Jumat, 25 April 2025

Kelapa Jadi Pengganti Susu di China, Harga Melonjak di Sumut

Nelly Hutabarat - Selasa, 22 April 2025 18:57 WIB
673 view
Kelapa Jadi Pengganti Susu di China, Harga Melonjak di Sumut
Foto: Net
Medan(harianSIB.com)

Harga kelapa di Sumatera Utara melonjak tajam dalam beberapa bulan terakhir. Saat ini, harga satu butir kelapa di tingkat pengecer telah menyentuh angka Rp15.000.

Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan ekspor, terutama dari China yang kini mulai memanfaatkan kelapa sebagai alternatif pengganti susu.

Baca Juga:

Pengamat Ekonomi Gunawan Benyamin menjelaskan, tren konsumsi nabati di China ikut mendorong permintaan kelapa secara global.

"Permintaan kelapa dari China meningkat drastis sejak akhir tahun lalu. Mereka mencari kelapa segar dalam jumlah besar. Ini sangat mempengaruhi pasokan dalam negeri," ujar Gunawan kepada SIB, Selasa (22/4/2025).

Baca Juga:

Sejak kuartal keempat 2024, harga kelapa di pasar lokal terus mengalami tren naik. Tak hanya karena lonjakan ekspor, para petani di wilayah pesisir Timur Sumatera Utara seperti Serdang Bedagai dan Asahan juga mengeluhkan penurunan hasil panen akibat cuaca yang tidak menentu.

Meski kelapa bukan bahan pokok utama di rumah tangga, lonjakan harga ini cukup berdampak pada aktivitas dapur masyarakat. Beberapa ibu rumah tangga mulai mengganti kelapa segar dengan santan kemasan atau beralih ke menu tanpa kelapa.

Namun yang paling terpukul adalah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), terutama di sektor kuliner tradisional seperti produsen kue dan makanan bersantan.

"Kami masih pakai kelapa asli untuk menjaga rasa, tapi kalau harga terus naik, mau tak mau kami harus sesuaikan harga jual atau cari bahan lain. Itu bisa mengganggu cita rasa," ujar Yona, pelaku usaha kuliner di Medan.

Harga Sulit Turun Selama Permintaan Tinggi

Gunawan memperkirakan, selama permintaan dari luar negeri terutama China masih tinggi, harga kelapa di dalam negeri akan sulit kembali ke level normal di bawah Rp10.000 per butir.

"Ini murni soal permintaan global. Produksi bisa ditingkatkan, tapi kalau pasar ekspor tetap menyerap dalam jumlah besar, maka harga akan bertahan tinggi. Petani diuntungkan, tapi konsumen lokal bisa tertekan," katanya.

Ia menyarankan agar pemerintah daerah merespons tren ini secara strategis dengan memperkuat data produksi dan distribusi, serta mendorong petani untuk meningkatkan produktivitas melalui bantuan pupuk, bibit unggul hingga pelatihan pascapanen.

"Kalau dikelola dengan baik, tren ini justru bisa menjadi peluang jangka panjang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi desa dan pertanian lokal," pungkas Gunawan.(*)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru
Gedung DPRD Labura Diresmikan

Gedung DPRD Labura Diresmikan

Aekkanopan(harianSIB.com)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Labuhan Batu Utara (Labura) melaksanakan halal bihalal di Kantor DPRD Labura,