Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 05 Oktober 2025

Panglima TNI: Ada Titik Terang Lokasi Bodi Lion Air

* Sinyal Black Box Ditemukan * KNKT Terima Bantuan AS dan Singapura
- Kamis, 01 November 2018 10:32 WIB
313 view
Panglima TNI: Ada Titik Terang Lokasi Bodi Lion Air
SIB/KOMPAS.com
TINJAU LOKASI: Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya M Syaugi menaiki kapal patroli untuk meninjau lokasi dugaan badan pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Rabu (31/10).
Jakarta (SIB)- Proses pencarian badan pesawat Lion Air masih berlanjut di hari ketiga. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebut sudah menemukan titik terang terkait keberadaan badan pesawar Lion Air JT 610 yang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat.

"Pagi hari ini saya mendapatkan penjelasan dari Kabasarnas tentang titik terang adanya dugaan kuat adalah bagian dari fuselage (bodi pesawat) 610 itu sudah ditentukan koordinatnya. Jadi kemungkinan itu diduga kuat adalah tempat fuselage yang kita cari. Karena kemungkinan besar korban masih ada di situ," ujarnya di Dermaga JICT 2,Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (31/10).

Meski begitu Basarnas masih membutuhkan waktu untuk memastikan kalau titik tersebut adalah lokasi keberadaan bodi pesawat Lion Air. Saat ini tim dari Basarnas dan Polri dengan menggunakan KRI Rigel dan Multibeam berfokus untuk memantapkan titik tersebut.

"Namun, belum diyakinkan bahwa itu adalah bagian dari fuselage (bodi pesawat) dari 610. Untuk itu, dari KRI Rigel termasuk dari geosurvey saat ini kami fokus pada satu titik itu meyakinkan bahwa apa yang kita duga di dasar permukaan itu adalah bagian dari JT 610," ucapnya.

Hadi mengatakan KRI Rigel memiliki beberapa robot seperti ROV hingga multibeam echosounder (MBES). Diharapkan dengan adanya kemampuan tersebut titik terang yang sudah ditemukan dapat segera memastikan kalau titik itu memang lokasi bodi pesawat.

"Yang jelas adalah KRI Rigel yang memiliki kemampuan (ROV) termasuk kapal-kapal hidros kemudian kapal yang memiliki multibeam echosounder sehingga apa yang kita inginkan bersama Basarnas akan terpenuhi, termasuk Basarnas juga menggelar kapal-kapal yang memiliki kemampuan sama untuk mencari target di bawah permukaan," ungkapnya.

Hadi tidak memberikan secara rinci jarak titik yang ditemukan dengan titik hilang kontak Lion Air. Ia mengatakan dirinya akan meninjau terlebih dahulu ke lokasi kejadian di perairan Karawang.

"Itu nanti. Nanti secara resmi Kabasarnas akan menyampaikan kalau sudah yakin. Untuk itu saya akan ke sana dengan Kabasranas dan Pangarmada 1 untuk meyakinkan dan seluruh potensi SAR," katanya.

Sebelumnya Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto tiba di lokasi pukul 07.50 WIB. Setibanya di posko evakuasi, Hadi langsung meninjau serpihan pesawat dan barang milik korban yang masih terkumpul di dermaga. Hadi juga mengunjungi posko tenda basarnas untuk melihat data dan berkoordinasi dengan pejabat terkait. 

Sinyal Black Box
Sementara itu Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun menerjunkan alat canggih ROV siang kemarin untuk mencari keberadaan badan pesawat dan juga black box Lion Air JT 610 yang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat. ROV diturunkan karena sinyal black box telah ditemukan.

"Ditemukan indikasi sinyal black box berdasarkan ping locator," kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan M Ilyas di atas KR Baruna Jaya.

"Dari hasil kita operasi kemarin itu kan ada asumsi bahwa black box itu ada di sekitar sini, daerah operasi kita, karena kita nggak mau ribut kita tenang dulu, kemudian kasih teman teman multi beam dan side scan sonar bahwa ada benda di bawah laut," ujarnya.

Ilyas mengatakan, ada 3 objek yang ditemukan. Objek itu oleh mereka dinamai C30, C31, dan C38. Ada indikasi kuat bahwa ketiga objek ini terkait dengan bodi dan juga black box Lion Air JT 610.

"Benda itu dinamakan oleh teman-teman itu stasiun operasi C30, C31, dan C38. Kita mulai overlay lah, kita buat yakin lagi tadi pagi kita make sure apa ping locator ini menunjukan arah ke C31 dan C30, itu belum yakin juga, kemudian kita turunkan ROV. Jadi ini akan ada operasi triangulasi untuk meyakinkan juga, menjadikan posisinya," ujarnya.

