Penembakan yang terjadi di Paris dimana kantor majalah mingguan Charlie Hebdo yang dilakukan oleh kaum militan dan membuat korban jiwa sangat kita sayangkan. Ini jadi pembelajaran yang "maha penting" bagi semua negara di dunia betapa terorisme merupakan ancaman kemanusiaan yang bersifat universal yang bisa terjadi di negara mana pun. Untuk itu, kebulatan tekad, strategi global dan kemitraan global untuk memberantas segala bentuk terorisme harus dilakukan. Artinya, perang melawan terorisme adalah pekerjaan yang bersifat kolektif kolegial.
Tidak ada ruang bagi terorisme, begitulah topik yang harus disepakati oleh semua negara. Terorisme yang memanfaatkan nama agama sangat kita sayangkan. Pemahaman nilai agama yang sangat dangkal dan agama dijadikan tameng adalah kemunduran. Para tokoh semua agama telah menyepakati, tidak ada ruang untuk terorisme yang menyeret agama. Semua agama di dunia mengajarkan nilai kemanusiaan universal. Toleransi, cinta sesama, kejujuran dan kasih adalah inti ajaran semua agama. Dari sini dapat kita simak betapa hubungan agama dengan terorisme memang tidak ada. Hanya saja pelaku teror sering menyeret agama, padahal apa yang mereka lakukan justru bukan membela nilai agama, justru mendestruksi nilai agama.
Saat ini di berbagai belahan dunia muncul berbagai organisasi sayap terorisme yang seringkali menabur kebencian. Boko Haram di Nigeria saat ini terus melakukan berbagai pembunuhan dan perampokan. Taliban di Afganistan, Al Shabab di Somalia, dan juga gerakan ISIS telah membawa korban jiwa yang tidak sedikit. Bahkan biaya yang dikeluarkan oleh negara untuk memberantas gerakan radikal ini juga tidak sedikit.
Kucuran dana oleh negara-negara maju dan juga energi negara yang bersangkutan bukanlah tidak besar. Bisa kita bayangkan jika biaya yang dikeluarkan untuk memberantas terorisme ini dipergunakan untuk membangun infrastruktur (sekolah, jalan, sarana air minum, listrik) tentu manfaatnya akan sangat besar. Tetapi itulah realita yang kita lihat, betapa terorisme jadi ancaman yang bersifat global.
PBB, bahkan organisasi global lainnya perlu satu pandangan mengenai pemberantasan terorisme ini sehingga tidak ada ruang bagi segala bentuk terorisme.
Dengan adanya kesepakatan global mengenai ancaman bahaya terorisme ini semua negara akan melakukan berbagai upaya melakukan pengejaran, penumpasan yang bersifat kolektif untuk mempersempit ruang gerak terorisme.
Dunia tidak akan nyaman jika gerakan -gerakan radikal ini masih dibiarkan hidup. Penderitaan para korban terorisme ini juga penderitaan kita. Siapapun manusia yang menderita wajib ditolong tanpa harus melihat latar belakang suku, agama, warna kulit dan asalnya. Sudah jadi tanggung jawab bersama untuk bisa memahami penderitaan orang lain.
Apa pun latar belakang gerakan terorisme ini, semua negara hendaknya tidak memberikan ruang sedikit pun pada mereka. Dengan demikian, gerakan mereka akan semakin sempit.
Ruang mereka yang sempit tentu mempercepat pemutusan jaringan mereka. Memang terorisme sangat lihai dalam membangun jaringan di semua negara. Jadi perlu strategi khusus dan kesamaan pandangan antar negara untuk memberantas aksi teror ini. Sekali lagi, semua negara harus mengatakan visi dan misi yang sama, "tidak ada ruang untuk terorisme".
(#)