Lusa, seluruh umat Kristen seluruh dunia merayakan Natal, untuk mengingat kedatangan Tuhan menjadi manusia, lahir dari Bunda Maria di Betlehem. Natal adalah bukti cinta kasih Tuhan menyelamatkan manusia. Tuhan rela merendahkan diriNya, mengambil rupa manusia dan lahir di kandang domba.
Meski Tuhan adalah pemilik segala sesuatu dan bisa saja memilih lahir di istana, tetapi Dia tidak menunjukkan kesemarakan. Tuhan Yesus lahir dalam kesederhanaan. Lahir di kandang domba dan tempat tidurNya adalah palungan. Tamu pertamaNya adalah orang-orang sederhana, yakni para gembala di Padang Efrata.
Jadi Natal pertama dilakukan dalam kesederhanaan. Orang-orang kecil dan kaum papa mendapat kesempatan yang luar biasa untuk menikmati sukacita Natal. Mereka bergembira menyambut Tuhan Yesus.
Belakangan makna perayaan Natal mulai bergeser. Banyak yang memaknainya dengan pesta, semarak, dan semua yang serba baru. Ada yang gagal menikmati sukacita Natal hanya karena menganggap dirinya tak memiliki sesuatu yang layak secara ekonomi.
Pengaruh perkembangan zaman dan besarnya peluang bisnis pada momen Natal, ikut memicu pergeseran dari hakikat kelahiran Yesus. Bahkan Natal diidentikkan dengan belanja, pohon terang, Sinterklas atau Santa Claus. Ini tidak salah, tetapi semestinya tak boleh menjadi yang utama. Yesus yang seharusnya menjadi tokoh utama dalam Natal seolah terlupakan.
Saat ini banyak warga dunia memiliki kehidupan yang kurang baik. Ada 60 juta orang di seluruh dunua yang hidup dalam pengungsian. Beberapa negara masih dalam suasana konflik akibat perang. Orang miskin dan pengangguran masih marak termasuk di Indonesia.
Sudah seharusnya Natal dirayakan dalam kesederhanaan sebagai wujud solidaritas terhadap sesama, sekaligus untuk kembali ke makna sejati Natal pertama di kandang domba Betlehem. Meski ada uang berlebih, mari gunakan Natal menjadi momen berbagi kepada sesama, terutama yang berkekurangan.
Dengan berbagi dengan sesama, berarti menularkan sukacita Natal. Sama seperti malaikat yang membagikan kegembiraan kepada gembala. Masih banyak orang kecil di sekitar kita yang memerlukan pertolongan. Mari hadirkan Natal dalam hati mereka dengan sentuhan kecil yang bisa kita berikan.
Perhatian terhadap sesama tidak harus dalam pemberian yang besar. Doa dan sapaan yang tulus saja sudah bisa membuat orang-orang kecil tersenyum, melupakan sejenak penderitaan hidup mereka. Jangan sampai momen Natal terlewat tanpa makna. Selamat Natal! (**)