Medan (SIB)- Reza Parona Sihombing (13), warga Jalan Danau Singkarak digigit anjing peliharaannya, Minggu (14/10) di rumahnya. Kemudian dia dibawa orangtuanya, Irwan Sihombing, berobat ke RS St Elisabeth. Sampai di IGD, dr Pretty dan perawat jaga di IGD menolak pasien dengan alasan, obat untuk rabies tidak ada di rumah sakit tersebut.
Irwan kaget ketika dokter tersebut menyarankan agar pasien pindah rumah sakit saja atau membawanya ke Puskesmas. Atas saran dokter jaga tersebut, Irwan Sihombing kecewa melihat RS Elisabeth yang berakreditasi B ini tapi tidak memiliki vaksin rabies.
"Seharusnya rumah sakit sebesar ini sudah menyediakan semua obat yang dibutuhkan masyarakat, termasuk vaksin rabies," kata mantan Anggota DPRD Medan Fraksi P Demokrat ini kepada wartawan.
Ketika Irwan Sihombing mempertanyakan kenapa vaksin tersebut tidak disediakan RS Elisabeth? Menurut keterangan dokter jaga kepada bendahara DPC P Demokrat Medan ini, yang bertanggung jawab tentang ketersediaan obat-obat di rumah sakit adalah direktur.
Maria, Direktur RS St Elisabeth, yang dihubungi wartawan lewat WhatsApp mengakui kekosongan vaksin rabies di rumah sakit swasta. Vaksin tersebut ada di Puskesmas Petisah. Pemerintah sangat mengontrol peredaran dan pemakaian vaksin karena pasokannya tidak banyak. "Kami pernah bicara dengan produsen vaksin rabies sanofi Pasteur. Mereka mengaku bahwa pemerintah yang mengatur distribusinya," terang Maria.
Dia menjelaskan penanganan gigitan anjing yakni, luka dibersihkan dengan sabun batangan. Anjing jangan dibunuh, tapi diobservasi (dipantau), selama 10 hari harus dilihat apakah ada perilaku aneh anjing, seperti tidak mau makan, minum, gelisah, selalu mencari tempat gelap, maka pergilah ke Puskesmas untuk divaksin.
"Jika tidak ada perubahan itu, pasien aman dan tidak perlu divaksin. Jika yang menggigit adalah anjing liar sehingga tidak bisa diobservasi, pergilah ke Puskesmas Petisah untuk disuntik vaksin rabies," papar Maria. (A10/f)
