Keindahan Danau Toba tidak perlu diperdebatkan lagi. Para ahli memperkirakan Kaldera Toba merupakan produk letusan gunung api besar yang terjadi sekitar 74.000 tahun lalu, letusan yang paling dasyat dalam kurang lebih 2 juta tahun terakhir. Volume materi vulkanik sekitar 2.800 kilometer kubik yang tersebar di berbagai belahan bumi dan yang merubah drastis kehidupan manusia di bumi.
Akibat letusan Gunung Api Toba, terbentuk Pulau Samosir yang terangkat dari perut bumi dan kaldera yang terisi air hujan yang kemudian dikenal sebagai Danau Toba. Danau yang amat indah tersebut ternyata merupakan sebuah mahakarya kedahsyatan fenomena alam. Banyak hal yang bisa dipelajari dari kawasan Danau Toba, dan tidak terbatas hanya mengagumi keelokannya.
Pada tanggal 27 Maret 2014 lalu, kawasan wisata Danau Toba telah diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Geopark Nasional Kaldera Toba, yang merupakan langkah penting menjadikan Danau Toba sebagai taman bumi dunia yang termasuk dalam Global Geopark Network (GGN) Unesco. Sampai saat ini, ada 78 geopark dari 25 negara yang ditetapkan Unesco. Di Indonesia, baru Danau Batur Bali yang sudah ditetapkan sebagai GGN.
Dengan menjadi geopark dunia, Kaldera Toba akan memiliki fungsi konservasi, edukasi dan pengembangan masyarakat melalui kegiatan pariwisata dunia yang berkelanjutan. Kondisi Danau Toba memang harus ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. Untuk bisa menjadi GGN, memang harus ada perbaikan dan penyempurnaan di sana-sini.
Jika Geopark Danau Toba terwujud, diperkirakan setiap tahun sebanyak 500.000 wisatawan berkunjung. Ini akan menciptakan multiplier effect, bukan saja mendatangkan devisa bagi negara, tetapi secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar Danau Toba. Zaman keemasan Danau Toba di era 1980-an akan kembali, bahkan lebih dahsyat lagi, ekonomi rakyat akan menggeliat kembali, hotel dan restoran bergairah, dan ragam ekonomi kreatif lainnya.
Namun, perjuangan mewujudkan Danau Toba masuk ke dalam Global Geopark Network (GGN) Unesco masih memerlukan beberapa prasyarat, antara lain infrastruktur, kesiapan masyarakat, dukungan pemerintah daerah dan pusat serta semua stakeholder. Perlu upaya yang serius dan berkelanjutan dari semua pihak untuk mendorong proses ini.
Memang sudah banyak pihak yang menyuarakan dukungan terhadap Danau Toba sebagai Global Geopark Network (GGN) Unesco, tapi akan lebih baik lagi jika semua kekuatan yang ada disinergikan untuk mendorong pemerintah, Unesco dan pihak yang terkait agar segera mewujudkannya. Pemerintah daerah dan pusat harus memberi atensi sepenuh hati agar Unesco berkenan menetapkan Danau Toba sebagai Geopark Global Network (GGN).
Kita mengimbau semua kepala daerah di kawasan Danau Toba dan Pemprovsu tidak lagi mengedepankan ego masing-masing. Mereka harus bisa menggerakkan semua potensi yang ada, yang antara lain terdiri atas masyarakat sekitar plus perantau agar memberi dukungan, baik moril dan materil agar Danau Toba memenuhi syarat menjadi GGN. Ini tugas besar dan tak mungkin hanya satu kabupaten saja yang mewujudkannya.
Semua harus terlibat aktif, dalam waktu dekat akan turun ke Danau Toba untuk melakukan penilaian akhir. Dalam masa yang relatif singkat, Gubernur diharapkan menggunakan kewenangannya untuk memimpin langsung kepala daerah sekawasan Danau Toba agar sama-sama serius menyambut tim penilai dari Unesco, sekaligus menggolkannya menjadi taman bumi dunia.
(***)