Indonesia memiliki potensi pertanian yang luar biasa, dibanding negara-negara lain, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan Myanmar. Sebab lahan pertanian di negeri ini masih sangat luas, meski setiap hari tergerus karena alih fungsi menjadi pemukiman, pertokoan dan perkantoran. Tanahnya terkenal subur yang ditopang iklim dan cuaca yang relatif bersahabat.
Sayangnya potensi pertanian Indonesia belum digarap dengan serius. Buktinya, dalam beberapa komoditi pertanian, ternyata masih tergantung terhadap ekspor. Beras, kedelai, jagung, aneka buah dan lain-lain, masih sering harus dipasok dari luar. Hal yang sebenarnya memalukan sebagai penyandang predikat negara pertanian.
Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) mencatat setiap tahunnya ada 15 ribu petani yang meninggalkan profesinya. Mereka beralih ke pekerjaan lain yang dianggap menjanjikan. Profesi petani dianggap tidak bergengsi dan tak memiliki masa depan. Bekerja di sektor industri atau menjadi pengusaha meski skala kecil, lebih dianggap sebagai pekerjaan yang menjanjikan.
Tahun 2003 pangsa sektor pertanian terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) sebesar 28,25 persen dan terus menurun menjadi 23,70 persen di 2013. Meski masih bercokol di peringkat kedua, penurunan ini sangat mengkhawatirkan. Bisa-bisa suatu saat negeri ini akan menjadi pengimpor komoditi pertanian. Betapa memalukan jika masa itu tiba kelak.
Wajar petani kecewa terhadap pekerjaannya. Walau sudah bekerja keras, harga sering tidak pasti, terutama saat panen. Hasil tak sesuai dengan modal yang dikeluarkan. Tak heran, saat ini banyak lahan terlantar karena ditinggalkan atau beralih fungsi karena dijual pemiliknya. Memang ada kalanya sukses saat harga melambung, tetapi tak bisa diprediksi kapan masa itu datang.
Bulan-bulan lalu adalah masa pahit bagi petani sawit saat harga anjlok. Meski belakangan ini sudah mulai membaik, tetap saja tidak mengobati kekecewaan petani. Secara teori saat rupiah melemah, produk pertanian yang ekspor seharusnya harga di tingkat petani naik. Hal itu tidak terjadi pada pelemahan rupiah kali ini, berbeda dengan tahun 1998.
Pemerintah tak boleh menutup mata terhadap kehancuran secara pelan-pelan pertanian Indonesia. Harus dipikirkan bagaimana menjadikan profesi petani menarik bagi generasi bangsa ini. Anggapan petani hanya bagi yang tidak bersekolah mesti dihilangkan. Meski menjadi sarjana, tetap bisa menjadi petani yang sukses, hanya caranya bertani harus beda.
Cara berpikir mahasiswa Fakultas Pertanian mendesak untuk diubah. Jangan lagi memburu menjadi pegawai negeri sipil atau bekerja di bank. Mereka harus disadarkan, masa depan bangsa ini sebagai negara pertanian ada di tangan mereka. Pemerintah sebaiknya membuat terobosan agar sektor pertanian diminati generasi muda.
Kita mengapreasiasi adanya rencana membuat cold storage raksasa untuk menampung produk pertanian saat harga turun. Meski bukan ide baru, layak direalisasi agar petani tidak dirugikan. Pemerintah bisa berperan sebagai penyangga harga saat anjlok, dengan membeli hasil pekerjaan petani. Jangan lagi jadikan petani hanya komoditi politik yang didekati saat pesta politik, tetapi harus serius diperjuangkan menjadi profesi yang diminati di negeri ini.
(**)