Sejatinya- bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah dan cinta damai. Damai memang merupakan syarat mutlak dapat diciptakannya kondisi kondusif dalam kaitan dengan kemampuan untuk beraktifis dan dapat menghaslkan sesuatu yang diinginkan. Kita sungguh mendambakan perdamaian semesta bumi. Namun, akhir-akhir ini, bentuk kekerasan dan kejahatan bertambah di mana-mana.
Tiap hari di sepanjang deretan berita konflik itu semakin meluas. Konflik ada di mana-mana. Dalam realitasnya, kekerasan lebih merupakan lingkaran yang sulit dilacak ujung pangkalnya. Dari hari ke hari, modus dan eskalasi kekerasan terus bermanuver dan bereproduksi sedemikian rupa sehingga mengancam ketenteraman dan kenyamanan hidup masyarakat dan warga jemaat.
Tiada hari tanpa konflik dan kekerasan. Inilah fenomena terkini yang sedang melanda di beberapa daerah negeri ini yang patut didoakan. Dan untuk konflik macam ini pulalah kita harus berani menghadapinya, bukan menjauhi atau bahkan berupaya menghindarinya. Yesus berkata, berbahagialah orang yang membawa damai (Mt 5:9). Membawa damai adalah sikap aktif, kreatif, dan berinisiatif untuk mencari solusi atau jalan pemecahan demi perdamaian, meski jalan penuh tantangan. Orang yang demikian itulah akan disebut anak-anak Allah.
Damai itu indah
Pada hakekatnya semua orang ingin hidup berbahagia dan damai-sejahtera. Kondisi damai dan nyaman yang didambakan oleh seluruh manusia itulah yang harus selalu diciptakan oleh semua pihak. Damai bukanlah hal yang mustahil, namun damai butuh pengorbanan. Bahkan perdamaian membutuhkan pengorbanan yang lebih besar. Pembawa damai itu mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan mulia. Damai itu indah. Hidup damai dan bersaudara itu indah, tidak ada saling mengkotak-kotakkan antara agama, suku budaya.
Karena itu damai itu memang harus diciptakan, dikehendaki dan diinginkan oleh semua pihak, namun dibutuhkan saling pengertian dan bahkan sangat mungkin pengorbanan. Itu harapan kita bersama.Berharap Indonesia dapat menjadi negara yang aman dan menjadi contoh negara yang memiliki banyak suku dan agama, tetapi tetap damai selalu. Komitmen cinta damai ini secara formal diabadikan dalam pembukaan UUD 1945 dalam frasa ‘ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…’
Berharap di Indonesia dapat terjadi hal di atas, tetapi kenyataannya sekarang bangsa kita yang dahulunya aman dan tentram yang dikenal keramah tamahannya, saat ini berubah menjadi krisis mengalami penurunan. Padahal bangsa kita adalah bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda agama dan suku tetapi tetap satu dan padu. Kondisi tenang, tenteram, tertib, aman, dan kondusif itulah cerminan dari damai, sehingga siapapun akan sepakat kalau damai itu indah dan menyenangkan.
Kesaksian Alkitab
Jauh sebelum semboyan di atas dinyatakan di Indonesia, Yesus sendiri juga berbicara tentang pentingnya damai. Bahkan Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damaiâ€. (Mat 5:9a) Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “berbahagia†itu ialah makarios. Arti asli dari makarios sebenarnya lebih luas dan lebih kaya dari sekadar “bahagiaâ€. Sebab, makarios mengandung pula janji akan berkat, ucapan selamat, dan anjuran. Oleh sebab itu, siapa saja yang mau bertindak sebagai pembawa damai itu mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dan mulia.
Implikasi dari perkataan Yesus ini ingin menyampaikan pesan bahwa para pengikut Yesus di dunia ini bertugas untuk membawa atau menebarkan keadaan dan suasana damai dalam kehidupan ini, tidak utamanya bagi diri sendiri, melainkan juga untuk semua orang. Atas dasar itulah Rasul Paulus menyampaikan imbauannya, “Marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.†(Rom 14:19).
Ucapan bahagia Yesus ini, yang lebih dikenal khotbah di bukit, menugasi para pengikut-Nya untuk menjadi pembawa damai itu menyiratkan makna bahwa di tengah kehidupan ini, betapapun buruknya situasi dan kondisi yang ada, ancaman tindak kekerasan yang menghancurkan kehidupan itu, keadaan damai itu sesungguhnya masih tetap mungkin dan bisa diwujudkan. Kita harus yakin akan hal itu. Apa yang tidak mungkin, adalah mungkin bagi Allah (Luk 1:37).
Pembawa damai yang difirmankan Yesus itu, harus diupayakan untuk merukunkan orang-orang yang bermusuhan, untuk menciptakan suasana dan keadaan di mana keselamatan dan kesejahteraan lahir dan batin dapat dirasakan dan dinikmati oleh siapa saja dalam kehidupan ini. Damai yang sesungguhnya, harus mampu menciptakan rasa dan keadaan sejahtera.
Dengan kata lain, mengupayakan damai, itu berarti harus pula mengupayakan terwujudnya kebenaran, keadilan dan kasih dalam kehidupan. Menjadi pembawa damai harus berarti menjadi pembawa kebenaran, keadilan dan kasih. Dalam hal ini damai lalu menjadi sebuah kata atau istilah yang dinamis dan sensitif, penuh upaya dan bahkan perjuangan. Tuhan sendiri mendorong agar terjadi perdamian diantara keluarga, suami dan istri, tetangga, masyarakat dan bangsa. Untuk itulah dalam menciptakan damai tersebut dibutuhkan kesadaran semua pihak dan sekaligus kemauan untuk damai, dengan mengorbankan sedikit kepentingan pribadi.
Kasihilah sesamamu manusia
Keadaan damai karena kehidupan umat dan masyarakat terciptanya kondisi saling mengasihi di antara warga. Secara historis kasih Allah itu sudah ada jauh sebelum dunia dijadikan (Yoh 17:24). Kasih dan damai sejahtera itu bersumber dari Allah Dalam kelimpahan kasih Allah, Dia menciptakan manusia dan alam, supaya kelimpahan kasihNya tercurah untuk manusia dan alam yang diciptakanNya itu. Kasih Allah yang melimpah itu diperkenalkan dan dinyatakan melalui karya penebusan Yesus untuk memelihara manusia dalam kekudusan Allah.
Kasih selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain tanpa rekayasa politik. Kasih itu bukan implementasi kata dan perbuatan dibalik slogan filosofi politik, tetapi kasih itu implementasi Firman Tuhan, yakni mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri, dan mengasihi sesama manusia dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi yang luhur.
Akhirnya, berbahagialah si pembawa damai. Sebab dimana ada kebenaran disitu akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya. yah kedamaian memang indah, bikin hati tenang. Keindahan ciptaan Ilahi mendamaikan setiap hati insan yang dambakan ketenangan.
Marilah kita hidup damai dan memeliharakan persekutuan kasih kita dengan sehati sepikir, dalam satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia, sebaliknya dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (Filipi 2:1-4).
Marilah kita menyelesaikan segala masalah dengan damai. Damai itu indah karena ada kasih di dalamnya, dan kasih itu ada di dalam Kristus. Amin. Selamat Hari Natal dan menyongsong Tahun Baru 2014. (Penulis Pendeta Praeses HKBP Distrik XI Toba Hasundutan Balige/ r)