KR Baruna Jaya menurunkan ROV atau Remote Operated Vehicle. Ini adalah alat canggih berupa kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh, untuk menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut. Dengan alat ini, pencarian sebuah objek di dasar laut akan lebih cepat dilakukan.
"Black box belum temukan, tapi benar bahwa ada indikasi adanya black box di sekitar kapal, indikasi ya," ujarnya. ROV memang digunakan setelah sinyal black box ditemukan.

Bantuan AS dan Singapura
Untuk menemukan kotak hitam Lion Air JT 610, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menerima bantuan dari pihak luar negeri, yakni dari Amerika Serikat dan Singapura.

Bantuan dari Singapura berupa alat pencarian kotak hitam sudah diterima dan dipergunakan oleh KNKT. Sedangkan bantuan dari Amerika Serikat datang dari pihak Boeing melalui Badan Keselamatan Transortasi Nasional (NTSB) Negeri Paman Sam itu. Sebagaimana diketahui, pesawat yang kandas di Laut Jawa itu adalah buatan Boeing.

"Kita menerima bantuan dari pihak Amerika Serikat, Boeing melalui KNKT-nya Amerika Serikat, yakni NTSB," kata investigator KNKT Ony Soeryo Wibowo.
Dia menjelaskan, Boeing memang tidak bisa langsung memberikan bantuan, melainkan harus lewat NTSB, lembaga yang setara dengan KNKT. Dalam pencarian di laut utara Karawang Jawa Barat itu, pihak Indonesai tetap menjadi komandan.

"Ada 10 orang. Hari Rabu (31/10) malam mereka baru landing (mendarat) di Indonesia," kata Ony.

Adapun bantuan dari Singapura berupa alat pendeteksi keberadaan kotak hitam, yakni hydrophone. Dikatakan Ony, KNKT punya dua unit hydrophone, kemudian Singapura memperbantukan satu unit hydrophone untuk misi pencarian kotak hitam. Hydrophone Singapura sudah digunakan sejak Selasa (30/10) kemarin, alias pencarian hari kedua.

"Singapura alatnya sudah kita pakai, yakni hydrophone. Jadi KNKT punya dua, dan Singapura punya satu," tuturnya. 

Pindahkan Tabung Pesawat
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memindahkan lima benda berbentuk tabung yang ditemukan di sekitar titik koordinat jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Perairan Karawang, Jawa Barat. Benda tersebut dipindahkan demi keamanan.

Pantauan wartawan, mobil dari KNKT tiba di dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara pukul 11.30 WIB. Empat petugas KNKT turun dari mobil dan langsung mengambil kelima tabung gas tersebut. Keempat petugas pun tidak memberikan keterangan secara pasti untuk apa tabung gas diambil.

Namun, Staf Humas Bidang Keselamatan Kementerian Perhubungan Chris Kuntadi mengatakan pemindahan itu dikarenakan ketiga tabung merupakan bahan yang mudah meledak. Menurutnya tabung diamankan sementara di Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran, Kalijapat, PLTU, Jakarta Utara.

"Ada lima tabung gas dan tiga jenis. Tabung oksigen, tabung pemadam kebakaran, sama tabung CO2, kami pindahkan ke Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran, Jakarta Utara," ucapnya.

"Karena tabung gas itu kan mudah meledak. Makanya ketika saya lihat ini kan barang berbahaya kok masih di sini, saya langsung kontak KNKT karena pihak kepolisian dan Basarnas pun nggak berani memindahkan," lanjut Chris.

Chris mengatakan barang berbentuk tabung tidak bisa dibiarkan terlalu lama berada di lokasi. Panas matahari yang sangat menyengat dapat membuat tabung itu meledak, sehingga perlu untuk diamankan.

"Kami segera amankan ini karena semakin lama semakin panas semakin berbahaya. Kami selamatkan dulu, jangan sampai terjadi kecelakaan yang lain makanya kami selamatkan ditempatkan di tempat yang aman lah untuk tidak meledak," tururnya.

Untuk serpihan pesawat lainnya sementara akan dikumpulkan terlebih dahulu di lokasi. Sampai nanti ada keputusan dari KNKT.

"Ini masih kami koordinasikan karena masih dipakai oleh KNKT untuk melihat apa sih sebab dari kecelakaan tersebut," jelas Chris.

Sejak dari hari pertama proses pencarian serpihan pesawat dan barang temuan lain milik korban memang masih terkumpul di dermaga JICT 2. Barang itu rencananya akan diidentifikasi oleh KNKT setelah semuanya terkumpul.

Terlihat serpihan pesawat di lokasi kebanyakan busa berbalut dengan kulit yang diduga sebagai kursi pesawat. Lalu ada juga barang lainnya berbentuk seng dan triplek yang masih diduga potongan badan pesawat. Adapun barang-barang temuan lain yaitu potongan baju, sepatu anak hingga dewasa, tas, serat-serat kain yang sudah hancur. 

Pesawat Tergeser Arus
Area pencarian Lion Air JT 610 diperluas menjadi radius 15 mil laut (nautical mile). Perluasan area pencarian di hari ketiga ini karena diduga bagian utama (main body) bangkai pesawat Lion Air sudah bergeser.

"Pada saat musibah terjadi, hingga saat ini sudah ada pergeseran-pergeseran bodi pesawat dengan arus yang ada di lokasi tersebut. Tentunya harus diperluas pola pencarian," kata Kepala Bagian Humas Basarnas Suhri Sinaga, Rabu (31/10).

Pergeseran lokasi bagian utama bangkai pesawat disebabkan oleh arus laut. Namun demikian, Suhri tak menyebutkan ada kendala berarti dalam misi pencarian ini.

"Kenapa belum ditemukan? Pasti jawabannya larinya ke arah black box. Kenapa belum ditemukan. Kami sudah berusaha di radius yang sudah ditentukan, namun saat ini belum ditemukan main body-nya," kata Suhri.

"Untuk rencana kegiatan kita besok, kita akan perluas, besok adalah hari ketiga. Kalau hari pertama kemarin radiusnya 5 nautical mile, hari kedua hari ini kita sudah 10 nautical mile, dan besok hari ketiga kita memasuki luas pencarian 15 nautical mile," ujar Kepala Deputi Operasi Basarnas Nugroho Budi saat konferensi pers di kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (30/10).

Bawa 2 Kantong Jenazah
Proses evakuasi masih dilakukan. Tim menemukan bagian tubuh diduga korban Lion Air yang dimasukkan ke dua kantong jenazah.

"Iya dua kantong jenazah sudah diberangkatkan ke RS Polri Kramat Jati," ujar petugas Basarnas Apriyanto di posko evakuasi JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Kapal RIB Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) P-348 tiba di JICT 2 sekitar pukul 16.30 WIB. Ini menjadi kapal kedua yang bersandar pada hari ketiga pencarian tersebut.

Kapal membawa tiga kantong jenazah. Satu kantong berisi barang temuan berupa serpihan diduga puing pesawat dan barang milik korban. Dua kantong jenazah lainnya berisi anggota tubuh korban.

Dua kantong jenazah langsung dibawa ke RS Polri dengan mobil ambulans. Sedangkan serpihan diduga bagian pesawat disatukan dengan barang-barang terkumpul lainnya.

"Iya (total) tiga kantong (jenazah dibawa ke RS Polri)," ujar Apriyanto.

Menurut Basarnas, pihaknya sudah menyerahkan 56 kantong jenazah ke RS Polri, Kramat Jati. 

"Secara keseluruhan ada 56 kantong jenazah dikirim ke RS Polri," ujar Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Nugroho Budi Wiryanto di kantor Basarnas, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Jenazah Teridentifikasi
Sementara itu seorang jenazah korban Lion Air JT 610 yang teridentifikasi bernama Jannatun Cintya Dewi langsung dibawa ke Sidoarjo, Jawa Timur. Jannatun merupakan jenazah pertama yang teridentifikasi.

"Kita sudah serahkan ke keluarga dan itu nanti yang akan mengurus kepulangannya dari pihak maskapai," ujar Kapusdokkes Polri Brigjen Arthur Tampi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Saya dengar malam ini dibawa ke Sidoarjo," imbuh Arthur.

Dari pantauan, satu unit ambulans tampak sudah meninggalkan RS Polri. Ambulans itu membawa jenazah Jannatun.

Sebelumnya di tempat yang sama, Kapus Inafis Bareskrim Polri Brigjen Hudi Suryanto menyebut alamat Jannatun di Sidoarjo, Jawa Timur. Jenazah Jannatun berhasil diidentifikasi dari sidik jari dan pencocokan dari data antemortem berupa Kartu Keluarga (KK).

Tim forensik Polri sebelumnya sudah mendapatkan 152 sampel DNA. Pemeriksaan dilakukan melibatkan lebih dari 10 dokter forensik. (detikcom/l) 
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru