Saat pegiat Danau Toba sedang berjuang menggolkan ciptaan Tuhan yang luarbiasa itu menjadi Global Geopark Network (GGN) Unesco, kabar duka datang dari Kecamatan Muara, Tapanuli Utara. Puluhan hektare hutan lindung di kawasan tersebut dibabat. Padahal hutan tersebut merupakan penyangga bagi Danau Toba, yang seluruh dunia mengaguminya.
Danau Toba adalah anugerah Tuhan bagi dunia, bukan hanya untuk orang Batak saja. Keindahannya telah telah terdengar sampai ke ujung bumi. Banyak orang yang ingin datang ke Danau Toba, untuk melihat dan menikmati keeksotikan alamnya.
Danau Toba merupakan bukti otentik yang dihasilkan setelah Gunung Toba meletus dan mengubah sejarah dunia. Sangat sayang sekali jika alam yang indah dan memiliki nilai sejarah dirusak orang-orang yang bertanggung jawab. Harus disadari bahwa merusak hutan di sekitar Danau Toba berarti merusak danau indah yang di tengahnya ada Pulau Samosir tersebut.
Meski Danau Toba masuk jenis danau volcano, sebagian besar pasokan airnya berasal dari sungai-sungai kecil. Banyak sungai tersebut sekarang menjadi kering karena hutan sekitarnya sudah rusak. Jadi nasib Danau Toba sangat tergantung kelestarian hutan sekitarnya. Tak mustahil suatu saat Danau Toba menjadi kering kerontang karena tak ada kepedulian menjaga hutan.
Masyarakat Danau Toba harus berada di garis terdepan untuk menjaga kelestarian hutan. Jangan biarkan hutan dijarah maling kayu. Mari buka mata dan telinga, jika mengetahui ada pembalakan, laporkan ke kepala desa atau ke pos polisi terdekat. Suarakan ke media massa dan media sosial, supaya mendapat tanggapan dari pemerintah.
Kita mengapresiasi respons gereja HKBP atas pemberitaan Harian SIB tentang perambahan hutan lindung di Kecamatan Muara. HKBP langsung turun ke lokasi dan menyaksikan sendiri kebenaran berita tersebut. Diharapkan elemen masyarakat lainnya mengikuti langkah tersebut.
Pemerintah memiliki keterbatasan untuk menjaga hutan. Aparat dan sarana prasarana polisi kehutanan masih sangat minim. Setiap harinya yang tinggal di sekitar hutan adalah masyarakat setempat. Warga harus proaktif menjaga hutan sebagai wujud kecintaan terhadap Danau Toba.
Pemerintah takkan mampu menjaga hutan tanpa bantuan masyarakat. Kita berharap aparat tanggap dan sigap menindaklanjuti laporan yang masuk. Sebab sering warga enggan melapor karena pesimistis pengaduannya ditindaklanjuti.
Gereja dan tokoh-tokoh agama sebaiknya mengagendakan kampanye menjaga kelestarian hutan sekitar Danau Toba. Menjaga hutan juga merupakan bagian dari ibadah, sebab Tuhan telah memberi tanggung jawab bagi manusia mengelola dan menjaga alam ciptaan Tuhan.
(**)