Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 13 Oktober 2025

Selamat Berdemokrasi Persatuan Wartawan Indonesia

- Sabtu, 29 September 2018 14:10 WIB
243 view
Kemarin, Presiden Jokowi membuka dengan resmi Kongres XXIV Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Solo, Jawa Tengah. Acara yang mengusung tema "Menegakkan Pers Kebangsaan yang Independen, Profesional, dan Berintegritas", kongres diharapkan dapat menghasilkan pemimpin baru yang berkualitas ke depan. Telah hadir 150 peserta dari 35 cabang PWI se-Indonesia.

Pesan dalam tema ini sangat jelas. Arah dan tujuan PWI selama ini, khususnya sekarang dan ke depan tidak bisa lepas dari kebangsaan, profesionalisme, dan integritas. Hal ini pula yang bakal dipikul oleh Ketua Umum yang baru dalam menjalankan organisasi wartawan terbesar di Indonesia tersebut.

Kongres kali ini sangat strategis buat PWI maupun masyarakat pers. Sebab saat ini ada tantangan yang luar biasa, baik dari aspek profesionalisme wartawan yang akan berhadapan dengan media sosial yang semakin liar. Lalu aspek perekonomian yang semakin berat, dan aspek politik yang semakin panas. Oleh karena siapa pun ketua umum PWI akan menentukan kiprah PWI yang akan datang.

Itu sebabnya, Rapat Pleno Pengurus PWI Pusat, telah setuju semua calon Ketua Umum PWI Pusat di kongres wajib menandatangani Pakta Integritas. Berisi janji tidak akan melakukan politik uang dan tidak membawa organisasi PWI ke dalam politik praktis atau berafiliasi dengan salah satu partai politik. Bila calon ketua umum yang kemudian terpilih menjadi Ketua Umum PWI terbukti terlibat politik uang wajib mengundurkan diri.

Selain menandatangi Pakta Integritas, Calon Ketua Umum PWI Pusat harus memenuhi beberapa persyaratan lain. Diantaranya, yang bersangkutan wartawan anggota PWI yang masih aktif berprofesi memiliki karya jurnalistik dan ada jejak rekamnya. Jadi jelas profesionalisme dan integritas menjadi perhatian utama kongres untuk dimiliki ketua umum yang baru.

Bukan kebetulan kongres kali ini Solo ditetapkan sebagai tuan rumah. Solo dianggap memiliki sejarah panjang terkait pers di Indonesia. Organisasi kewartawanan tanah air ini memang lahir di Kota Solo pada 9 Februari 1946. Ini bisa dimaknai sebagai komitmen PWI pada visi awalnya saat berdirinya.

Menghadapi tantangan wartawan yang makin rumit di era digital, wajar PWI harus berperan. Bukan hanya karena sebagai organisasi tertua saja. Tetapi ada banyak wartawan yang bergabung ke organisasi ini. Mereka perlu dipersiapkan menghadapi berbagai dinamika dunia pers yang makin kompetetif.

Ada pendapat yang menyatakan jurnalistik telah kiamat dengan suburnya penggunaan media sosial. Ternyata pendapat tersebut keliru dengan adanya tsunami hoaks. Berita palsu beredar cepat di medsos dan banyak netizen menjadi korban.

Siapapun ketua umum yang baru, diharapkan menjadikan PWI sebagai organisasi yang terdepan dalam menangkal hoaks. Pers harus menjadi referensi bagi publik, untuk membedakan mana yang benar, mana hoaks. Selamat berdemokrasi PWI. (**)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru