Los Angeles (SIB)
Will Smith berminat untuk terjun ke ranah politik. Alasannya, ia memiliki kemampuan dalam bidang pemerintahan dan politik.
Saat menjadi bintang tamu ‘Pod Save America’ yang turut dipandu Jon Favreau, aktor yang berulang kali beroleh julukan terseksi dan peraih honor tertinggi di Hollywood itu mengaku bahwa dirinya tak sepenuhnya menolak ide pencalonan diri menjadi presiden. "Saya pikir untuk saat ini saya akan membiarkan situasi menjadi lebih bersih sedikit dan kemudian saya akan mempertimbangkannya pada suatu saat nanti," katanya seperti disiarkan CNNIndonesia.Com, Kamis (4/3).
Dengan pernyataan itu, semakin bertambah daftar aktor yang ingin menjadi kandidat calon Presiden AS. Sebelumnya Kanye West mengatakan hal serupa.
Rekan dekat mantan Presiden Donald Trump itu bahkan sudah bertarung dalam Pilpres 2020 namun belum berhasil mendapatkan suara signifikan untuk mengikuti babak selanjutnya dalam pesta demokrasi tersebut.
"Saya jelas memiliki sebuah pendapat, saya optimis, saya penuh harapan, saya percaya pada pemahaman antar orang dan saya percaya peluang hidup dalam harmoni," lanjut Smith. “Saya pasti akan melakukan bagian saya, apakah dalam dunia seni atau, pada momen tertentu, menjelajah ke arena politik," tambah aktor kulit hitam, orangtua aktor Jade Simith tersebut.
Smith juga membahas soal masalah rasialisme yang masih menghantui kehidupan sosial di Amerika Serikat. Ia mengungkapkan pengalamannya menghadapi hal tersebut dalam acara yang sama. "Saya pernah disebut [kata berhuruf N] di depan wajah saya mungkin lima atau enam kali. Dan untungnya bagi jiwa saya, saya tidak pernah dipanggil [kata berhuruf N] oleh orang pintar," jelasnya.
Pandangannya mengenai rasialis dan rasisme adalah perbuatan bodoh hingga mudah ditaklukkan. “Saya hanya harus lebih pintar sekarang karena mereka sangat berbahaya," akunya. "Saya tidak pernah memandang mata seorang rasialis dan melihat apa pun yang saya anggap sebagai tindakan cerdas!"
Sorotan rasisme selalu didengungkan Smith. Pada September lalu, ia dan Jay-Z berkolaborasi sebagai produser serial mini bertajuk ‘Women of the Movement’ yang diadaptasi dari kisah nyata. Para pesohor ditemani Aaron Kaplan yang sudah sering menjadi produser serial.
Produksi mini itu mengisahkan Mamie Till Mobley yang mencari keadilan atas kematian anaknya, Emmett Till. Pada 1955 Emmett dibunuh setelah dituduh mengganggu wanita kulit putih.
Kematian Emmett kala itu menjadi simbol pergerakan dalam memperjuangkan hak asasi manusia. Gerakan itu menghasilkan Undang-Undang Hak Suara dan Undang-Undang Hak Sipil pada 1965. (T/R10/a)
Sumber
: Hariansib edisi cetak