Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 21 November 2025

Radu Meliala Mengawal Seni Karo dan Sinema India Berpegang padaNya

- Kamis, 16 April 2015 13:09 WIB
1.035 view
Radu Meliala Mengawal Seni Karo dan Sinema India Berpegang padaNya
Medan (SIB)- Radu Milala punya nafas seni dari masa ke masa. Karena latar belakang budayanya Karo, sejumlah seni dari Negeri Turang dipedomaninya. Dalam inkulturatif kehidupannya yang selalu di jalanan, membuat pria yang pada Minggu, (5/4), emeritus dari pertua di GBKP Simp Selayang itu mengawal sinema India. “Karena menjadi kernet, dalam memanjakan penumpang, yang diputar lagu-lagu dari sinema Bollywood. Saat itu yang sedang populer adalah Dev Anand, Dharmendra, Hema Malini,” ujarnya di BPK Tesalonika Simp Selayang, Rabu (15/4).

Caranya mengingat lagu dari Sungai Gangga tidak melafaskan syairnya tapi dengan siulan. “Kalau syair kan bisa salah mengucapkan hingga memberi tafsir yang beda, tapi kalau siulan seperti solmisasi. Tak bisa salah. Yang membedakan adalah tangga nadanya,” ujarnya sambil menyiulkan lagu Tere Mere Sapne.

Film Tere Mere Sapne memiliki theme song berjudul serupa. Di film yang diproduksi tahun 1971 itu menampilkan Dev Anand sebagai  Dr Anand Kumar. Tahun 1996 film bertajuk Tere Mere Sapne Ab Ek Rang Hai kembali dbuat dengan lagu yagn lebih mendayu dilantunkan Mohd Rafi. Musik dikerjakan RD Burhan, sama seperti ketika mengerjakan untuk film yang pertama disebut.

Selain aktor yang wafat di London, Inggris tahun 2011 itu, Radu  Meliala pun punya catatan penting tengan sejumlah aktor Bollywood seangkatan Dev Anand speerti Hema Malini dan Dharmeendra.

Di era 1970-an, Hema Malini berjuluk dream girl. Hema punya kemampuan lebih di aktingnya dan yang membuat penontonnya terpana. Sebagian besar di film yang diperaninya laris. Filmnya yang paling fenomenal adalah Seeta Aur Geeta dan Sholay.

Saat di puncak popularitas, Hema menikah dengan Dharmeendra dengan status sebagai istri kedua, tapi bisa menutupi pernikahannya yang cukup kontroversial itu dengan pesonanya sebagai artis besar. Putri sulungnya Esha Deol kini pun mulai eksis di Bollywood. Di akhir kejayaannya dia digantikan ratu Bollywood lainnya Rekha. “Tapi Hema punya kepribadian yang kuat,” nilai Radu Meliala.

Memahami kesenian India namun pria yang mengaku beroleh pengurapan dan mukzizat setelah mengenal Yesus Kristus di tahun 1971 itu pun paham dengan kesenian Karo. Bahkan ikut dalam kelompok kesenian. “Rasanya, jika satu pribadi tak kenal budaya etnisnya, rugi dan akan menyesal serta terombang ambing,” jelasnya.

Radu Meliala lahir di Ajijulu, Tiga Panah, Karo pada 31 Desember 1949 dari pasangan N Milala - Ng Tarigan. Masuk sekolah di SR Ajibuara, melanut ke SMEP Pancurbatu dan SMEA Kabanjahe. Karena kekurangan waktu, sekolahnya putus. Untuk menghidupi diri sendiri, tahun 1963 menjadi pedagang ikan di Berastagi.

Tetapi, disebabkan tak mau mengambil utung terlalu banyak bahkan menokoh dari sisi timbangan, Radu Meilala undur diri dari pedang menjadi petani. Tak juga sesuai dengan hatinya, merantau ke Medan menjadi kernek Perushaan Motor Gunung rute Medan - Pancurbatu.

Dari kariernya tersebut Radu Meilala semakin dekat dngan kesenian karo dan India serta semakin mencari Tuhan melalui Yesus Kristus. Apalagi sejak kenal seorang perempuan terpelajar yang kemudian dinikahinya di tahun 1968. “Istri (Ny Curmin Brahmana - kala ini pelajar SMP Rakyat Pancurbatu) yang mengenalkan saya pada Yesus Kristus dan menjadi jemaat GBKP Simp Selayang Medan!”

Setlah menikah, tahun 1971 diajat Pt Sabah Tarigan ke GBKP. Tahun 1984 menjadi PT di GBKP Simpang Selayang. Ketika saat hendak melanjutkan pengabdian sebagai pertua, insiden datang karena masa lalunya diungkit-ungkit. Dari PT, Radu Meilala menjadi PJJ tapi ketika ada pemilihan menjadi pertua, serta merta terpilih di tahun 1994 yang secara terus-menerus ditunaikannya.

Sebagai pria yang bertanggung jawab pada pilihan, seluruh kerjaan dilakukannya. Mulai dari loper koran dengan mendayung sepeda minimal 68 kilometer tiap hari, menjadi peternak kembang dan peternak babi. Ketika berpikir untuk membuka rumah makan dengan nama Tesalonika, Radu Sembirng pergi ke Salib Kasih Tarutung. “Masuk ke kamar doa dengan satu permintaan, ‘bantu aku Tuhan Yesusku karena hendak buka rumah makan’ dan dikabulkan,” kenangnya.

Tetapi ujian datang lagi ketika wabah penyanyi ternak hingga memmbuat peliharaannya mati dan dibuang. Meski demikian, sesuai tekadnya melayaniNya, tak ada kata menyerah. Rintangan tak hanya dapat dilalui tapi dijadikan motivator untuk makin berkembang hingga seperti sekarang.
Di hari senja, Radu Milala ingin hidupnya semakin diurapiNya. (r9/W)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru