragaman ini menjadi modal sosial yang sangat penting.
Semangat saling menghormati dan toleransi antar umat beragama memungkinkan terciptanya stabilitas sosial yang kondusif bagi pembangunan.
Terowongan Silaturahim, dalam hal ini, adalah wujud nyata dari kolaborasi lintas agama dan budaya. Proyek ini terwujud berkat sinergi antara pemerintah, komunitas lokal, dan berbagai pihak yang beragam, yang bersama-sama bekerja untuk kepentingan bersama.
Baca Juga:
Namun, peresmian terowongan ini juga harus menjadi pengingat akan tanggung jawab kita sebagai bangsa yang majemuk. Tantangan untuk menjaga harmoni dalam keragaman tetap ada. Isu-isu seperti intoleransi, diskriminasi, dan konflik berbasis identitas masih menjadi ancaman yang nyata. Oleh karena itu, diperlukan upaya berkelanjutan untuk memupuk rasa saling pengertian dan menghargai di antara berbagai kelompok masyarakat.
Pendidikan toleransi dan dialog antaragama harus terus digalakkan, baik melalui lembaga pendidikan formal, kegiatan sosial, maupun media massa. Membuka ruang bagi dialog yang konstruktif dan inklusif akan membantu mengatasi kesalahpahaman dan prasangka yang dapat memecah belah. Selain itu, kebijakan pemerintah yang adil dan tidak diskriminatif sangat penting untuk memastikan bahwa semua warga negara mendapatkan hak yang sama tanpa memandang latar belakang agama atau etnis.
Terowongan Silaturahim juga mengingatkan kita bahwa pembangunan fisik harus selalu diiringi dengan pembangunan karakter dan moral bangsa. Infrastruktur yang kokoh perlu didukung oleh masyarakat yang memiliki integritas, saling percaya, dan komitmen untuk menjaga persatuan. Kita harus memastikan bahwa pembangunan ini memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan seluruh rakyat, bukan hanya segelintir pihak.
Peresmian
Terowongan Silaturahim adalah momentum berharga untuk merayakan kebhinekaan Indonesia. Dalam semangat "Bhinneka Tunggal Ika," mari kita jadikan terowongan ini sebagai simbol persatuan, pengingat akan kekuatan keragaman, dan pendorong untuk terus bekerja sama dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan kebersamaan, kita dapat mewujudkan cita-cita bangsa yang adil, makmur, dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya.(**)