Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 15 Juli 2025

KAA dan Perang Terhadap Terorisme

- Rabu, 22 April 2015 10:43 WIB
316 view
KAA dan Perang Terhadap Terorisme
Menjelang penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Bandung, kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yaman kena bom. Memang belum ada bukti yang mengaitkan dua peristiwa ini. Namun aksi teror ini tak bisa dianggap remeh, sebab langsung ditujukan ke simbol negara Indonesia di luar negeri, yakni KBRI.

Serangan tersebut membuktikan bahwa teroris tidak memilah-milah sasarannya. Teroris juga tak terkait dengan agama tertentu. Siapa saja yang dianggap  lawan dari agama mana pun, halal untuk dihancurkan.

Bisa saja aksi teror tersebut karena sikap dan tindakan pemerintah yang konsisten memberantas aksi radikalisme di Indonesia. Apalagi beberapa waktu lalu ada yang ditembak dan ditangkap  beberapa pemimpin teroris yang diyakini bagian dari jaringan internasional. Besar kemungkinan pengeboman KBRI di Yaman merupakan bagian dari aksi balas dendam.

Menyikapi serangan ke simbol negara ini, maka pemerintah harus lebih serius memerangi terorisme. Kelompok yang menyebarkan paham radikalisme dan mengajarkan aksi teror harus dibasmi dari bumi Indonesia, sampai ke akar-akarnya. Deteksi dini dan pencegahan aksi teror harus diperkuat dengan memadukan kekuatan yang dimiliki Polri dibantu TNI.

Indonesia harus berada di garis terdepan memerangi terorisme yang secara nyata mengancam perdamaian dunia. Pembukaan UUD 1945 telah mengamanatkan Indonesia harus berperan aktif menciptakan dan menjaga perdamaian dunia. Pemerintah harus menerjemahkannya dengan berperan aktif dalam forum dunia menggalang kekuatan internasional melawan terorisme.

Peran tersebut bisa dengan mengusung tema perang melawan terorisme di berbagai forum internasional. Pemimpin negara-negara Asia Afrika yang berkumpul di Indonesia merupakan kesempatan langka yang sayang dibiarkan berlalu begitu saja tanpa hasil yang berdampak ke perdamaian dunia.

Ajang perayaan 60 tahun Konferensi Asia Afrika yang salah satu penggagasnya Presiden RI Pertama, Soekarno yang digelar di Bandung, sebaiknya dimanfaatkan Presiden Jokowi untuk menegaskan posisi Indonesia di panggung Internasional. Indonesia tidak menolerir setiap upaya merusak perdamaian dunia yang dilakukan teroris. Indonesia tak cukup hanya memerangi teroris di tingkatan nasional, tetapi ikut aktif melawan di tingkat internasional.

Indonesia perlu mendorong KAA membicarakan dan membuat rekomendasi strategis internasional melawan terorisme. Sebab teror tidak lagi hanya menyasar negara Barat seperti Amerika, dan Eropa. Siapa saja atau negara mana saja, bisa menjadi sasaran berikutnya.

Dunia harus bersatu melawan terorisme. Negara-negara tak efektif lagi bergerak secara sendiri-sendiri. Sebab jaringan terorisme sudah mengglobal. Selalu ada keterkaitan pelaku teror di suatu negara dengan negara lain, paling tidak dalam hal pendanaan. Ini ancaman bagi perdamaian dunia! (**)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru