Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 30 Juni 2025

Noah Sidabutar, Anak Batak Juara Taekwondo di USA

Redaksi - Kamis, 04 Agustus 2022 20:24 WIB
1.776 view
Noah Sidabutar, Anak Batak Juara Taekwondo di USA
Foto: Dok/Istimewa
Noah Sidabutar (Berdiri tengah) meraih tiga gelar juara dunia yaitu untuk kategori Creative Form, Creative Weapon, dan Extreme Form untuk kelas usia 11-12 tahun, di tingkat dua sabuk hitam, dalam Kejuaraan Dunia Taekwondo versi America
Jakarta (harianSIB.com)

Bendera Merah Putih berkibar di Kejuaraan Dunia Taekwondo versi American Taekwondo Association (ATA) yang berlangsung pada 11 hingga 17 Juli 2022 di Phoenix, Arizona.

Noah Sidabutar, putra Batak berusia 12 tahun yang tinggal bersama orangtua dan dua adik perempuannya di Horizon West, Florida, berhasil meraih tiga gelar juara dunia yaitu untuk kategori Creative Form, Creative Weapon, dan Extreme Form untuk kelas usia 11-12 tahun, di tingkat dua sabuk hitam.

“Rasanya luar biasa. Ketika banyak teman saya asyik di rumah bermain video game saat musim panas, saya justru berlatih terus meningkatkan kemampuan taekwondo untuk mempersiapkan diri meraih prestasi di masa depan,” kata Noah, dalam keterangannya, Kamis (4/8/2022).

Selain meraih tiga gelar juara dunia, Noah yang pergi mengikuti kejuaraan itu ditemani Ibunya Julian Limbong, juga menduduki peringkat kedua untuk kategori Extreme Weapon.

Selain mengikuti sebagai peserta perorangan, Noah merupakan anggota tim atraksi dari perguruan taekwondonya, Victory Martial Arts, yang berlokasi di Ocoee, Florida. Noah, bersama timnya, berhasil menempati peringkat ketiga di kejuaraan dunia ini untuk kategori Demo Team.

Noah menjelaskan, untuk mengikuti kejuaraan dunia ini, dia harus memenuhi beberapa persyaratan. Salah satu persyaratannya adalah masuk dalam peringkat 10 besar ATA di babak penyisihan yang sudah berlangsung selama satu tahun sejak bulan Juli 2021 untuk semua kategori yang dia ikuti.

“Saya bersaing dengan seniman bela diri yang sangat berbakat di ATA,” ujarnya.[br]

Sebelum menekuni taekwondo, Noah mengaku pernah mencoba berbagai olahraga seperti baseball, bola basket, sepakbola, dan renang. Tetapi semua olahraga itu tidak ada yang benar-benar dinikmatinya. Hingga akhirnya ia mulai menekuni taekwondo, di usia 7 tahun melalui Victory Martial Arts.

Awalnya, taekwondo hanyalah hobi bagi Noah. Namun, di kejuaraan dunia pertamanya pada tahun 2021, ia berhasil meraih gelar juara dunia di kategori Creative Form, dan juara kedua untuk kategori Extreme Weapon.

“Saat itulah saya bulatkan tekad untuk meningkatkan kemampuan Taekwondo dengan lebih sungguh-sungguh,” tuturnya.

Ibunya, Julian Limbong menerangkan gelar juara dunia Noah diraih bukan tanpa pengorbanan dan dedikasi. Tiga tahun lalu, Noah bahkan tidak mampu mendapatkan gelar juara di tingkat distrik.

“Tetapi kami terus pergi mengikuti kejuaraan-kejuaraan nasional ATA walaupun, terkadang, dia tidak mendapatkan peringkat pertama. Namun, kami orangtuanya selalu berkata, ‘Teruslah berusaha, kami akan selalu mendukungmu,” jelas dia.

Saat Covid-19 melanda dan perguruannya dilarang berkegiatan, keluarga Noah terus membantunya berlatih. Mereka membantunya menutupi seluruh ruang keluarga dengan matras (tikar busa). Orang tua Noah juga mendaftarkannya di kelas tumbling di Orlando Parkour, agar dia bisa berlatih akrobat taekwondonya.

“Banyak pengorbanan waktu, uang, pikiran, dan tenaga. Kedua adik perempuannya sangat sering menunggui Noah saat berlatih dan mengikuti kejuaraan,” imbuh Julian.

Noah menambahkan, dalam persiapan untuk kejuaraan ini, terkadang, dirinya berlatih di gereja. Kedua orang tuanya membantu menyingkirkan kursi-kursi gereja sebelum Noah berlatih, dan mengembalikannya ke tempat semula setelah selesai berlatih.

“Papa saya selalu membantu saya berlatih. Di pagi hari, dia membangunkan saya untuk bersepeda sejauh 6 mil, dan jogging sekitar 1-2 mil,” beber dia.

Kedua orangtua Noah adalah koordinator tim musik di Gereja Lutheran People of Faith. Dalam setiap Kebaktian Minggu, Noah dan keluarganya bermain musik dan memimpin nyanyian.[br]

“Saya bermain drum. Kakak saya Isabelle, 8 tahun, memainkan perkusi dan menyanyi. Adikku Allison, 7 tahun, memainkan keyboard dan menyanyikan harmoni. Ayah saya, Immanuel, bermain bass, dan ibu saya bermain piano. Ayah saya telah bermain gitar bahkan ketika dia masih di Indonesia,” ujar Noah.

Hampir setiap hari, Noah sekeluarga berlatih musik selama kira-kira 1 jam untuk lagu-lagu yang akan dinyanyikan dalam kebaktian Minggu. Beraktifitas di gereja bukanlah hal yang baru di keluarga ini. Keempat ompung-nya Noah: St D Sidabutar-M Hariandja dan St B Limbong-L Nainggolan adalah majelis di gerejanya.

Kedepan, Noah bertekad untuk berlatih lebih keras lagi agar dapat mengikuti kejuaran dunia dari organisasi-organisasi seni bela diri yang lain.

“Saya berharap agar prestasi saya ini juga dapat menjadi kebanggaan bagi orang-orang Batak, dan menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia lainnya untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia,” tandasnya. (*)

Editor
:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru