Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 10 Juli 2025

Soal Impor, LaNyalla Sudah Ingatkan Sejak Agustus 2021

Redaksi - Minggu, 27 Maret 2022 15:17 WIB
457 view
Soal Impor, LaNyalla Sudah Ingatkan Sejak Agustus 2021
Foto: Istimewa
LaNyalla Mattalitti.
Jakarta (harianSIB.Com)

Keinginan Presiden Joko Widodo agar Kementerian dan Lembaga mengurangi belanja impor mendapat dukungan dari Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Bahkan dirinya sudah mengingatkan sejak Agustus 2021 .

Ketika itu, LaNyalla mengulas tentang kehadiran banyak market place kelas besar di Indonesia, terkait produk yang dijual didominasi produk impor, sementara anak bangsa hanya menjadi drop shipper atau penjual di lapak saja.

“Saat sidang bersama DPR dan DPD tanggal 16 Agustus 2021, Presiden dan Wapres hadir, saya sampaikan bahwa marketplace besar, sekelas unicorn yang ada di Indonesia, faktanya didominasi barang impor dari Tiongkok,” kata LaNyalla,kepada wartawan di antaranha jurnalia koran SIB, Jamida, Minggu (27/3/2022).

Mantan Ketua KADIN Jatim ini mengatakan bahwa hal itu, disampaikan, karena Presiden Jokowi sangat mendorong unicorn dan decacorn tumbuh di Indonesia. Tetapi perlu digarisbawahi, bahwa mereka juga menjadi penyumbang besar masuknya barang-barang impor.

Penjualnya orang lokal, produknya impor, sehingga membuat prihatin, mengingat nilai transaksi belanja online Indonesis tahun 2020, mencapai angka di kisaran 266 triliun rupiah.

Dari angka itu, para penjual hanya mengambil margin dari harga jual, sedangkan nilai tambah utamanya ada pada produsen di luar negeri.

Apalagi para decacorn ini semakin membesar di Indonesia. Bahkan ada yang sudah merger, seperti Gojek dan Tokopedia.

Mereka juga siap-siap IPO untuk menjaring dana publik. Tetapi fakta, isi di dalamnya masih lebih banyak barang impor.

Menurut LaNyalla sebagai amanat kedaulatan, negara harus hadir untuk memastikan bahwa dominasi produk yang ada di market place bukan barang impor. Tetapi memberi ruang, sekaligus memastikan market size ada bagi produk lokal.

“ Jangan dipaksa masuk, tetapi market size-nya sudah dikapling barang impor yang lebih murah,” ucapnya. (*).


Editor
:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru