Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 24 Juni 2025

Rupiah Melemah di Tengah Ketidakpastian Negosiasi AS-China

Robert Banjarnahor - Senin, 28 April 2025 10:27 WIB
312 view
Rupiah Melemah di Tengah Ketidakpastian Negosiasi AS-China
Foto: Dok. ANTARA
Ilustrasi Rupiah dan Dollar
Jakarta(harianSIB.com)

Pengamat pasar uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) rupiah melemah seiring belum berjalannya negosiasi terkait kebijakan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.

"Rupiah tampaknya masih mendapat tekanan dari dolar AS. Berita bahwa negosiasi antara AS dan China belum berjalan, sementara Presiden Trump menyatakan sebaliknya, memicu kekhawatiran baru di pasar keuangan," ujar Ariston di Jakarta, Senin (28/4/2025), dikutip dari ANTARA.

Baca Juga:


Sebelumnya, pada Kamis (24/4), Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa pembicaraan perdagangan antara kedua negara sedang berlangsung, meskipun ia tidak menyebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam perundingan tersebut.

Baca Juga:

Namun, pernyataan Trump dibantah oleh pemerintah China. Dalam konferensi pers, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa tidak ada konsultasi atau negosiasi yang sedang berlangsung terkait penerapan tarif dagang yang diberlakukan oleh AS. Guo juga meminta AS untuk berhenti menciptakan kebingungan.


Guo menambahkan, jika AS ingin berunding, maka dialog dan negosiasi harus dilakukan berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan saling menguntungkan.

"Pasar masih menunggu perkembangan negosiasi tarif AS yang sampai sekarang belum terlihat hasilnya, meskipun AS mulai menunjukkan sikap yang lebih lunak," ujar Aris.


Berdasarkan faktor tersebut, kurs rupiah berpotensi melemah ke arah Rp16.880 per dolar AS dengan peluang support di Rp16.800 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin pagi di Jakarta melemah sebesar 7 poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.837 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.830 per dolar AS.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru