Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 21 September 2025

Di Tengah Kepungan Demonstrasi, Anggota Komisi XI DPR Asyik Kunjungan Kerja ke Australia, Publik Murka

Redaksi - Sabtu, 30 Agustus 2025 17:50 WIB
26 view
Di Tengah Kepungan Demonstrasi, Anggota Komisi XI DPR Asyik Kunjungan Kerja ke Australia, Publik Murka
Ist/SNN
Tangkapan layat jadwal kunjungan Komisi XI ke Australia.
Jakarta(harianSIB.com)

Ironi menyelimuti gedung parlemen. Di saat ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat mengepung Gedung DPR RI untuk menuntut keadilan, sejumlah anggota Komisi XI DPR RI justru melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Australia. Kabar ini sontak memicu kemarahan publik setelah jadwal perjalanan yang diduga menyertakan agenda wisata beredar luas di media sosial, Sabtu (30/8/2025).

Kunjungan kerja yang berlangsung dari 26 Agustus hingga 1 September 2025 ini menjadi sorotan tajam setelah akun X @tanyarlfes mengunggah dokumen perjalanan delegasi pada Sabtu (30/8/2025). Situasi menjadi semakin panas karena kunker ini berlangsung tepat di tengah puncak gelombang demonstrasi yang dipicu oleh tewasnya seorang pengendara ojek online akibat ditabrak oleh oknum aparat.

Dalam jadwal yang viral, selain agenda pertemuan formal, tercantum pula kegiatan rekreasi seperti tur ke Blue Mountain, menikmati Sydney Marathon, dan selebrasi di pusat kota Sydney. Unggahan ini dengan cepat menyebar, salah satunya dibagikan oleh akun pegiat media sosial @rocky_gerung_ yang menulis, "Sementara gedung DPR didemo, mereka malah menikmati marathon di Australia."

Bantahan Ketua Komisi XI

Menanggapi tudingan tersebut, Ketua Komisi XI DPR RI, Muhammad Misbakhun, memberikan klarifikasi. Ia membantah keras adanya agenda wisata dalam kunjungan kerja tersebut. Menurutnya, kunker ini telah direncanakan jauh sebelum aksi demonstrasi merebak dan memiliki tujuan strategis, yaitu membahas Rancangan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK).

"Kunjungan ini krusial untuk mendapatkan masukan dari Australian National Audit Office (ANAO) dan Reserve Bank of Australia (RBA) terkait sistem pembayaran lintas batas dan integrasi QRIS. Target kami adalah mengesahkan RUU ini sebelum 8 September 2025," tegas Misbakhun.

Delegasi ini, lanjutnya, didampingi oleh perwakilan dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, BPK, serta bank BUMN seperti BNI dan BTN. Terkait namanya yang terdaftar sebagai peserta Sydney Marathon, Misbakhun mengaku sering mendaftar namun tidak selalu hadir. "Pendaftaran untuk marathon itu harus setahun sebelumnya, dan saya sering tidak bisa ikut meski sudah terdaftar," kilahnya.

Pihak DPR juga berusaha meredam kontroversi dengan menyatakan bahwa itinerary yang menyertakan jadwal wisata tersebut bukan berasal dari sekretariat resmi, melainkan dari pihak agen perjalanan.


Kecaman Publik dan Meluasnya Aksi

Namun, pembelaan tersebut tidak serta-merta meredakan amarah publik. Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI) mengecam keras kunjungan kerja ini. Peneliti FORMAPPI, Lucius Karus, menyebut tindakan para wakil rakyat itu sebagai "wajah DPR yang memalukan" dan "mengolok-olok perjuangan rakyat" yang sedang berdarah-darah di jalanan.

"Kami menuntut seluruh anggota DPR yang sedang di luar negeri untuk segera ditarik pulang. Biarkan mereka dikalungi bunga kemarahan oleh rakyat di bandara," seru Lucius.

Kegeraman publik ini memicu meluasnya aksi demonstrasi hingga ke 20 kota besar lainnya, termasuk Surabaya, Makassar, dan Yogyakarta. Tuntutan massa pun bertambah, kini mereka juga menyuarakan penolakan terhadap tunjangan mewah bagi anggota DPR.

Kontroversi ini semakin menggerus kepercayaan publik terhadap lembaga legislatif. Pengamat politik menilai insiden ini menunjukkan perlunya transparansi total terkait anggaran kunjungan kerja dan evaluasi mendalam atas skala prioritas para wakil rakyat.

Di tengah ketegangan politik yang memanas dan aksi solidaritas untuk korban yang terus bergulir, publik kini menanti pertanggungjawaban. Satu pertanyaan besar menggantung: apakah kunjungan kerja ini benar-benar untuk kepentingan rakyat, atau sekadar menjadi ajang pelarian dari tanggung jawab di saat negeri sedang genting? Rakyat menunggu jawaban nyata, bukan sekadar klarifikasi dan itinerary wisata.(**)

Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru