Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 06 Oktober 2025

Atlet Nasional Harus Jadi Teladan Masyarakat

- Selasa, 21 Agustus 2018 11:34 WIB
349 view
Tidak mudah menjadi atlet nasional. Ada perjalanan panjang, bisa berbulan-bulan, bahkan bertahun dan puluhan tahun. Dalam proses tersebut, ada yang jatuh bangun dan kerja keras dengan disiplin yang tinggi. Setelah terpilih menjadi duta bangsa sebagai atlet nasional, mereka wajib menjalani pelatihan nasional (pelatnas).

Saat menjalani pelatnas, atlet dididik dalam suatu sistem pelatihan yang ketat. Ada aturan yang mesti dipatuhi. Misal, jadwal latihan yang harus diikuti,  makanan yang dipantangkan, jam istirahat dan lain-lain. Di dalam dan di luar pelatnas, atlet harus tampil sebagaimana layaknya atlet.

Meski bukan PNS atau pejabat, atlet dituntut menunjukkan kehormatannya. Bukan hanya saat bertanding saja, tetapi saat bersosialisasi di masyarakat. Soalnya, atlet merupakan figur publik yang banyak disorot dan diamati. Tak sedikit dari mereka yang memiliki penggemar tersendiri, yang tentu saja menginginkan sosok yang bisa menjadi panutan.

Kemarin, publik dikejutkan tindakan NOC (Komite Olimpiade Nasional) Jepang. Mereka memulangkan empat atlet tim bola basket putra mereka pada Asian Games 2018, karena menginap dengan perempuan di hotel di Jakarta. Keempat atlet itu, dilaporkan masih mengenakan seragam tim saat menghabiskan dua jam di bar sebelum membuka kamar di hotel dengan empat perempuan tersebut.

Atlet Jepang ternyata memiliki kode disiplin yang spesifik. Tindakan empat atlet tersebut jelas merupakan pelanggaran kode etik untuk delegasi Jepang. Para atlet semestinya menjadi teladan masyarakat di arena-arena olahraga maupun di berbagai kesempatan lainnya.

Pendisplinan yang dilakukan Jepang saat Asian Games patut diapresiasi. Bagi  dunia olahraga, menjadi pelajaran berharga, betapa atlet nasional tak boleh sembarangan dalam berperilaku. Sebagai figur publik, mereka dituntut tetap memiliki etika dan integritas yang baik. Pelanggaran bukan hanya curang saat bertanding saja, tetapi juga di luar arena.

Indonesia memang sudah memiliki aturan tentang atlet yang bertanding. Tindakan Jepang bisa menjadi masukan berharga bagi asosiasi yang menaungi atlet. Mereka harus tetap menjaga kehormatan bangsa. Atlet yang bertanding mewakili negara, harus bersikap baik sebagai duta. Tanggung-jawab yang diemban, setara dengan dutabesar, meski tugasnya berbeda.

Tak perlu malu menghukum atlet dan mengumumkannya ke publik. Bukan bermaksud memermalukan, hal itu merupakan pertanggungjawaban terhadap masyarakat. Apalagi di Indonesia, hampir semua cabang olahraga juga disokong dana APBN dan APBD, terutama yang mewakili negara.

Kita berharap selama Asian Games, nama baik Indonesia tetap dijaga atlet yang bertanding. Pelatih dan pengurus olahraga harus senantiasa mengingatkan anak latihnya untuk menjaga sikap di mana saja. Apalagi sebagai tuan rumah, jangan justru melakukan tindakan yang bisa membuat malu Indonesia. (**)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru