Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan bahwa bencana jenis hidrometerologi akan mendominasi bencana yang terjadi di Indonesia sepanjang 2016. Beberapa jenis bencana yang diprediksi BMKG itu adalah banjir, tanah longsor dan puting beliung. Diperkirakan fenomena La Nina akan menguat di pertengahan 2016.
Berbeda dengan El Nino yang berdampak kemarau panjang di Indonesia, La Nina sebaliknya menimbulkan hujan intensitas tinggi. La Nina terjadi karena penurunan suhu muka laut di kawasan timur equator di Lautan Pasifik. Pada saat terjadi La Nina, angin passat timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik menguat. Massa air hangat yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibat dari La Nina adalah hujan turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.
Selama 2016, wilayah di Indonesia yang paling berpotensi terjadinya banjir, longsor dan puting beliung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Bencana tersebut terjadi akibat curah hujan yang tinggi sejak Januari. Tetapi daerah lain tidak tertutup kemungkinan akan terkena dampaknya. Data BNPB, terdapat 315 kabupaten/kota yang berada di daerah bahaya banjir. Dari wilayah tersebut, terdapat 63,7 juta jiwa yang berpotensi terdampak banjir.
Penyebab utama banjir karena belum semua sungai di Indonesia memiliki tanggul sungai. Jadi saat air melimpah, dengan mudah meluber ke jalan dan pemukiman. Selain itu, terdapat 274 kabupaten/kota yang terancam bahaya longsor. Untuk mengantisipasi longsor, BNPB membutuhkan ratusan sistem peringatan dini (early warning system). Namun, alat yang ada saat ini jumlahnya baru 50 unit.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mulai melakukan persiapan mengantisipasi terjadinya La Nina di 2016. Persiapan tersebut dikhususkan untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi. Semua jenis jaringan irigasi yakni jaringan primer dan sekunder sudah dilakukan normalisasi. Persiapan lain yang dilakukan adalah dengan menyiapkan pompa air. Pompa ini juga disebar di daerah-daerah yang rawan banjir.
Untuk mengantisipasi ancaman menurunnya produksi beras akibat La Nina, Perum Bulog diminta agar bergerak cepat dalam pengadaan beras di tahun ini. Sebab, pengadaan beras akan sulit dilakukan ketika musim hujan, dan di tahun ini musim hujan akan lebih panjang. Diharapkan kondisi ini tidak menjadi alasan bagi Bulog untuk melakukan impor beras sama seperti tahun lalu.
Selain itu, pemerintah memutuskan mempercepat masa tanam padi karena hujan sudah mulai turun. Petani diharapkan bergegas mengolah lahannya untuk segera ditanami. Sebab jika terlambat, dikkhawatirkan panen akan terganggu. Pemerintah daerah mesti proaktif mendorong petani untuk mengantisipasi dampak La Nina.
Petani perlu mendapat informasi yang jelas tentang La Nina ini. Pemerintah diharapkan memaksimalkan peran media massa dan media sosial untuk menyosialisasikannya. Harus jelas bagi petani apa yang dilakukan dan mana yang tak perlu dilakukan. Diharapkan organisasi dan perhimpunan petani dilibatkan dalam mengantisipasi dampak La Nina tersebut.
Sumatera Utara tetap harus mewaspadai dampak La Nina, meski BMKG memprediksi daerah yang paling terkena akibatnya ada di wilayah Jawa. Bercermin dari prediksi tahun lalu tentang El Nino, ternyata dampaknya juga dirasakan di Sumut. Tak ada salahnya, siapkan payung sebelum hujan. Pemprov mesti mengantisipasi kemungkinan banjir, longsor dan gangguannya terhadap aktivitas pertanian.
(**)