Pada puncak perayaan Hari Guru Nasional kemarin, Presiden Joko Widodo meminta para guru dan orangtua menjaga siswa dan anak-anaknya dari pengaruh negatif media sosial. Guru dan orangtua harus bergandengan tangan memerkuat karakter anak di sekolah maupun di rumah.
Memang perkembangan media sosial seperti twitter maupun facebook didukung meningkatnya jumlah produk gadget dengan berbagai jenis dan model. Bahkan harganya terjangkau apalagi untuk produk Tiongkok dan lokal. Meski banyak sekolah melarang menggunakan gadget di lingkungan sekolah, masih banyak anak yang diam-diam membawa dan memakainya saat jam belajar.
Media sosial sebenarnya memiliki dampak positif bagi yang bijak menggunakannya. Melalui media sosial, pergaulan lebih luas, bahkan hingga seluruh dunia. Media sosial juga bisa menjadi ajang bertukar pikiran, saling tanya dan berkomunikasi sesama pelajar. Penggunaan media sosial bisa menghemat waktu dan biaya dalam berkomunikasi karena adanya fasilitas chating dan grup.
Pakar komunikasi dan motivator Dr Leila Mona Ganiem menyebutkan, penggunaan gadget yang berlebihan memiliki beberapa dampak. Pertama, kepekaan sosial yang semakin berkurang bagi anak sekolah maupun pelajar. Kedua, semakin jarangnya komunikasi tatap muka secara langsung dengan sesama, terutama dengan kedua orangtua, saudara atau kerabat. Akan terjadi sosialisi semu dan memang banyak teman di dunia maya tetapi faktanya sendirian.
Pengguna gadget yang sudah ketagihan (gadget freak) akan sulit lepas dari smartphone setiap waktu, terutama karena permainan game. Padahal, beberapa permainan game di sejumlah aplikasi Android, iOS maupun Windows Phone dapat memicu perilaku agresif dan sadistis. Lebih berbahaya lagi, banyak informasi buruk hingga pornografi leluasa masuk ke alat komunikasi genggam yang dipegang anak-anak.
Dampak negatif lainnya, mengurangi keterampilan menulis kreatif. Siswa kebanyakan menggunakan kata-kata gaul atau bentuk singkat dari kata-kata di situs jejaring sosial. Mereka mulai mengandalkan tata bahasa dan cek fitur ejaan komputer. Lalu, siswa akan kehilangan motivasi. Mereka bergantung pada lingkungan virtual bukannya mendapatkan pengetahuan praktis dari dunia nyata.
Penggunaan media sosial secara berlebihan setiap hari memiliki banyak efek negatif pada kesehatan fisik dan mental siswa. Siswa tidak lagi makan dan istirahat pada waktunya. Mereka mengonsumsi kopi atau teh dalam jumlah berlebihan untuk tetap aktif dan fokus, yang pada gilirannya memberikan efek negatif pada kesehatan mereka. Siswa yang menggunakan teknologi, termasuk situs jejaring sosial secara teratur cenderung memiliki sakit perut. Selain itu juga masalah tidur, serta kecemasan dan depresi. Siswa tersebut juga menampilkan kecenderungan narsis selain banyak gangguan psikologis lainnya, termasuk berbagai perilaku antisosial serta kecenderungan agresif.
Maka perlu adanya upaya konkrit untuk mengatasinya melalui kegiatan pembelajaran baik langsung maupun tidak langsung khususnya upaya yang dikemas dalam konsep pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral atau pendidikan budi pekerti. Anak-anak remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah sehingga peran guru menjadi lebih luas ketika mengajarkan kepada remaja tentang dampak negatif media sosial ini kepada mereka melalui literasi internet.
Patut disadari melarang penggunaan media sosial bagi pelajar bukan cara yang bijaksana. Perkembangan teknologi komunikasi memang tak terhindarkan. Sekarang yang penting bagaimana memberi pengertian bagi anak agar menggunakannya secara tepat. Dampak positifnya ditingkatkan, dan yang negatifnya diminimalkan. Orangtua dan guru mesti bersinergi mencegah dampak negatif media sosial bagi pelajar.(**)