Jakarta (SIB)
Pemerintah secara resmi mengalihkan seluruh saham seri B negara pada PT Energy Management Indonesia (Persero) ke PT PLN (Persero). Hal ini juga ditandai dengan bergabungnya EMI sebagai anak perusahaan PLN yang diresmikan secara hybrid (virtual dan daring) dalam acara Launching PT Energy Management Indonesia (EMI) ke dalam PLN Group untuk mendukung inisiatif dekarbonisasi menuju green economy yang berlangsung di Jakarta, Jumat (22/10).
Dalam siaran pers disampaikan Manager Komunikasi PLN UIW Sumut Yasmir Lukman kepada wartawan di Medan, Sabtu (23/10/2021) disebutkan, acara itu dihadiri Menteri BUMN, Erick Thohir, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dan Direktur Utama EMI Andreas Widodo, dan secara virtual oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana dan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Bambang Hendroyono.
Menteri BUMN, Erick Thohir menyambut baik penggabungan EMI sebagai anak perusahaan PLN. Ia mengatakan, bergabungnya merupakan bagian dari transformasi BUMN, khususnya transformasi energi terbarukan yang dilakukan PLN.
“Hari ini kita membuktikan bahwa kita terus melakukan efisiensi di BUMN dengan bergabungnya EMI ke dalam ekosistem PLN, tetapi jelas sekali EMI juga merubah bisnis modelnya sebagai bagian dari auditing system untuk energi hijau. Ini yang sangat menarik karena PLN juga ikut bertransformasi, dan saya rasa ini menjadi ekosistem yang penting,†ujar Erick.
Kehadiran EMI sebagai anak usaha PLN diharapkan dapat memperkuat transformasi energi bersih sekaligus mengakselerasi green economy atau ekonomi hijau untuk Indonesia. Ekonomi hijau adalah suatu gagasan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan.
Menurut Erick, sebagai perwujudan dari energi terbarukan, PLN harus mulai menata ulang proses bisnis yang disesuaikan dengan eco lifestyle yang akan terjadi di masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan bisa beradaptasi dengan perubahan energi terbarukan yang sedang dilakukan.
“Eco lifestyle yang akan terjadi di Indonesia ini akan berdampak luar biasa tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia. Karena itu, penting sekali kolaborasi dan gotong-royong dalam membangun road map bersama, antara stakeholder pemerintah, stakeholder masyarakat, dan tentu para expert yang ada di bidang energi terbarukan,†tandas Erick.
Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai target Perjanjian Paris untuk karbon netral atau net zero emission (bebas emisi karbon) pada 2060.
“Dan karena itu saya berharap sekali tentu dengan eco lifestyle yang terus berkembang, kita mendorong daripada transformasi PLN ini. Sebagai catatan tentu bagaimana dalam 19 tahun ke depan kita harus mengakselerasi 21 Giga Watt (GW), 15 tahun berikutnya 29 GW, ini adalah sesuatu yang masif," ucap Erick.
Sebagai wujud komitmen mendukung target pemerintah, PLN menargetkan dekarbonisasi sebesar 117 juta ton CO2 sampai tahun 2025. Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan, untuk bisa mempercepat target dekarbonisasi yang dituju pemerintah dan mendorong ekonomi hijau, PLN akan didukung EMI. Nantinya EMI berkontribusi melakukan dekarbonisasi sebesar 3,29 juta ton CO2 melalui proyek PLN. Selain itu, EMI juga akan berperan dalam dekarbonisasi 4,19 juta ton CO2 di luar PLN.
"EMI juga akan melakukan pengembangan pemanfaatan EBT skala kecil dan Implementasi solusi turnkey infrastruktur bisnis dan retail yang ramah lingkungan," ujar Zulkifli.
Dengan bergabungnya EMI sebagai anak usaha PLN maka ada empat sasaran utama. Pertama, sinergi internal antara PT Energi Management Indonesia dengan PLN. Kedua, peningkatan kapasitas dan kapabilitas dalam penyediaan layanan. "Ketiga, ekspansi bisnis konservasi ke pasar eksternal. Dan terakhir, penciptaan nilai di keseluruhan ekosistem energi nasional," ujar Zulkifli.
Dengan keberhasilan transformasi EMI sebagai leading ESCO serta asumsi dukungan penuh dari segenap stakeholders, diproyeksikan EMI akan mencapai pendapatan lebih dari Rp 8 triliun pada 2025, atau secara kumulatif 5 tahun ke depan sebesar Rp 13 triliun dengan estimasi EBIT sebesar Rp 825 miliar. Ini tentu akan menjadi bukti bahwa akselerasi mencapai ekonomi hijau Indonesia. (A2/d)