Hari ini umat Kristiani merayakan Jumat Agung. Hari ini Yesus Kristus disalibkan di bawah kekuasaan manusia yang berkonspirasi membunuh suarakebenaran yang dibawa oleh-Nya. Sementara itu, meski diberikan pilihan, mayoritas suara waktu itu memilih membebaskan penjahat, demi menyalibkan Tuhan Yesus.
Hari-hari ini kita juga menyaksikan bagaimana kejahatan manusia semakin merajalela dan tersebar luas. Manusia telah menyalibkan kemanusiaannya sendiri dan menggantikannya dengan kejahatan yang sangat luar biasa.
Kejadian pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, pencurian dan lain sebagainya yang terjadi setiap hari adalah bukti betapa kejahatan manusia itu lebih diinginkan daripada melakukan kebenaran. Manusia tidak lagi menghendaki kebaikan, sebaliknya lebih sering menyukai mengekspresikan kejahatan.
Bukan hanya itu. Nurani pun tak lagi dipegang. Padahal hanya itu yang bisa membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ada ibu membunuh anaknya atau sebaliknya, bahkan ayah memperkosa anaknya sendiri. Yang direncanakan adalah kejahatan untuk mencederai orang lain dan mengambil alih yang bukan haknya. Ini semuanya memperlihatkan manusia sudah jauh bahkan terlalu jauh melangkah dari sifat manusianya sendiri.
Ketika ada orang bersuara mengenai kebenaran, orang tersebut dibenci. Hari-hari ini kita menyaksikan hal tersebut. Ahok, sosok yang ingin melakukan kebaikan dan memperjuangkan kebaikan itu sendiri, malah dibenci oleh banyak pihak.
Ahok yang bicara soal kejujuran malah dituding berbuat yang tidak baik dan hendak dilengserkan. Ahok yang hendak membuat masyarakat menjadi lebih manusiawi, malah dihina dengan perkataan yang sangat kasar dan merendahkan. Apa artinya semuanya ini? Kejahatan manusia sudah merasuk sampai ke nuraninya. Manusia hampir-hampir tidak lagi memiliki nurani.
Mereka yang berjuang untuk kebaikan juga bahkan dinista oleh konspirasi kejahatan. Sosok-sosok yang jujur, dijadikan target untuk dijadikan pesakitan dan kalau perlu dibungkam. Benarlah, penyaliban kebenaran itu bukan hanya terjadi pada Tuhan Yesus, tetapi juga pada makna kebenaran yang dibawahnya, hingga sekarang.
Inilah yang membuat bangsa ini terpuruk dan susah maju. Perbuatan jahat lebih disukai dan dinikmati. Seorang kritikus menyatakan bahwa seharusnya "koruptor dipotong tangannya", ini malah "dipotong hukumannya". Remisi dan berbagai kenikmatan lain amat murah hati diberikan pada pelaku kejahatan yang telah merugikan banyak orang sekalipun.
Kita harus kembali memandang persoalan ini bukan hanya dari kacamata kekristenan. Kebenaran adalah sebuah perjuangan bersama apapun agamanya. Tetapi bagi umat Kristen ini adalah sebuah keharusan karena di dalam ajaran Kristiani, telah ada teladan bagaimana kebenaran dihujat, yaitu Tuhan Yesus sendiri.
Semoga Jumat Agung ini bisa berjalan lancar, dan refleksinya memberikan inspirasi kepada umat Kristen untuk berbuat lebih lagi, lebih berani, lebih sungguh-sungguh, dan lebih terdepan, di dalam menegakkan kebenaran.
(***)