Senin, 29 April 2024

Puisi Tari Menggelegar Idris Pasaribu dan Jose Rizal Firdaus

- Selasa, 06 Februari 2018 19:38 WIB
Puisi Tari Menggelegar Idris Pasaribu dan Jose Rizal Firdaus
SIB/Dok
PUISI: Syamsul Hilal menjelaskan proses kreatifnya membuat puisi sebagai seorang Marhaenis sejati didampingi Henkie Yusuf Wau, Sadam Husein, Syamsul Hilal dan Dasuki, Minggu (4/2) di Grand Aston City Hall.
Medan (SIB) -Sejumlah seniman senior Indonesia bernostalgia di Medan, Minggu-Senin (4-5/2). Pertemuan pertama di Grand Aston City Hall yang berlanjut di Medan Club. Acara berkaitan seminar nasional bertajuk Qua Vadis Ekonomi Kerakyatan & Kebudayaan di Era Revolusi Industri IV yang diadakan Keluarga Besar Marhaenis dimoderatori Truly Octo Purba dan Idris Pasaribu.

Dari ratusan tetamu yang memadati kegiatan, sedikitnya ada 3 sastrawan Indonesia yakni Syamsul Hilal yang mantan anggota DPRD Sumut, Jose Rizal Firdaus dan Idris Pasaribu. Ketiganya bernostalgia melalui karya yang membakar semangat untuk terus berjuang. "Saya pertama kali menulis puisi di media pergerakan, tahun 1962-an. Ketika itu, saya meninggalkan Aceh untuk menimba ilmu di SMA Prayatna Medan," jelas Syamsul Hilal.

Sama seperti pria yang berambut perak itu, Idris Pasaribu cerita tentang perjuangannya. Baik via sastra maupun perjuangan fisik. Novelis laris yang kini semakin fokus pada pemberdayaan warga kota dan gerasi muda itu pernah ditahan karena perjuangannya. "Ayah saya seorang perwira senior, tapi ketika saya berhadapan dengan persoalan, demi idealis Marhaenis, saya tak dibela karena itu dilakukan, berarti ayah saya harus menghadap atasannya. Meski waktu itu susah, saya bangga," ujarnya.

Sama halnya dengan Jose Rizal Firdaus. Melalui seni sastra dan tari, ia pernah mengharumkan nama Indonesia. Saking giatnya berkesenian, penghargaan transnasional diraihnya. "Saya tak pernah bergabung dengan gerakan Marhaen tapi saya Marhaenis sejati, hingga kini,"  cerita pria yang beroleh apresiasi sejumlah nama populer.

Di usia yang tergolong banyak, sang maestro masih berkarya melalui kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM) dengan audiens generasi muda. Oleh Departemen Pendidikan, Jose Rizal Firdaus bersama Titiek Puspa, Manteb Sudarsono, Krisna Murti, Retno Maruti, Sunaryo, Timbul Raharjo, Hanafi, Caro David Habel Edon, Djana Partanain, Asia Ramli, Dedek Wahyudi, Iman Soleh, Fendi Siregar dan Zakaria terus bekarya. "Semua itu implementasi dari nawacitanya Presiden RI Joko Widodo tentang kebudayaan," ujar penggali dan pengelola tari di Lembaga Studi Tari Patria tersebut.

Di hari kedua, Idris Pasaribu menggelegar dengan puisi bertajuk 'Medan Kota Kotak'. Begitu dipersilakan tampil, mengenakan jas merah, ia membacakan karyanya. Temanya menusuk karena mengkritisi Medan yang kini berisi pengkotak-kotakkan, mengaburkan humanisme dan rasa kesetiakawanan sosial. "Saya tak akan berhenti..." teriaknya. (R10/h)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Takluk 2-0, Mimpi Indonesia ke Olimpiade Paris Tertunda
Dinas Sosial Medan Diminta Tindak Tegas Panti Asuhan yang Eksploitasi Anak
Pemkab dan Polres Palas Gelar Nobar Semi Final U-23 Indonesia vs Uzbekistan
Utamakan Pelayanan, Kadis Kesehatan Deliserdang Bantah Isu Mundur dari Jabatan
Gempa M 4,6 Guncang Nias Utara
Polres Dairi Gelar Nonton Bareng
komentar
beritaTerbaru