Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 15 Juni 2025

Cara Belajar Menempa Mental Jawara Peraih NEM Tertinggi

- Minggu, 15 Juni 2014 21:39 WIB
1.860 view
Cara Belajar Menempa Mental Jawara Peraih NEM Tertinggi
SIB/ist
Djuwita Barak Rimba bersama siswa terbaik Sekolah Djuwita
Medan (SIB)- Sebanyak delapan siswa-siswi asal Sumatera Utara (Sumut) meraih hasil ujian nasional (UN) hampir sempurna, bahkan berada di kelompok elit teratas se-Indonesia tahun 2014. Mereka di antaranya Fitra Febrina dari SMA Negeri 1 Medan menempati rangking kesembilan tingkat nasional untuk jurusan IPA. Gadis ini memiliki rerata nilai 9,53 dari enam mata pelajaran yang diujikan. Afhal Nur Muhammad Daulay dari SMAN 1 Matauli Pandan menduduki posisi ketiga tingkat nasional dengan hasil 55,5 atau rerata 9,25.

Dari tujuh orang dengan meraih nilai total UN tertinggi, empat siswa di antaranya masuk 10 besar nasional: Selain Fitra terdapat Christine, Afhal Nur Muhammad Daulay dan Fauzan Alfiansyah Hasibuan. Fitra Febrina (57,20) SMA Negeri 1 Medan; Christine (56,95) SMA Swasta Djuwita Medan; Sri Wulan Astuti (56,80) SMA Negeri 2 Medan; David Tangi (56,65) SMA Swasta Sutomo 1 Medan; dan Dewi Sartika (56,60) SMA Swasta Sutomo 2 Medan.

Dalam posisi itu, Christine dari SMA Swasta Djuwita Jl Sei Asahan Medan berada di posisi teratas asal sekolah swasta beroleh NEM tertinggi yakni 56,95. “Cara belajarnya sama seperti hampir seluruh siswa terbaik di dunia tapi dalam sosialisasi, seorang pribadi menjadi jawara, lahir dari sebuah lingkungan pelajar aktif, yang bekerja sama erat satu dengan yang lainnya untuk membina pertumbuhan rasa percaya diri dan bertujuan mengembangkan diri seorang anak secara utuh dari segi intelektual, fisik, keagamaan, sosial, estetika dan emosi,” jelas Djuwita Barak Rimba, pencetus Sekolah Djuwita - National Plus, tentang proses pelahiran pelajar berprestasi, seperti disiarkan RTV.

Dari hasil nasional, siswa dalam lingkungan Sekolah Djuwita —  di Batam, Jakarta, Pekanbaru dan Tanjungpinang serta (sudah pasti) di Medan — berada di jajaran terbaik. “Bukan soal prestasi yang dikejar sebagai target tapi mental yang bertanggung jawab atas pencapaian hidup yang ditanamkan,” tandas Djuwita Barak Rimba, satu dari sedikit perempuan yang beroleh anugerah sebagai pembimbing terbaik dari negara tetangga. “Pendidikan merupakan sebuah kemitraan belajar yang aktif antara para orangtua, para siswa dan para guru. Di sekolah pastilah para guru menjadi panutan dan mendedikasikan diri untuk mendorong, mendukung dan membina para siswa guna meraih prestasi tinggi. Itulah sebabnya selalu ditekankan bahwa landasan menimba ilmu adalah lingkungan belajar yang mendukung dan penuh perhatian yang menghargai setiap pribadi dan potensi khas dari setiap anak!”

Beranjak dari filosofi yang ditanamkan tersebut, pelajar menimba ilmu seperti yang dilakukan Christine. Menurutnya, pendidik memberi pendidikan berdasarkan kurikulum namun karena diminta untuk aktif maka terjadi interaksi aktif. “Cara itu tak semata dalam mata pelajaran formal tapi hingga ke ekstra kurikuler, mulai dari kesenian, olahraga maupun lomba akademik untuk mendukung dan membina perkembangan perseorangan,” tandasnya.
Djuwita Barak Rimba mengatakan, dari filosofi yang diewajantahkan dalam keseharian maka siswa menjadi gemar belajar dan terus mencari serta menumbuhkan rasa percaya diri. “Menginspirasi dan membina para siswa untuk mewujudkan cita-cita serta memenuhi tanggung jawab sosial kepada masyarakat luar, jauh lebih penting ketimbang sekadar jawara. Yang lebih penting, anak didik harus disiapkan berani dan berhasil menaklukan tantangan bila nanti telah kembali ke masyarakat!” (t/r9/f)



SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru