Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 23 Juni 2025

Rupiah Melemah Dipicu Paket Stimulus Fiskal AS

Redaksi - Jumat, 19 Maret 2021 13:17 WIB
323 view
Rupiah Melemah Dipicu Paket Stimulus Fiskal AS
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/am.
Ilustrasi lembaran mata uang rupiah dan dolar AS. Rupiah hari ini berpeluang menguat. Hal itu turut dipicu optimisme terhadap potensi stimulus fiskal AS. 
Jakarta (SIB)
Bank Indonesia (BI) mencatat adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Apa penyebabnya?
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah sampai 17 Maret 2021 terdepresiasi sekitar 2,62% dibandingkan posisi akhir 2020. Dia menegaskan, penurunan itu masih lebih rendah dibandingkan negara berkembang lainnya.

"Relatif lebih rendah dari sejumlah negara emerging lain seperti Brazil, Meksiko, Korea Selatan, dan Thailand," ucapnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/3).

Perry mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan tren penguatan dolar AS. Hal itu juga dipengaruhi oleh kenaikan yield US Treasury (UST) yang kemudian menahan aliran masuk investasi portofolio asing ke pasar keuangan domestik.

"Bank Indonesia terus memerkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," tambahnya.

Paket stimulus fiskal yang disahkan oleh pemerintah AS sebesar US$ 1,9 triliun juga turut memengaruhi pasar uang. Hal itu membuat pelaku pasar bereaksi karena percaya pemulihan ekonomi AS akan lebih cepat.

Meski begitu BI tidak tinggal diam, selain terus berada di pasar, BI juga mengambil keputusan dengan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%. Keputusan itu sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah perkiraan inflasi yang tetap rendah.

"Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut, Bank Indonesia lebih mengoptimalkan kebijakan makroprudensial akomodatif, akselerasi pendalaman pasar uang, dukungan kebijakan internasional, serta digitalisasi sistem pembayaran," ucapnya. (detikFinance/d)

Sumber
: Hariansib.com edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru