Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 14 Juni 2025

Kebahagiaan Menurut Buddha Dhamma

* Oleh : Y.M.Bhikkhu Khemanando Thera
- Sabtu, 15 November 2014 16:31 WIB
7.948 view



Happy Moment, Happy in Dhamma

Sahu dassanamariyanam, Sannivaso sada sukho
Adassanena balanam, Niccameva sukhi siya

Artinya;
 "Bertemu dengan Para Ariya adalah baik, tinggal bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan, orang akan selalu berbahagia bila tak menjumpai orang bodoh"


Kondisi-  senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah yang senantiasa dikejar manusia.

 Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagiaan.

Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sebab menurutnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan seseorang dapat berbuat banyak.

Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan.Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan dan sangkaan-sangkaan lain. Lantas apakah yang disebut "bahagia" (happiness)?

Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersifat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan.

Maka, menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam diri manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia.

Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat : "Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan."

Agama Buddha menyatakan bahwa "Kesejahteraan" dan "Kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani setiap orang. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari yakni: Keyakinan-dan penuaian hasil dari kebajikan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.

Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan kekuatan keyakinan (Saddhabala) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.

Mereka bahagia hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan. Bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan dalam Buddha Dhamma?

Di dalam Ajaran Buddha Gotama yang terpenting adalah saddha. Dengan keyakinan maka untuk mewujudkan apa yang kita inginkan menjadi lebih mungkin. Di dalam Buddha Dhamma, Buddha Gotama bersabda bahwa ada tiga macam kebahagiaan yakni kebahagiaan duniawi, surgawi dan kebahagiaan nibbana.

Kebahagiaan duniawi untuk rumah tangga dapat dicapai dengan keuletan, rajin dan semangat juang yang tinggi (utthana-sampada), dengan itu maka rumah tangga akan mendapatkan kebahagiaan (berupa harta kekayaan). Setelah berhasil mendapatkan kebahagiaan (harta kekayaan) sepatutnya rumah tangga berusaha menjaganya dan merawatnya (arakkha-sampada). Karena harta kekayaan dapat hilang dan lenyap oleh api (kebakaran), air (banjir, tsunami), gempa dan lain-lain. Walaupun sebenarnya pada dasarnya harta benda itu tidak kekal dan pasti akan lenyap, namun sepatutnya kita tetap merawatnya.

Sementara itu, kebahagiaan surgawi dapat dicapai dengan empat hal yakni Saddha, moralitas, berdana dan panna. Dengan saddha atau keyakinan maka kita akan mudah melakukan setiap ajaran Buddha. Kita tidak akan ragu dengan apa yang disampaikan oleh Buddha Gotama, dengan ajaran dhamma yang ada.

Dengan tidak ragu, maka secara otomatis akan mudah bagi kita untuk melaksanakan dhamma, dan dengan melaksanakan dhamma itu maka kebahagiaan surgawi juga akan tercapai.   Kebahagiaan surgawi juga dapat tercapai dengan moralitas.

Moralitas adalah bagian dari dhamma, menjalankan sila berarti juga menjalankan dhamma, yang dapat menghasilkan kebahagiaan.

Dengan berdana kebahagiaan surgawi juga dapat dicapai. Banyak contoh orang yang mencapai kebahagiaan surgawi dengan berdana.

Seperti seorang putri yang rajin berdana pada zaman Buddha Gotama, sehingga pada saat ia meninggal dunia, ia terlahir di alam surga.

 Dengan kebijaksanaan maka kita dapat membedakan yang baik dan buruk, sehingga kita akan terus melakukan hal baik yang dapat berdampak pada kebahagiaan. Inilah empat pilar untuk mencapai kebahagiaan surgawi. Jika ke empat pilar itu bisa kita praktikkan dengan baik niscaya kebahagiaan akan dapat kita rasakan.

Yang terakhir kebahagiaan paramatha. Kebahagiaan Nibbana, atau kebahagiaan yang sejati. Ini adalah kebahagiaan yang paling tinggi. Nibbanam paramam Sukham dapat dicapai dengan terus mensucikan pikiran baik melalui meditasi maupun berdana atau perbuatan baik lainnya. (r)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru