TNI dan Polri memberi teladan yang baik melalui acara doa bersama untuk penyelenggaraan Pilkada di Sumatera Utara. Pemuka lintas agama diundang memanjatkan permohonan kepada Tuhan Semesta Alam agar proses pemilihan kepala daerah tanggal 9 Desember 2015 berjalan baik. Pilkada serentak bukan hanya di Sumut saja tetapi tersebar di seluruh Indonesia, dan untuk Sumut ada 23 kabupaten kota yang bakal memilih.
Doa bersama ini sebagai pengakuan bahwa Pilkada serentak ini membutuhkan pertolongan Tuhan. Sebab tidak ada manusia yang sempurna. Sebaik apapun persiapan, tetap ada kekurangannya. Itu sebabnya, sangat bijak dan tepat tindakan berdoa untuk mengundang campur tangan dan pertolongan Tuhan agar Pilkada berjalan dengan baik.
Padahal, kemampuan TNI dan Polri tak perlu disangsikan lagi dalam menjaga keamanan dan ketertiban Pilkada. Mereka sudah teruji dan berpengalaman menangani berbagai gangguan keamanan. Bukan hanya Pilkada, bahkan berbagai kegiatan akbar lainnya. Namun, TNI Polri tak mau gegabah, mereka tetap sadar, tanpa Tuhan, semua bisa berantakan.
Memang laporan intelijen menyatakan tidak ada gangguan keamanan yang besar dalam Pilkada serentak ini. Namun namanya sebagai wahana pertarungan politik, maka dalam Pilkada, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Calon yang kecewa bisa menggerakkan pendukungnya membuat kerusuhan.
Beberapa daerah di Sumut sempat terjadi tarik menarik dalam proses pencalonan. Gugat menggugat terjadi, bukan hanya di DKPP, bahkan ada yang berlanjut ke PTUN. Ada pengawas Pilkada yang dipecat dan ada calon yang sudah ditetapkan, dianulir kembali. Kekecewaan bakal calon yang gagal menjadi calon bisa mengganggu Pilkada, paling tidak pendukungnya berpotensi menjadi Golput.
Pemilihan, penghitungan suara, rekapitulasi dan penetapan pemenang menjadi sumber kerawanan terbesar dalam Pilkada. Pelaku kecurangan bukan hanya calon dan tim suksesnya, penyelenggaranya pun berpeluang untuk menyimpang. Berbagai jenis kecurangan bisa terjadi asal ada niat dan kesempatan, sesuai teori terjadinya kejahatan.
Menjelang 9 Desember ini, serangan fajar berbau politik uang bisa terjadi, mobilisasi pemilih ke TPS, pemilih siluman, dan ganda. Lalu, saat penghitungan, bisa terjadi pengalihan atau pencurian suara. Hal ini bisa berlanjut dalam proses rekapitulasi dan penetapan.
Secara formal memang hasil Pilkada sah, tetapi dari proses dipenuhi berbagai kecurangan. Pilkada berkualitas adalah apabila dalam prosesnya berjalan sesuai ketentuan yang ada. Pilkada bukanlah sekadar menang dan kalah, tetapi bagaimana suara rakyat dihargai untuk memilih pemimpinnya.
Itu sebabnya perlu gerakan berdoa agar Pilkada tahun 2015 benar-benar berkualitas. Gangguan keamanan dan berbagai kecurangan dijauhkan. Terakhir, agar siapa pun yang menang tidak sombong dan yang kalah bisa menerima. Tuhan kiranya memberkati Pilkada. (**)