Perjalanan kenegaraan Presiden Jokowi ke Republik Rakyat Tiongkok termasuk mengunjungi pusat transportasi kereta api (railway company) di sana. Presiden dan rombongan mencoba naik kereta api khusus Light Rail Transit (LRT) menuju Terminal Dongzhimen Station.
Perjalanan yang dengan kendaraan roda empat menempuh jarak satu jam itu dengan menggunakan LRT hanya sekitar 20-an menit. Itupun mengangkut rombongan yang cukup banyak dalam satu waktu.
Di akhir perjalanan, Presiden Jokowi mengatakan bahwa konsep tranportasi massal harus segera dibangun di Indonesia, baik itu LRT, atau Mass Rapid Transit (MRT). Kota-kota besar di Indonesia mulai macet dan padat, sambil menyebut beberapa di antaranya termasuk Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar dan Medan.
Hampir semua kota besar di Indonesia memang saat ini dilanda oleh kemacetan yang luar biasa parahnya. Terutama di Jakarta. Kemacetan sudah sangat menyita produktivitas warga dan menjadikan kota tersebut semakin tidak nyaman.
Kondisi yang serupa memang terlihat di mana-mana, termasuk di Kota Medan. 10 tahun yang lalu kita masih bisa berkendaraan roda empat dengan bebas kemanapun tanpa khawatir kemacetan akan membuat kita terlambat. Sekarang, apalagi di jam sibuk, seluruh kota terkepung oleh kendaraan yang semakin banyak jumlahnya.
Solusi untuk memperlebar jalan memang hampir mustahil dilakukan di kota besar yang sudah sangat sempit lahannya. Maka solusi transportasi massal sangat jitu untuk menjadi terobosan bagi kota yang terkepung kemacetan. Di Jakarta, sekarang ini alat untuk mengebor bawah tanah khusus dari Jepang telah dipersiapkan untuk membuat terowongan bawah tanah dalam mempercepat pembangunan MRT. Mesin pengebor bawah tanah tersebut, tunnel boring machine, akan menggali tanah sekalipus mengambil tanah tersebut untuk mempecepat penggalian. Diperlukan waktu dua tahun untuk membangun MRT dari Jalan Sudirman sampai dengan Bundaran HI, Jakarta.
Solusi busway ternyata belum cukup ampuh untuk menekan kemacetan di sana. Antisipasi yang sama harus segera dipikirkan oleh kota lain termasuk Medan.
Rekayasa lalu lintas sudah tidak ampuh lagi. Ada kesan, Dinas Perhubungan Kota Medan hanya bekerja menambah lalu lintas tanpa memikirkan solusi lain. Ada saja lampu lalu lintas yang kini ditambah di seantero Kota Medan. Pengendara yang terbiasa tanpa lampu lalu lintas akan menerobosnya begitu saja meski lampu menunjukkan warna merah.
Dibutuhkan solusi setidaknya secara bertahap untuk mengendalikan kemacetan ini. Kota Medan dan kota lainnya masih bisa berbenah dengan menggunakan jalur bis khusus yang di Jakarta dikenal sebagai busway. Jalur ini sudah dibangun di beberapa kota semisal Jogjakarta dan efektif untuk menjadi solusi kemacetan. Di beberapa wilayah di Kota Medan sudah dibangun beberapa terminal seolah untuk busway, tetapi entah kenapa terminal tersebut dibiarkan begitu saja dibangun tanpa digunakan seolah uang kas daerah sudah cukup berlebih untuk dihamburkan begitu saja.
Pemerintah pusat harus mendorong dan jika perlu memaksa setiap daerah untuk mengadopsi rencana penting Presiden Jokowi ini. Dengan membangun moda transportasi massal, menggerakkan BUMN akan lebih mudah untuk terlibat lebih aktif. Demikian juga dengan sektor lain akan bergerak dan pada saat yang sama akan menjadi modal meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Medan, dan kota-kota lain, jangan menunggu terjadinya situasi seperti di Jakarta, yang solusi kemacetannya harus membangun MRT di bawah tanah. (***)