Anggota DPRD Sumut Ebenejer Sitorus minta Pemprov Sumut dan Pemkab/Pemko untuk memberikan bantuan berupa alat mesin pertanian, seperti mesin pembuatan pupuk organik serta pelatihan cara pembuatan pupuk organik tersebut, agar petani tidak terus "tersandera" dengan pupuk bersubsidi dan non subsidi.
"Selama ini petani tetap tergantung kepada pupuk kimia bersubsidi dan non subsidi. Jika terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi dan pupuk non subsidi bergerak naik, tanaman petani terancam gagal panen, karena petani tidak sanggup membelinya," tandas Ebenejer Sitorus kepada wartawan, Selasa (28/11) melalui telepon di Medan.
Dari aspirasi yang disampaikan masyarakat Kabupaten Batubara, Asahan dan Kota Tanjungbalai kepada tim reses dewan, tambah Ebenejer ini, sangat mengharapkan bantuan pemerintah berupa alat mesin pertanian atau mesin pembuat pupuk organik, agar petani bisa mandiri dan tidak melulu tergantung kepada pupuk bersubsidi.
"Mesin pembuat pupuk organik tersebut sangat didambakan masyarakat serta pelatihan tata cara pembuatannya juga sangat penting, agar para petani bisa memanfaatkannya secara maksimal, guna menghemat cost petani," ujar anggota Komisi C ini.
Seperti diketahui, ujar Ebenejer, selama ini hampir di setiap daerah terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi. Jikapun ada pupuk non subsidi dijual di pasaran, harganya sangat tinggi, sehingga menyulitkan bagi petani menggunakannya.
Berkaitan dengan itu, tambah Ebenejer, Pemprov Sumut dan Pemkab se Sumut harus serius menyikapi usulan para petani, yakni dengan sesegera mungkin mengadakan mesin pupuk organik dan cara pembuatannya, agar petani tidak lagi dihantui kegelisahan setiap terjadi kelangkaan pupuk.
"Mari kita sama-sama membantu para petani, terutama pemerintah agar pemerintah bisa segera mengalokasikan anggaran mesin pembuatan pupuk organik tersebut di APBD masing-masing kabupaten/kota, agar hasil panen tidak lagi mengalami kegagalan dan petani bisa terselamatkan dari keterpurukan," ujar Ebenejer.(**).