Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 13 November 2025

Senat AS Loloskan RUU Gugat Arab Saudi Terkait Serangan 9/11

- Kamis, 19 Mei 2016 13:53 WIB
250 view
Washington (SIB)- Senat Amerika Serikat, Selasa (18/5) waktu setempat, menyetujui rancangan undang-undang yang akan memperbolehkan keluarga korban tragedi 9/11 menuntut Arab Saudi atas dugaan keterlibatan negara itu. Undang-undang yang ditolak oleh Gedung Putih itu telah menjadi bahan perdebatan selama berbulan-bulan. Pengusung RUU tersebut, Senator John Cornyn (Partai Republik) dari Texas dan Chuck Schumer (Partai Demokrat) dari New York, akhirnya bisa meloloskan RUU dengan pemungutan suara.

Sekretaris pers Gedung Putih, Josh Earnest, kembali mengungkapkan ancaman bahwa Presiden AS Barack Obama akan memveto RUU tersebut. "Ya, seperti yang saya sebutkan sebelumnya mengingat kekhawatiran yang sudah kita ekspresikan sulit membayangkan Presiden [Obama] akan menandatangani rancangan undang-undang ini dan akan tetap seperti itu," ujar Earnest.

Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS mengatakan RUU itu bisa memiliki konsekuensi dramatis bagi AS dan warga yang tinggal di luar negeri terhadap gugatan hukum pembalasan. "Rancangan undang-undang ini akan mengubah hukum internasional yang sudah lama berlaku mengenai kekebalan berdaulat dan Presiden Amerika Serikat dan terus memperingatkan kekhawatiran serius bahwa undang-undang ini akan membuat Amerika Serikat rentan dalam sistem pengadilan lain di seluruh dunia," kata Earnest. UU yang berlaku saat ini mencegah Arab Saudi dan negara-negara lain yang diduga memiliki hubungan teroris, serta membolehkan mereka memiliki imunitas kedaulatan di pengadilan federal.

Saudi, sementara itu, telah lama membantah terlibat dalam serangan 9/11. Namun keluarga korban telah berulang kali berupaya membawa masalah ini ke pengadilan, dan berulang kali pula ditolak karena Saudi memiliki imunitas di bawah hukum yang berlaku saat ini.

Pada Maret, Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir, memperingatkan anggota parlemen bahwa mereka akan menjual US$750 miliar aset AS, termasuk surat berharga, jika RUU ini lolos. "Misi mereka [keluarga korban] tidak hanya untuk membawa keadilan kepada mereka namun memberi pesan kuat ke pemerintah asing. Jika Anda membantu terorisme di tanah Amerika, Anda akan diadili," ujar Schumer dalam konferensi pers. Ia dan Cornyn menepis ancaman "dangkal" dari Saudi soal penjualan aset di AS.

"Mereka tak akan mau menderita kerugian finansial besar hanya untuk menunjukkan maksud mereka," ujar Cornyn. Cornyn menyebut bahwa RUU yang ia usulkan "tidak akan menganggu hubungan yang kita ounya dengan Kerajaan Arab Saudi."

Namun bagaimana pun juga, menurut Schumer, hal itu sepadan. "Jika orang Saudi tidak berpartisipasi dalam terorisme ini, mereka tak perlu takut untuk datang ke pengadilan. Jika betul, mereka harus diadili," kata Schumer yang mewakili banyak kerluarga korban 9/11 dari New York.

"Kami sudah menunggu cukup lama. Kami sudah menunggu 15 tahun. Kami tak seharusnya menunggu lebih lama lagi," kata Terry Strada yang kehilangan suaminya dalam 9/11. "Ini adalah kebijakan bagus untuk mengadili negara mana pun yang membantu serangan teror di tanah AS dan yang berperan dalam kematian warga AS."

GALANG DANA RP3,9 M
Seorang pebisnis Amerika Serikat, Paul Salo, berencana menggalang dana hingga US$300 ribu atau setara Rp3,9 miliar untuk merekayasa ulang serangan 9/11 demi membuktikan kebenaran segala teori konspirasi terkait insiden itu.

Setelah peristiwa runtuhnya World Trade Center pada 2001 lalu itu, teori konspirasi memang mulai bermunculan. Menurut beberapa pihak, momen runtuhnya bangunan itu seperti kehancuran yang direkayasa. Melalui video di kanal YouTube, Salo yang kini sudah menetap di Thailand lantas menjabarkan gagasan dari proyek ini. Intinya, ia ingin membeli sebuah pesawat Boeing 747 dengan kotak hitam yang masih berfungsi. Pesawat itu akan diisi bahan bakar penuh, kemudian menabrakkannya ke satu menara dengan kecepatan sekitar 800 kilometer perjam.

"Kita akan membeli bangunan yang akan dihancurkan di pinggiran kota, di tempat yang aman, dan tidak akan melukai siapapun. Kita tabrakkan pesawat bermuatan penuh dengan kecepatan 500 mil perjam ke bangunan itu menggunakan autopilot untuk mengetahui apa yang terjadi pada bangunan itu," ujar Salo dalam video itu, seperti dikutip The Independent.

Menurutnya, proyek ini akan menunjukkan banyak hal mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam insiden pada 11 September itu. "Jelas, jika ada lubang asap di gedung itu dan tidak ada sesuatu yang terjadi, kalian akan tahu itu kejadian bohong. Kita akan melihat fisika bekerja," tuturnya. Salo menyadari adanya kemungkinan pihak-pihak yang akhirnya kecewa dengan hasil akhirnya. "Namun, kita berhak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi," katanya. (CNN Indonesia/I)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru