Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 27 Oktober 2025

Arab Saudi Tidak Tolerir Kritikan Terhadap Putra Mahkota

* Tolak Klaim CIA Tentang Pembunuhan Jamal Kashoggi
- Jumat, 23 November 2018 12:34 WIB
526 view
Arab Saudi Tidak Tolerir Kritikan Terhadap Putra Mahkota
SIB/AP/Yahoonews
Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (kiri) dalam satu pertemuan di Gedung Putih baru-baru ini. Pemerintah Arab Saudi, Kamis (22/11) mengingatkan bahwa kritikan terhadap Putra Mahkota Pangeran Mohamm
Riyadh (SIB) -Pemerintah Arab Saudi mengingatkan bahwa kritikan terhadap Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) adalah "garis merah" yang tidak boleh dilanggar. Peringatan ini disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump justru memberikan pujian kepada kerajaan tersebut di tengah sorotan dunia terhadap Saudi terkait pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi. Menteri Luar Negeri (Menlu) Saudi, Adel al-Jubeir mengatakan, seruan agar Putra Mahkota dimintai pertanggungjawaban atas pembunuhan brutal Jamal Khashoggi juga tidak akan ditolerir. 

"Di Arab Saudi, kepemimpinan kami adalah satu garis merah. Penjaga dua masjid suci (Raja Salman) dan Putra Mahkota adalah garis merah," tutur Jubeir dalam wawancara dengan BBC seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (22/11). "Mereka mewakili setiap warga negara Saudi dan setiap warga negara Saudi mewakili mereka. Dan kami tidak akan mentolerir pembicaraan apa pun yang meremehkan Raja kami atau Putra Mahkota kami," tegas Menlu Saudi itu.

Jubeir pun menegaskan bahwa sang Putra Mahkota tidak terlibat dalam pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. "Kami telah menyatakan hal itu dengan sangat jelas. Kami ada penyelidikan yang sedang berlangsung dan kami akan menghukum orang-orang yang bertanggung jawab untuk ini," katanya. Jubeir pun mendesak Turki untuk menyampaikan semua bukti-bukti mengenai pembunuhan itu dan berhenti membocorkan informasi. 

Pernyataan ini disampaikan Jubeir setelah Trump memuji Saudi karena telah membantu menjaga harga minyak dunia. Dalam kicauan di akun Twitter resmi, Trump menyampaikan rasa terima kasihnya dan mengharapkan agar harga minyak bisa lebih rendah dibanding saat ini. Memang sebelumnya, Trump sudah berkali-kali mengecam tingginya harga minyak dengan mengkritik OPEC yang menekan Arab Saudi untuk menekan produksi.

Tolak Klaim CIA
CIA dalam laporannya menyebutkan, Putra Mahkota Mohammed bin Salman memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Kashoggi. Menlu Adel al-Jubeir menyebut laporan itu "kebohongan". Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan Selasa (20/11) bahwa setiap tuduhan Putra Mahkota Mohammed bin Salman terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi "tidak ada dasar dalam kebenaran."

Menanggapi laporan dinas intelijen Amerika Serikat CIA, Jubeir mengatakan kepada harian pemerintah Al Sharq Al Awsat, pihak kerajaan "secara kategoris" menolak tuduhan seperti itu karena mereka tidak didukung oleh "bukti-bukti konklusif." "Kepemimpinan kerajaan Arab Saudi, diwakili oleh raja dan putra mahkota, adalah garis merah, dan kami tidak akan mengizinkan upaya untuk mencederai atau melemahkan mereka," tandasnya.

Dalam laporan CIA yang dikutip media akhir pekan lalu, disebutkan bahwa perintah untuk membunuh Khashoggi datang langsung dari putra mahkota Mohammed bin Salman. CIA akan melaporkan temuannya kepada Presiden AS Donald Trump hari Selasa ini. Donald Trump sejauh ini menyatakan bahwa dia percaya kepada Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Sekalipun demikian, AS telah menjatuhkan sanksi terhadap 17 warga Saudi yang dinyatakan terlibat dalam plot pembunuhan Kashoggi, termasuk di antaranya dua pembantu dekat Muhammad bin Salman.

Jamal Khashoggi - kontributor Washington Post yang sering menulis kolom kritis tentang kepemimpinan Arab Saudi - dibunuh di dalam gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.

Arab Saudi selama ini menawarkan beberapa versi yang kontradiktif tentang kematian Kashoggi. Awalnya para pejabat Arab Saudi menyatakan Kashoggi telah meninggalkan konsulat hidup-hidup. Namun kemudian mereka mengakui bahwa Kashoggi tewas "dalam perkelahian" ketika sedang diinterogasi, Versi terakhir, pemerintah Arab Saudi mengatakan Kashoggi dibunuh oleh sebuah tim yang punya "misi jahat".

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang pertama kali mengklaim bahwa perintah untuk pembunuhan itu berasal dari "tingkat tertinggi" pemerintahan Saudi. Dinas intelijen Turki memiliki bukti-bukti rekaman audio dari kejadian di dalam konsulat di Istanbul. Jerman hari Senin (19/11) mengumumkan pemberlakuan larangan masuk terhadap 18 warga Saudi yang terkait dengan pembunuhan Jamal Kashoggi. 

Beberapa jam kemudian Perancis mengikuti langkah itu. Perancis juga mengatakan akan menjatuhkan sanksi selanjutnya terhadap kerajaan Arab Saudi.
Arab Saudi adalah salah satu pelanggan terpenting industri pertahanan Perancis dan Amerika Serikat. Tahun lalu, kerajaan itu membeli senjata senilai lebih 1,5 miliar dolar AS.

Jaksa penuntut umum Saudi pekan lalu menyatakan, Putra Mahkota Mohammed bin Salman tidak terlibat pembunuhan Kashoggi. Sejauh ini ada 21 tersangka yang ditahan di Arab Saudi. 11 orang dituduh terlibat langsung dalam pembunuhan jurnalis yang tinggal di AS itu, lima orang didakwa dengan sanksi tertinggi hukuman mati.

Denmark Setop Jual Senjata ke Saudi
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Denmark Anders Samuelsen mengatakan negaranya memutuskan untuk menangguhkan izin penjualan senjata dan peralatan militer lain ke Arab Saudi. Hal itu, kata Samuelsen, dilakukan sebagai respons atas pembunuhan Jamal Khashoggi, wartawan pengkritik Raja Salman.
Dikutip Sputnik, Kamis (22/11), dalam pernyataannya Samuelsen mengatakan langkah tersebut diputuskan Denmark setelah melakukan sejumlah konsultasi dengan para menteri luar negeri negara Uni Eropa. Saudi terus menjadi sorotan dunia internasional lantaran Putra Mahkota Mohammed bin Salman disebut-sebut berada di balik pembunuhan Khashoggi. Khashoggi tewas di dalam gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, setelah sempat dinyatakan hilang pada 2 Oktober lalu.

Meski sempat menampik, Saudi akhirnya mengakui bahwa koresponden The Washington Post itu tewas di dalam gedung konsulatnya. Namun, Riyadh menegaskan kerajaan tidak terlibat konspirasi pembunuhan tersebut. Saudi menuturkan operasi itu dilakukan oleh sejumlah pejabat intelijen di luar kewenangan mereka. Negara kerajaan itu sejauh ini telah menahan 21 tersangka. Di satu sisi, laporan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) yang bocor ke media menyebutkan lembaga itu telah menarik simpulan Pangeran Mohammed adalah orang yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi.

CIA menarik simpulan ini setelah menggali berbagai sumber intelijen, termasuk panggilan telepon antara Khashoggi dengan saudara Putra Mahkota yang juga menjabat sebagai Duta Besar Saudi untuk AS, Khalid bin Salman. Selain Denmark, sejumlah negara seperti Kanada dan Jerman juga melakukan hal serupa. Pada 22 Oktober lalu, Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman berhenti menjual senjata ke Saudi untuk sementara waktu. Merkel menyatakan kecamannya terhadap pembunuhan Khashoggi dan mendesak klarifikasi terkait kasus tersebut.

Sementara itu, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyatakan negaranya bisa membatalkan kontrak kerja sama pertahanan senilai miliaran dolar dengan Saudi akibat kasus Khashoggi. Ottawa dan Riyadh telah menyepakati kesepakatan jual-beli senjata senilai US$11,4 miliar atau setara Rp173,9 triliun. Dalam kontrak itu tercantum salah satu klausul yang mengharuskan negara pembeli alutsista Kanada bebas dari pelanggaran HAM. Trudeau menuturkan Kanada bisa membatalkan perjanjian kerja sama itu jika Saudi tidak mengikuti klausul-klausul tersebut. (AFP/BBC/dtc/kps/l)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru