Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 10 Agustus 2025

Kemarau Panjang di Karo, Petani Bercocok Tanam dengan Siram Manual

Firdaus Peranginangin - Jumat, 08 Agustus 2025 12:50 WIB
502 view
Kemarau Panjang di Karo, Petani Bercocok Tanam dengan Siram Manual
Foto harianSIB.com/Firdaus Peranginangin
Manual: Para petani di Desa Barusjahe, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo, melakukan penyiraman areal tanamannya secara manual.
Medan(harianSIB.com)

Empat bulan kemarau panjang melanda Tanah Karo, namun para petani enggan menyerah. Demi menjaga kelangsungan usaha pertanian, mereka terpaksa menyiram lahan tanam secara manual.

Bagi para petani yang terpukul akibat kemarau berkepanjangan, berhenti bercocok tanam berarti kehilangan sumber penghidupan, karena selama ini kehidupan mereka sepenuhnya bergantung pada hasil pertanian.

Baca Juga:

Hal itu diungkapkan Kepala Desa Barusjahe, Dk Daut Tarigan SPt, didampingi Agusta Tarigan dan anggota DPRD Sumut Dapil Karo, Dairi dan Pakpak Bharat Salmon Sumihar Sagala SE, kepada wartawan, Jumat (8/8/2025) di Karo saat melakukan penyiraman lahan pertaniannya, sebelum memulai penanaman bawang merah di lahan seluas dua hektar di Desa Barusjahe, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo.

"Kita sudah terlalu lama menunggu datangnya hujan, tapi sudah empat bulan terakhir ini tak datang juga. Memang tahun ini kemarau di daerah 'Bumi Turang' paling lama yang pernah kami rasakan. Akibatnya, areal pertanian mengering dan jadwal tanam terus tertunda," ujar Daut Tarigan.

Baca Juga:

Dengan kondisi tersebut, tambah Daut, para petani akhirnya mengambil langkah darurat, dengan memanfaatkan air sumur bor dan sebagian lagi membeli air dari mobil tangki untuk menyirami lahan pertaniannya. Meskipun biaya yang dikeluarkan cukup besar, petani tetap memilih cara ini agar musim tanam tidak hilang begitu saja.

Daut menambahkan, penanaman bawang dan palawija lainnya tetap harus dilakukan, sebab harga komoditas pertanian tersebut cukup menjanjikan untuk menopang ekonomi keluarga. Ia juga berharap langkah ini menjadi dorongan bagi petani lain agar tidak menyerah pada kondisi alam.

Sementara itu, anggota DPRD Sumut Salmon Sumihar Sagala mengakui, sebagian petani di Kabupaten Karo saat ini sudah mulai menggarap lahannya dengan sistem irigasi manual. Ada yang menggunakan mesin pompa air, ada pula yang memanfaatkan sumber mata air kecil di sekitar perbukitan. Meski hasilnya tidak secepat hujan alami, cara ini dianggap lebih baik daripada membiarkan lahan kosong.

"Kondisi kemarau panjang ini juga berdampak pada meningkatnya biaya produksi. Selain harus membeli air, petani juga harus mengeluarkan dana lebih untuk perawatan tanaman, seperti pemupukan tambahan agar tanaman tetap tumbuh normal di tengah kekurangan air," kata Salmon Sagala.

Berkaitan dengan itu, politisi PDI Perjuangan ini mendesak Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura Sumut dan Dinas Pertanian Kabupaten Karo harus segera menurunkan tim untuk memantau kondisi lahan yang terdampak kekeringan, sekaligus melakukan langkah antisipasinya, dengan mensuplay air melalui mobil tangki serta membuat sumur bor atau menghisap air dengan pompa air.

Dari data yang kita peroleh, jelasnya, ada ribuan hektar lahan pertanian di Karo terdampak kemarau, dengan komoditas paling terpengaruh adalah bawang merah, cabai, dan jagung.

"Kami mendesak instansi terkait mengadakan teknologi pompa air dan sumber air alternatif sekaligus mengupayakan bantuan, baik berupa fasilitas pengairan maupun benih tahan kering, agar produksi pertanian tetap terjaga," ujar Salmon.(*).

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru