Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 02 November 2025
CURHAT

Membasuh Luka

Anggi Listia - SMAN 2 Rantau Selatan
Redaksi - Minggu, 07 Juni 2020 21:36 WIB
410 view
Membasuh Luka
femina
Ilustrasi
Hari gini masih ada anak yang melawan orangtua? Ada.... Buktinya kawanku. Gak usah kusebutkan jati dirinya, tapi rekan-rekan pasti tahu yang kumaksudkan.

Ketika hendak UN, ia ngotot minta dibelikan kereta. Bukan sekadar untuk transportasi dari rumah ke sekolah serta sebaliknya, tapi harus yang berkelas. Maksudnya, yang sesuai dengan perkembangan permotoran kaum milenial.

Orangtuanya sudah bilang, tidak ada duit. Memang, orangtuanya hidup pas-pasan. Orangtua kawanku itu hidup sendirian karena suaminya sudah meninggal. Artinya, kawanku seorang yatim. Namun hmm... begitulah. Sepertinya ia tidak paham posisi.

Pokoknya, ia minta kereta. Meski sudah dijelaskan namun tak juga paham, ibunya akhirnya menjanjikan akan membelikannya. Mendengar demikian, kawanku semakin ngotot.

Ia sampai tidak berpikir. Ibunya itu pergi pagi pulang sore hanya mencari sesuap nasi untuknya. Namun, ya... begitulah.

Aku tahu persis, ibunya mencari pinjaman ke sana ke mari tapi belum dapat. Soalnya, masa-masa pandemi Covid-19 adalah saat sulit. Tetapi kawanku tetap ngotot.

Merasa kasihan dengan ibunya, ada juga yang memberi pinjaman untuk membeli kereta anaknya. Sejak saat itu, kawanku memang berubah. Jika dulu seharian keluyuran, sekarang sudah di rumah saja. Alasannya, belajar agar mendapat nilai yang lebih sempurna.

Meski susah, ibunya senang melihat tingkah kawanku. Tetapi, seiring peraturan mengindahkan protokol kesehatan, kawanku abai saja. Dengan sepeda motor baru, tiap petang keluyuran.

Berboncengan hingga malam. Jika demikian, kapan belajarnya? Tetapi, terserahlah... aku cuma dapat mengingatkan.

Ketika kebijakan #DiRumahAja diberlakukan, kawanku tak dapat lagi keluyuran ke sekolah. Bahkan saat ujian nasional dilakukan dengan online, ia masih ke luar rumah.

Yang membuat miris, sekarang kawanku sudah ikut balap-balapan. Alasannya untuk mengetes kekuatan motor barunya.

Naas. Ia tabrakan. Gereta barunya berantakan. Wajahnya penuh luka dan kakinya patah. Penyesalan pun datang belakangan. Ia minta maaf pada ibunya. Meski diterima, tapi luka kadung ada.
Nasi sudah menjadi bubur. (p)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru