Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 26 September 2025

Dilarang Kenakan Blus Bendera Palestina, Anggota Parlemen Belanda Balas dengan 'Taktik' Semangka Cerdas

Redaksi - Selasa, 23 September 2025 09:41 WIB
415 view
Dilarang Kenakan Blus Bendera Palestina, Anggota Parlemen Belanda Balas dengan 'Taktik' Semangka Cerdas
Instagram/@estherouwehandpvdd
Anggota DPR Belanda Esther Ouwehand memakai blus bermotif bendera Palestina sebagai bentuk solidaritas, Kamis (18/9/2025).

Den Haag(harianSIB.com)

Sidang anggaran Parlemen Belanda yang seharusnya berjalan formal mendadak memanas, bukan karena perdebatan angka, tetapi karena selembar blus yang dikenakan anggota parlemen Esther Ouwehand. Aksinya yang berani memicu konfrontasi langsung dengan Ketua DPR, berujung pengusiran, dan ditutup dengan perlawanan simbolis yang cerdas dan menjadi viral di seluruh dunia.

Insiden ini terjadi pada Jumat (20/9/2025), ketika Esther Ouwehand dari Partai untuk Hewan (PvdD) hadir dalam debat dengan mengenakan blus bercorak empat garis horizontal: hitam, putih, hijau, dan merah, representasi jelas dari bendera Palestina.

Pemandangan ini langsung menuai reaksi keras dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Martin Bosma, yang berasal dari Partai Kebebasan (PVV) berhaluan kanan.

"Saya merasa keberatan Anda sekarang berdiri di sini dengan bendera ini," tegas Bosma di hadapan forum, dengan alasan pakaian tersebut melanggar asas netralitas politik di ruang sidang.

Baca Juga:
Meski aturan tersebut tidak tertulis, Bosma bersikeras dan meminta Ouwehand meninggalkan ruangan. Sempat menolak dan menantang untuk diusir paksa, Ouwehand akhirnya memilih keluar sebagai bentuk protes.

Namun, drama tidak berhenti di situ. Tak lama berselang, Ouwehand kembali memasuki ruang sidang dan duduk di kursinya. Kali ini, ia mengenakan blus yang berbeda: bermotif potongan buah semangka.

Bukan pilihan acak, semangka telah lama menjadi simbol perlawanan rakyat Palestina. Warna dagingnya yang merah, bijinya yang hitam, lapisan putih, serta kulitnya yang hijau secara cerdik merepresentasikan warna bendera Palestina. Simbol ini sering digunakan ketika pengibaran bendera secara langsung dilarang.

Dengan "taktik semangka" ini, Ouwehand berhasil menyampaikan pesan solidaritasnya kembali tanpa bisa diperdebatkan. Kali ini, Ketua DPR Martin Bosma tidak berkutik, dan Ouwehand diizinkan menyampaikan proposalnya tanpa interupsi.

Viral di Media Sosial

Momen pertukaran kata-kata antara Ouwehand dan Bosma, disusul kembalinya ia dengan blus semangka, dengan cepat menjadi sensasi global di media sosial. Para pendukungnya membanjiri internet dengan pujian, menyebutnya sebagai aksi "perlawanan damai" yang brilian dan "suara bagi mereka yang terpinggirkan."

Sebaliknya, para kritikus menilainya sebagai tindakan yang memecah belah dan mencemari netralitas ruang publik.

Baca Juga:
Ironisnya, dalam sidang yang sama, anggota parlemen lain dilaporkan mengenakan simbol politik berbeda. Pemimpin partai Denk, Stefan van Baarle, terlihat memakai pin bendera Palestina, sementara anggota partai BBB mengenakan pita kuning sebagai dukungan bagi sandera Israel di Gaza. Hal ini memicu pertanyaan tentang standar ganda dalam penegakan aturan "netralitas" yang ternyata tidak tertulis.

Faktanya, Parlemen Belanda tidak memiliki kode etik berpakaian yang spesifik. Keputusan sepenuhnya berada di tangan Ketua DPR yang memimpin sidang, menjadikan interpretasi pribadi sebagai dasar penegakan aturan.

"Ini Kewajiban Moral Saya"

Pasca insiden, Esther Ouwehand tidak tinggal diam. Melalui sebuah video di akun Instagram-nya, ia menegaskan bahwa tindakannya adalah sebuah "kewajiban moral."

"Pemerintah Belanda menolak mengakui genosida yang terjadi di Gaza. Sebagai wakil rakyat, saya tidak bisa diam melihat pembiaran ini," ujarnya. Dengan seruan "Bebaskan Palestina," ia menegaskan bahwa aksinya bukan sekadar soal mode, melainkan tekanan politik untuk kemanusiaan.

Insiden blus semangka ini menjadi cerminan bagaimana konflik di Timur Tengah kini bergema hingga ke ruang-ruang parlemen di Eropa, mempertanyakan kembali arti sesungguhnya dari netralitas politik: apakah ia berarti diam di tengah ketidakadilan, atau justru berani mengambil sikap?(**)

Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
 
Berita Terkait
Menteri Israel Sebut Tidak Mungkin Damai dengan Palestina
Jokowi Usul Two State Solution untuk Perdamaian Palestina-Israel
Presiden Palestina Tidak Ingin Tawaran Perdamaian oleh Trump Terwujud
Kemlu: Indonesia Komitmen untuk Palestina
JK Akui Bertemu PM Israel: Bahas Perdamaian Palestina
Batalkan Konser di Israel, Sejumlah Artis Prioritaskan Tampil di Palestina
komentar
beritaTerbaru