Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 16 November 2025
Mengganggu Lahan Orang Lain Tanpa Hak Jelas

6 dari 10 orang Warga Desa Gongsol Berastagi Dijebloskan ke Rutan Kabanjahe

* 3 Terpidana Meninggal Dunia, 1 Terpidana Mengaku Sakit Belum Dieksekusi
Sonry Purba - Senin, 15 September 2025 09:15 WIB
662 view
6 dari 10 orang Warga Desa Gongsol Berastagi Dijebloskan ke Rutan Kabanjahe
Foto: Dok/Kejari Karo
EKSEKUSI: Kasipidum Kejari Karo Gus Irwan Marbun SH MH menjebloskan Imran Ginting, Arifin Surbakti, Suparman Surbakti, Fuad Hasan Surbakti, Adam Malik Sinulingga dan Masta boru Sembiring ke Rutan Kabanjahe, Rabu (10/9). Seluruhnya merupakan warga Desa Gon
Karo(harianSIB.com)

Banyaknya warga Desa Gongsol Berastagi dan sekitarnya mengganggu dan menguasai tanah milik orang lain tanpa ijin maupun tanpa surat-surat sah, telah membuat banyak pemilik tanah, villa di sana baik pribadi maupun perusahaan gerah.


Salah satunya adalah ahli waris Almarhum Ibu Ramlah Hutagalung, pemilik sekaligus pendiri media Harian Sinar Indonesia Baru (SIB).


Tanah milik mereka yang sudah bersertifikat Hak Milik dimasuki dan ditanami oleh 10 (sepuluh) orang warga Desa Gongsol tanpa ijin Alm Ibu R Hutagalung maupun wakilnya.


Padahal tanah tersebut selalu dijaga dan diusahai oleh karyawan ibu R Hutagalung, dibangun tembok keliling bahkan terdapat bangunan dua lantai.


Tindakan main hakim sendiri ini kemudian dilaporkan ke Polda Sumatera Utara (Sumut) dan oleh hakim PN Kabanjahe dan PT Medan menjatuhkan pidana penjara masing-masing selama satu bulan terhadap seluruh terdakwa berjumlah sepuluh orang yang seluruhnya merupakan warga Desa Gongsol.
Enam dari 10 orang terpidana ini kemudian pada Rabu (10/9) petang dijebloskan Kejari Kabanjahe ke dalam penjara Rutan Kabanjahe.


"Enam terpidana yang telah dieksekusi masing-masing Imran Ginting, Arifin Surbakti, Suparman Surbakti, Fuad Hasan Surbakti, Adam Malik Sinulingga dan Masta br Sembiring," ungkap Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasipidum) Kejari Karo Gus Irwan Marbun SH MH kepada SIB di ruang kerjanya, Kamis (11/9).


Ia menambahkan tiga terpidana telah meninggal dunia masing-masing Haryono Ginting, Setia Surbakti dan Terima Ginting.


"Haryono Ginting telah meninggal dunia pada 25 April 2021 berdasarkan surat keterangan kematian No 2004/148/GSL/V/2021 tertanggal 6 Mei 2021 yang ditandatangani Kepala Desa Gongsol Syahmidun. Setia Surbakti telah meninggal dunia pada 11 September 2018 berdasarkan surat keterangan kematian No 372/2004/IX/2025 tertanggal 8 September 2025 yang ditandatangani Kepala Desa Gongsol Jon Fomen Surbakti. Dan Terima Ginting meninggal dunia pada 26 Pebruary 2021 berdasarkan surat keterangan kematian No 371/2004/IX/2025 tertanggal 8 September 2025 yang ditandatangani Kepala Desa Gongsol Jon Fomen Surbakti," ungkapnya.


Selanjutnya Gus Irwan mengatakan, terpidana Sampit Surbakti belum dapat dieksekusi pada Rabu (10/9) karena mengaku dalam keadaan sakit. "Terpidana Sampit Surbakti dalam keadaan sakit dan tidak bisa bangun karena sudah lanjut usia," ungkapnya.


Meskipun demikian, pihak Kejaksaan akan mengecek secara langsung ke rumah Sampit Surbakti dengan membawa dokter.
"Dan apabila yang bersangkutan dinyatakan sehat, terpidana wajib dieksekusi," pungkasnya.


Terkait telah dieksekusinya para pelaku yang memasuki dan mengusahai tanah milik keluarganya, Tuty Panggabean selaku salah seorang Ahli Waris Alm Ibu R Hutagalung menyatakan apresiasi kepada Kejaksaan Negeri Kabanjahe.


"Kami mengapresiasi Kejari Kabanjahe yang telah mengeksekusi orang-orang yang mengganggu tanah kami. Semoga dengan telah menjalani hukuman penjara ini, mereka sadar dan segera keluar dan mengosongkan tanah kami. Jika tidak, kami akan tempuh jalur hukum lagi. Kami memiliki 2 (dua) bidang tanah di sini, yang letaknya berhadap-hadapan. Tanah yang kami laporkan ini sudah penuh bangunan liar. Bulan Juli kemarin, tanah dimana bangunan hotel kami berdiri dicoba ganggu lagi. Ulah preman-preman ini sudah tidak bisa ditolerir lagi. Tidak ada yang kebal hukum di negara kita," tegasnya.


"Kita percaya dengan aparat hukum kita. Menghancurkan markas narkoba, judi dan kejahatan-kejahatan yang jauh lebih besar, aparat kita sanggup, masa mengatasi masalah preman penggarap tanah orang tidak bisa," ujarnya yakin.


Selanjutnya Tuty juga meminta perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo atas maraknya gangguan-gangguan terhadap tanah-tanah di Desa Gongsol maupun di desa lain sekitarnya.


"Hampir semua tanah di sana digarap dan diganggu oleh warga setempat, yang melakukannya secara beramai-ramai dan tindakan main hakim sendiri. Tanah PTPN, tanah milik Bakrie dan tanah tanah lainnya, baik milik BUMN, perusahaan maupun pribadi, bahkan preman-preman ini banyak yang sudah sampai mendirikan bangunan. Kita heran, dari Pemkab tidak pernah ada penertiban atas hal itu, padahal sudah pasti itu semua bangunan liar yang tidak memiliki IMB (Ijin Mendirikan Bangunan). Pemilik tanah sah seperti kami jadi menderita kerugian materil yang besar atas adanya pembiaran hal ini. Pembangunanpun menjadi terhambat di Desa Gongsol dan desa sekitarnya. Kami harapkan Bapak Bupati dan Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) setempat menertibkan hal ini dengan membongkar seluruh bangunan bangunan liar tersebut. Kami yakin Bapak Gubernur Bobby Nasution juga mendukung langkah Pemkab untuk menertibkan bangunan-bangunan liar yang sudah sangat mengganggu ini, agar pariwisata daerah Berastagi kembali ke masa jayanya dulu," jelas Tuty tegas. (**)

Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru