Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 30 Juni 2025

Kemenkes Umumkan 88 Kasus cacar Monyet, DKI Jakarta Catat Angka Tertinggi

Robert Banjarnahor - Senin, 19 Agustus 2024 09:01 WIB
376 view
Kemenkes Umumkan 88 Kasus cacar Monyet, DKI Jakarta Catat Angka Tertinggi
Foto: Shutterstock/Marina Demidiuk
lustrasi ruam penyakit cacar monyet
Jakarta (harianSIB.com)
Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan RI, hingga 17 Agustus 2024, telah tercatat 88 kasus konfirmasi Mpox atau cacar monyet di Indonesia. Sebagian besar kasus terjadi di DKI Jakarta dengan 59 kasus, disusul oleh Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kepulauan Riau.

Yang menggembirakan, dari total 88 kasus, 87 di antaranya sudah dinyatakan sembuh. Meski demikian, penting untuk tetap waspada karena puncak kasus konfirmasi tertinggi terjadi pada Oktober 2023. Hal ini menunjukkan adanya tren peningkatan kasus pada periode tersebut, yang perlu menjadi perhatian bagi upaya pencegahan dan pengendalian lebih lanjut.

Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr Yudhi Pramono, MARS, mengatakan dari 88 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.

Baca Juga:

"Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada Tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual," ujar dr Yudhi pada konferensi pers Perkembangan Kasus Mpox di Indonesia, Minggu (18/8/2024), dilansir dari detikhealth.

Terdapat dua Clade Mpox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a. Subclade 1a ini memiliki case fatality rate (CFR) lebih tinggi daripada clade lain dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara itu, subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.

Baca Juga:

Berbeda dengan Clade I, Clade II berasal dari di Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6 persen. Clade II memiliki CFR rendah dengan kasus sebagian besar berasal dari kontak seksual pada saat wabah pada 2022.

Dr dr Prasetyadi Mawardi, SPKK(K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) mengatakan, varian Mpox Clade I, baik 1a maupun 1b, belum terdeteksi di Indonesia. Sejak 2022 hingga saat ini, varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian Clade II.

"Clade I memang menurut refleksi angka fatalitas rate nya relatif lebih tinggi dibanding Clade II, terus kemudian varian ini biasanya disebabkan oleh close contact (kontak erat), tidak melulu seksual kontak," ucapnya.

Sebagai upaya pencegahan, Kemenkes telah melakukan surveilans di seluruh fasilitas kesehatan, melakukan penyelidikan epidemiologi bersama komunitas dan mitra HIV-AIDS, menetapkan 12 laboratorium rujukan secara nasional untuk pemeriksaan Mpox, serta melakukan pemeriksaan WGS.

Untuk obat-obatan, Kemenkes sudah menyiapkan pemberian terapi simtomatis, tergantung derajat keparahan kasus. Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit. (*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru