Mengelola harapan bersama merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu, dalam melakukan pekerjaan apapun, integritas, komitmen, dan kesadaran penuh adalah kata kunci. Untuk menghadapi tahun 2015, komitmen bersama dan integritas semua komponen anak bangsa sangat dibutuhkan. Apalagi dengan Presiden baru sejumlah pengharapan sangat dibutuhkan bangsa ini menuju kejayaan sebuah bangsa.
Bangsa kita sudah memasuki tahun 2015, tentu kalimat yang kita ucapkan adalah selamat tinggal tahun 2014. Definisi selamat tinggal tentu dalam. Bisa melupakan, bisa kenangan, bisa koreksi. Lantas, kita di posisi mana? Apakah sebagai kenangan, koreksi, atau masa lalu yang kelam. Yang pasti waktu yang sudah berlalu adalah bahan evaluasi bagi kita semua. Kesalahan, kekurangan, kelemahan, dan berbagai perilaku negatif lainnya untuk diperbaiki demi kemjuan di masa datang. Sejarah memang sangat sulit kita lupakan, bagaimana kita mau melakukan pembaruan sehingga langkah kita ke depan akan lebih baik adalah hal yang harus kita lakukan.
Dalam konteks berbangsa dan bernegara, tantangan kita yang paling besar saat ini adalah korupsi. Korupsi kita yakini sebagai akar segala akar dari permasalahan bangsa ini. Bahkan dalam UU secara legal formal sudah dirumuskan bahwa korupsi adalah extra ordinary crime (kejahatan kemanusiaan). Dari sini dapat kita simpulkan tidak ada alasan negara melakukan pembiaran mengenai masalah korupsi. Lantas, mengapa pemberantasan korupsi tidak pernah efektif?
Bahkan untuk melakukan proses pemberkasan (administratif) saja sangat sulit oleh lembaga yang berwenang. Sampai sekarang misalnya masalah Bank Century belum punya titik terang menuju penyelesaian yang jelas. Energi kita dalam memberantas korupsi terseret habis hanya mengurus masalah yang bersifat teknis belaka, akhirnya substansi pemberantasan korupsi jadi terabaikan. Bahkan ironisnya lagi, banyak jaksa, hakim, Polri yang jadi bagian dari masalah korupsi. Ini tentu akan memperlambat pemberantasan korupsi yang kita harapkan berlangsung secara revolusioner.
Bagaimana pemerintahan kita, apakah segala kelemahan pada tahun 2014 akan kembali terulang? Adakah pertobatan atau perubahan massal dari semua aparat pemerintah dalam menjadikan dirinya sebagai aparat pemerintahan yang sesungguhnya? Raport pemerintah kita selama ini sangat jelek. Dalam berbagai hal kita diperhadapkan pada penilaian yang sangat rendah. Mulai dari indeks pembangunan manusia (IPM), indeks prestasi korupsi (IPK), sampai indeks kualitas pendidikan.
Di Asia Tenggara saja kita tidak bisa masuk ke level yang lebih baik. Negara-negara sekelas Vietnam dan Myanmar selalu menyalip kita dalam banyak hal.
Artinya mereka melakukan berbagai gebrakan yang masuk pada substansi permasalahan. Perjalanan mereka sebagai sebuah nation state lebih baik dari kita.
Apa yang membuat ini bisa terjadi? Semua dimulai dari kata "niat" dan "keinginan". Negara yang tidak dikelola dengan niat dan keinginan yang baik, tulus, dan jujur tidak akan berhasil dengan baik. Negara dikelola dengan tujuan koncoisme, KKN dan lain sebagainya hanya akan menunggu gerbang kehancuran.
Harapan kita di tahun 2015 ini, watak feodal aparatur pemerintah terkikis habis, mental korup ditinggalkan, integritas dan komitmen bersama ditingkatkan, sehingga segala upaya dilakukan untuk memperbaiki keadaan bangsa ini yang sudah terlanjur darurat. Kita harapkan dengan mengucapkan selamat tinggal di tahun 2014 maka akan ada harapan yang lebih baik di tahun 2015. Kita perlu membangun optimisme dalam rangka memasuki tahun 2015 dengan semangat baru untuk membangun harapan baru. Dalam hal ini penguatan karakter, pembaharuan mental yang paling utama sebagai kata kunci
. (#)