Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 13 Oktober 2025

Altois Veronika Sitanggang Pahat Idealisme Melalui Batik Gorga

- Kamis, 06 Agustus 2015 17:17 WIB
1.424 view
Altois Veronika Sitanggang Pahat Idealisme Melalui Batik Gorga
Dra Veronika Sitanggang
Medan (SIB)- Festival Paduan Suara (PS) Gereja HKBP 2015, Rabu, (5/8) memasuki saat-saat mendebarkan. Sepuluh PS utusan tiap ressort bertarung di tingkat Distrik untuk meraih tiket ke pusat. Sistem penampilan dan penjurian terbuka tapi peserta tidak diizinkan menyaksikan penampilan finalis di mimbar perlombaan yang dipusatkan di dalam Gereja HKBP Sudirman Medan. Finalis dipulkan di Sopo Godang. Dari 10 PS, ada yang mencolok yakni yang berasal dari Wilayah II HKBP Sei Agul Medan. Busana yang dikenakan personel PS memiliki keistimewaan dan senafas dengan tema  â€œKita Satu di dalam Kristus Yesus” (Galatia 3:28c) dan subtema “Perempuan HKBP Dipanggil Menjadi Pelopor Pembaharuan, Perdamaian dan Pemberdayaan Keluarga, Gereja dan Masyarakat”. "Kami menerjemahkannya dalam busana yakni modifikasi batik gorga," ujar Dra Veronika Sitanggang, didampingi suaminya Drs Irwanto Tampubolon dan putranya, Mettiew Tampubolon.

Simaklah gaun yang dipakai personel PS. Mengusung warna merah pada kebaya yang dipermanis batik gorga pada dada, kerah, ujung lengan. Bagian bawah bermodel maxi, dari batik gorga dengan warna merah putih dan hitam. "Batik gorga sekarang sudah dimodifikasi dalam warna tapi bagi orang Batak, warna tak boleh berubah. Ini yang kami tunjukkan pada semua orang. Bahkan perempuan Batak itu harus idealis menjaga warisan leluhur," ujar perempuan yang berada dalam posisi alto dalam PS Gereja HKBP Sei Agul.

Rancangan yang terus dipakai dalam perlombaan mulai tingkat terendah tersebut telah menarik perhatian publik. Usai pertandingan terdahulu, ada sejumlah konsumen yang minta dirancangkan busana sejenis. "Saya tak sadar, gaun yang dipakai PS Gereja Sei Agul Medan telah mengangkat kearifan lokal dan menguatkan ekonomi industri kreatif. Puji Tuhan," ujarnya sambil merinci pihak yang memesan gaun tersebut tak hanya dari Sumatera tapi dari pulau lain. "Ada PS dari Riau yang ingin mengenakan busana serupa dalam perlombaan sejenis!"

Festival PS Gereja HKBP 2015 dalam Tahun Parompuan tak semata sampai di sana karena punya tujuan sebagai media berapresiasi dan mengekspresikan diri melalui seni suara dengan ukuran kompetitif kualitas. Veronika Sitanggang menggariskan hal tersebut dengan menariknya ke industri kreatif. "Ingat MEA diberlakukan Desember 2015. Industri kreatif yang unggul adalah yang eksklusif. Kearifan lokal adalah salah satu poin eksklusif karena pasti tidak dipahami dan diketahui pihak asing," ujar perempuan yang sehari-hari mengibarkan bendera PJTKI Mutiara Karya Mitra di Jalan Kapt Muslim (berdampingan) dengan RS Sari Mutiara Medan itu.

Melalui gaun seperti ini, PS Gereja Sei Agul Medan pun ingin menunjukkan pada publik, khususnya orang Batak, bahwa ulos itu tak semata diselempangkan dan dipakai pada pesta adat semata, tapi untuk keseharian pun bisa dan indah digunakan. Dalam rancangan busana itu, ragam simbol yang terdapat dalam gorga diadopsi penuh. "Kami mengewajahtahkan makna sakral ulos seperti umpasa Batak: ijuk pangihot ni hodong, ulos pangihot ni holong. Motif gorga dan ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama," ujar perempuan yang kini memperdalam ilmu psikologi tersebut.

Veronika Sitanggang memastikan, jumputan batik gorga pada busana telah mengadopsi jenis gorga yang ada dalam masyarakat Batak yakni Gorga Ipon-Ipon; Gorga Sitompi; Gorga Simataniari; Gorga Desa Naualu; Gorga Si Marogung-ogung; Gorga Singa Singa; Gorga Jorgom; Gorga Boras Pati dan Adop Adop serta Gorga Ulu Paung. "Jadi, PS Gereja Sei Agul dalam berbusana benar-benar menegaskan idealisme sebagai perempuan Batak yang ikut menjaga dan melestarikan warisan leluhur," tandasnya sambil mengatakan ide tersebut didukung pendeta Gereja HKBP Sei Agul Medan Pdt D Tambunan STh.

Dalam penampilannya, PS Gereja Sei Agul Medan membawakan lagu wajib Olophon Hatigoranna cipt Pdt Freska Sinaga STh dan lagu pilihan Hehe ma Parompuan HKBP. "Dalam makna lagu tersebut pun tercermin idealisme perempuan yang kami terjemahkan dalam busana ini," ujar Veronika Sitanggang didampingi konduktor Surtana Sihombing. Selain menerjemahkan hal idealisme, juga memenuhi kriteria lomba mulai dari vokalisasi, tekhnik bernyanyi, tekhnik membawakan lagu hingga penampilan. "Kami bukan mengejar juara tapi harus memberi yang terbaik karena demi memuliakanNya serta mengedepankan unsur idealisme sebagai perempuan Batak," tandas Veronika Sitanggang tatkala ditanyakan apa target yang dipatri dan tim yang dianggap sebagai kompetitor terdekat.

***
Terlahir pada 20 November 1962 sebagai putri keempat dari 10 bersaudara boru dari pasangan J Sitanggang - P Br Samosir. Menimba ilmu di Yayasan Pendidikan Nasrani Medan hingga menamatkan pendidikan di IKIP Medan. Masa kecil yang indah dilalui dengan pendidikan yang ketat, baik agama maupun pendidikan ilmiah. Karena didikan orangtuanya tersebutlah membuat Veronika masuk jajaran terbaik dalam studi. Selain itu, dalam memuliakanNya, Veronika pun tergabung dalam PS bahkan pernah menjadi konduktor. Dalam posisi sebagai altois, pernah pula menjadi pemenang festival PS mulai dari tingkat terendah hingga juara nasional. "Kalau bicara prestasi, sudah biasa tapi yang terpenting adalah memuliakanNya dengan ikhlas dan penebalan iman," ujarnya.
Dari pernikahannya dengan Irwanto Tampubolon, Veronika Sitanggang beroleh buah hati: Venesia Tampubolon, Mettiew Tampubolon dan Patrick Tampubolon.

Pada anak-anaknya, Veronika Sitanggang tak muluk-muluk mengantarkannya karena yang penting baginya adalah tetap berjalan di relNya. "Saya pun demikian. Orangtua mendidik disiplin tanpa target kecuali harus tetap memegangNya," kenangnya.

Mengenai eksplorasi selanjutnya dalam maksud mewarisi budaya leluhur dan menggali kearifan lokal, banyak ide yang kerap dituangkannya. Baik melalui lagu dan rancang busana. (r9/h)







SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru