Selasa, 30 April 2024

Pemberontak Myanmar Gagalkan Upaya Junta Merebut Kembali Kota Perbatasan

Redaksi - Selasa, 16 April 2024 10:41 WIB
Pemberontak Myanmar Gagalkan Upaya Junta Merebut Kembali Kota Perbatasan
REUTERS/Stringer
Anggota Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) yang menjadi pejuang gerilya setelah menjadi pengunjuk rasa terlihat di garis depan di Kawkareik, Myanmar 31 Desember 2021. Ilustrasi
JAKARTA (SIB)
Kelompok pemberontak yang melawan kekuasaan militer Myanmar mengumumkan pada hari Minggu (14/4) bahwa para pejuangnya telah berhasil menggagalkan upaya pasukan junta maju ke kota strategis Myawaddy di sepanjang perbatasan Thailand yang direbut oleh pemberontak pekan lalu.
Bala bantuan pasukan junta telah mencoba untuk merebut Myawaddy selama beberapa hari terakhir, namun berhasil dihentikan dalam pertempuran sekira 40 kilometer dari kota tersebut, demikian kata juru bicara Persatuan Nasional Karen (KNU), Saw Taw Nee, dalam wawancara.
“Tidak mudah bagi mereka untuk datang ke sini. Mereka menghadapi banyak kesulitan,” ujarnya, seperti diberitakan Reuters, Senin (15/4), seraya menegaskan bahwa pasukan KNU telah berhasil menghalangi dan menahan pasukan junta.
Informasi dari KNU tidak dapat diverifikasi secara independen. Juru bicara junta militer, yang merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih pada tahun 2021, tidak memberikan tanggapan terhadap panggilan dari Reuters.
Kota perbatasan Myawaddy, yang berbatasan dengan Thailand, telah dikuasai oleh koalisi pasukan anti-junta yang dipimpin oleh KNU pada hari Kamis. Pertempuran terjadi pada hari Jumat di antara desa Kawkareik dan Kaw Nwet di sepanjang Jalan Raya Asia 1 yang mengarah ke barat dari perbatasan Thailand, tutur Saw Taw Nee.
Juru bicara KNU mengatakan bahwa informasi dari garis depan menyebutkan bahwa jumlah korban tewas dan terluka akibat pertempuran dengan junta adalah sekitar 100 orang. “Kami tahu bahwa mereka kehilangan satu kendaraan bersenjata dan sebuah truk militer,” tukasnya.
Myanmar telah dilanda kekacauan sejak tahun 2021, ketika militer yang berkuasa menggulingkan pemerintahan sipil terpilih, memicu protes massal yang direspons dengan kekerasan.
Kemarahan terhadap junta berubah menjadi gerakan perlawanan bersenjata nasional yang semakin menguat dengan koordinasi antara kelompok pemberontak etnis yang sudah mapan untuk menantang militer di sebagian besar wilayah Myanmar.
Saw Taw Nee menyatakan bahwa perlawanan ini akan memakan waktu. “Kita perlu berkoordinasi lebih baik dengan kelompok lain... untuk mengalahkan militer,” katanya.
Juru bicara KNU juga mengakui adanya tantangan dalam bekerja dalam koalisi anti-junta yang luas. “Kami masih dalam proses negosiasi, bersatunya, dan kemajuan di antara kelompok etnis Karen kami,” ujarnya, merujuk pada anggota kelompok etnis yang sebagian besar tinggal di Negara Bagian Kayin.
Saw Taw Nee menyoroti bahwa keprihatinan utama KNU adalah lebih dari satu juta pengungsi di wilayahnya, dan ia meminta dukungan dari masyarakat internasional, termasuk negara tetangga Thailand. “Kami benar-benar perlu bekerja sama lebih erat lagi di masa depan dalam menghadapi masalah ini,” katanya.
Dia juga mendesak junta Myanmar untuk melihat mundurnya militer mereka sebagai tanda bahwa mereka harus mengembalikan kekuasaan kepada rakyat. “Tolong jangan sia-siakan waktu,” ujarnya. “Inilah saatnya, dan kesempatan yang baik, untuk mendengarkan suara rakyat terlebih dahulu.” (**)



Baca Juga:
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Tiga BUMN Dituding Pasok Senjata ke Junta Militer Myanmar
Blok Afrika Barat Siagakan Pasukan untuk Serang Junta Militer Niger
20 WNI Disekap di Wilayah Pemberontak Myanmar
Junta Militer Myanmar akan Bebaskan Massal 814 Tahanan
Junta Militer Myanmar Tetapkan Pemerintah Bayangan sebagai Kelompok Teroris
Pemimpin Junta Myanmar Sepakat Akhiri Kekerasan
komentar
beritaTerbaru