Tapanuli Utara
(harianSIB.com)Fakultas Ekonomi
Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli (UNITA) melaksanakan sosialisasi terkait
pemanfaatan tanaman Baion (pandanus tectorius) untuk meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing
UMKM lokal di Kabupaten Humbang Hasundutan (
Humbahas).
Kabupaten
Humbahas yang dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, menyimpan sebuah harta karun yang belum sepenuhnya tergali yakni tanaman Baion (pandanus tectorius). Dalam relis yang diterima SIB, Minggu (14/9), sosialisasi itu dilaksanakan di Desa Pea Raja Matiti 2 Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten
Humbahas, Senin (8/9).
Acara tersebut berlangsung lancar dan penuh antusiasme dari para pengrajin Baion. Pada kesempatan itu dilakukan juga sebuah deklarasi semangat baru untuk membangun kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal.
Ketua Tim Peneliti dari Dosen Fakultas Ekonomi UNITA, Dahlia Nopelina Siallagan SE MM menjelaskan, selama ini bagi sebagian besar masyarakat, tanaman Baion hanyalah tanaman liar yang daunnya digunakan untuk membuat anyaman tradisional seperti lampit atau tikar dengan nilai jual yang sangat rendah. Namun, sebuah kegiatan sosialisasi yang digelar baru-baru ini membuka mata banyak pihak tentang potensi luar biasa yang tersembunyi di balik tanaman Baion ini.
Kegiatan sosialisasi dengan tema "Pemanfaatan tanaman Baion (Pandanus tectorius) untuk meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing
UMKM" berhasil menyedot perhatian puluhan pelaku
UMKM di Kabupaten
Humbahas mulai dari perajin, petani, serta perwakilan dari dinas terkait setempat.
Dahlia mengungkapkan, yang membedakan kegiatan ini adalah merupakan bagian dari sebuah rangkaian penelitian serius yang didanai penuh oleh Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikbudristek Dikti). "Ini menunjukkan komitmen pemerintah pusat dalam mendorong inovasi yang lahir dari akar rumput dan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dari anyaman tradisional ke produk modern bernilai tinggi," jelasnya.
Dahlia juga menjelaskan, penelitian ini telah melewati tahap eksplorasi dan karakterisasi yang mendalam untuk memberdayakan potensi lokal yang selama ini mungkin belum tergarap secara optimal. "Tanaman Baion, yang selama ini dikenal sebagai tanaman liar, ternyata menyimpan nilai ekonomis yang sangat tinggi. Tidak hanya dari daunnya yang dapat diolah menjadi berbagai produk anyaman bernilai seni. Tetapi juga dari buah dan akarnya yang berpotensi menjadi produk pangan dan kesehatan. Melalui penelitian yang kami lakukan, kami telah mengidentifikasi berbagai peluang pengembangan produk berbahan baku Baion," terangnya.
Dahlia mengatakan, tanaman Baion ini diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi
UMKM di Kabupaten
Humbahas. "Kami percaya bahwa dengan sentuhan inovasi, teknologi, serta pemasaran yang tepat, produk-produk berbasis Baion ini dapat bersaing di pasar nasional bahkan internasional," terangnya.
Kegiatan sosialisasi itu disambut dengan antusiasme tinggi oleh para pengrajin yakni, Sumihar Gultom dan Naomi Simanjuntak.
Sumihar mengungkapkan kegembiraannya. Selama puluhan tahun dia menganyam dari bahan baku Baion, baru kali ini ada penelitian yang serius untuk mengembangkannya."Saya tertarik sekali dengan adanya sosialisasi dan pelatihan membuat anyaman dengan desain yang lebih modern seperti tas dan tempat laptop seperti yang ditunjukkan ini," ujarnya
Begitu juga dengan Naomi Simanjuntak yang mengungkapkan dirinya sudah puluhan tahun menganyam, tapi baru hari ini melihat bahwa yang anyaman Baion yang dikerjakan bisa bernilai jauh lebih tinggi. "Saya tidak sabar lagi untuk belajar membuat tas dan tempat laptop seperti yang diperlihatkan," ujar Naomi.