Jakarta (SIB) -Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menyampaikan perkembangan investigasi yang dilakukan terhadap jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Soerjanto mengatakan pesawat itu pecah ketika menabrak permukaan air laut.
"Kita lihat serpihan ini sudah dalam bentuk kecil. Itu menandakan pesawat menyentuh air dengan kecepatan cukup tinggi," ucap Soerjanto saat memberikan penjelasan di depan keluarga korban di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11).
Soerjanto mengatakan, serpihan itu tersebar di permukaan air laut yang diperkirakan seluas 250 meter persegi. Keyakinan KNKT bahwa pesawat Lion Air itu jatuh di lokasi tersebut diperkuat keterangan saksi.
"Laporan dari yang kita wawancara, yaitu tugboat yang berjarak 1 nautical mile atau 1,8 kilometer, mereka melihat ada sesuatu yang masuk ke dalam air. Setelah itu, kapal tongkang itu melepas tugboat dan melihat ada serpihan yang sekarang kita temukan pada radius tidak lebih dari 500 meter," ucap Soerjanto.
"Jadi pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air atau ketika impact terhadap air dan pesawat tidak pecah di udara. Kalau (pecah) di udara, serpihan akan lebar," imbuh Soerjanto.
Selain itu, Soerjanto menjelaskan soal kondisi salah satu mesin pesawat yang sudah diangkat dari dasar laut. Dia menyebut mesin itu dalam keadaan hidup ketika bersentuhan dengan air.
"Dari mesin ini, kita bisa mengambil satu kondisi di mana saat mesin menyentuh air ini dalam keadaan high RPM, ditandai dengan hilangnya semua sudut turbin atau kompresor. Itu tanda mesin berputar dengan kecepatan tinggi. Jadi boleh dikatakan dari mesin ini tidak masalah," ucap Soerjanto.
Kemudian Soerjanto menyampaikan soal proses pengunduhan data dari FDR atau flight data recorder dari black box pesawat. Sejauh ini, proses itu sudah dilakukan dan sebagian isinya sudah dipaparkan.
"Ini kita ambil dari data black box berisi 69 jam penerbangan dan parameternya 1.900 parameter yang direkam," ucap Soerjanto.
Namun ada bagian black box lain yang perlu ditemukan, menurut Soerjanto, yaitu CVR atau cockpit voice recorder, yang berisi rekaman suara dari kokpit ke menara pengawas, suara antara kapten dan kopilot, suara di kokpit, dan suara komunikasi antara kokpit dan kabin. Dia menyebut tim KNKT dibantu Amerika Serikat, Australia, dan Singapura dalam mengerjakan hal itu.
"Dalam jangka 1 bulan nanti, KNKT akan menerbitkan laporan awal berupa data fakta selama investigasi. Saat ini tim sedang mempelajari seluruh data," ucapnya.
Dia menyampaikan kerja KNKT ini bertujuan memaparkan penyebab pesawat itu mengalami kecelakaan. Hal itu penting untuk mencegah kejadian yang sama terulang.
PENUNJUK KECEPATAN RUSAK
Sementara itu, KNKT menyebut pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 mengalami masalah dengan alat penunjuk kecepatan. Masalah itu sudah terjadi dalam 4 penerbangan terakhir.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya sudah melakukan penelitian bersama Boeing dan National Transportation Safety Board (NTSB). Flight data recorder (FDR) black box telah diunduh dan ada data penerbangan-penerbangan sebelumnya.
"Pada 4 penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kecepatan di pesawat, airspeed indicator," ucap Soerjanto Tjahjono.
"Jadi yang dimaksud 4 penerbangan itu adalah yang berurutan," imbuh Kepala Sub-Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo di tempat yang sama.
Soerjanto mengatakan saat ini ada sekitar 200 pesawat yang sejenis dengan Lion Air PK-LQP di seluruh dunia yang beroperasi. Investigasi yang dilakukan KNKT pun nantinya akan menjadi pegangan atau rujukan karena pesawat Boeing 737 Max 8 tersebut baru kali ini mengalami insiden seperti itu.
"KNKT tidak pernah menduga-duga. Kami hanya bisa berbicara berdasarkan fakta. Pada saat pertama kami melihat memang kita sudah akui bahwa penerbangan dari Denpasar ke Jakarta ada masalah teknis. Begitu kita buka black box, yang disebut teknis itu ada masalah airspeed indicator atau kecepatan dari pesawat," ucap Soerjanto.
Kabasarnas Menangis
Di bagian lain, Kabasarnas Marsekal Madya M Syaugi memastikan prioritas tim SAR gabungan adalah mencari korban Lion Air di perairan Karawang, Jawa Barat.
"Jadi tadi kita sudah ketemu dengan keluarga korban. Saya kalau di lapangan garang begitu, ternyata hati saya juga terenyuh melihat situasi-situasi seperti itu. Tapi saya tetap berusaha sekuat tenaga dengan prosedur yang ada," ujar M Syaugi.
Syaugi tak kuasa menahan tangis saat menjawab pertanyaan keluarga korban yang ingin mendapatkan kepastian soal batas waktu proses pencarian.
"Kami memahami, kami bukan manusia super, bukan manusia sempurna, kami berusaha sekuat tenaga, dengan apa yang kami miliki kami yakni bisa mengevakuasi seluruh korban, Bapak-Ibu," kata Syaugi terbata-bata menahan tangis.
"Saya di lapangan, di laut, mudah-mudahan dalam waktu yang ada kami all-out, kalau nanti ada yang bisa ditemukan saya yakin terus mencari Saudara-saudara," lanjut Syaugi mendapat tepuk tangan keluarga korban.
Dipastikan pencarian korban dilakukan selama 24 jam. Bahkan pada Minggu (4/11) malam, penyelam dikerahkan karena arus dasar laut tenang.
"Mudah-mudahan masih ada lagi yang ditemukan, kami tidak akan berhenti. Nanti akan kita lihat 10 hari kita analisa lagi apabila masih ada kemungkinan untuk ditemukan korban-korban tersebut ya akan diperpanjang kita akan analisa," ujar Syaugi.
Selain mencari korban, tim SAR gabungan mencari CVR black box Lion Air. Sinyal black box sempat terdeteksi tapi belum dapat ditemukan, Minggu (4/11).
"Kemarin itu 'ping... ping...' berbunyi tetapi lemah. Sudah kita selami ke daerah yang diperkirakan adanya ping tersebut tetapi ternyata di situ lumpur atau pasirnya cukup dalam sehingga ini perlu dicari terus sampai ketemu," sambungnya.
Angkat As Roda
Personel penyelam dari Komando Armada I (Koarmabar) TNI AL mengangkat bagian pesawat dari dasar laut sebelah utara Karawang. Mereka mendapatkan as roda Lion Air PK-LQP.
"As roda kemungkinan karena dilihat dari titiknya sama dengan pengangkatan kemarin. Sepertinya ini as roda yang pengangkatan pertama yang kita angkat dari tim Dislambair (Dinas Penyelaman Bawah Air)," kata Kepala Divisi Penyelaman I Dislambair Koarmada I, Kapten Laut Guntur Pramudanto, Senin (5/11).
LCU Banda Aceh yang tengah berada di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, ini menampung as roda yang berhasil dievakuasi ini. Selanjutnya, as roda ini akan dibawa LCU Banda Aceh ke pelabuhan JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Proses pengangkatan as roda pesawat itu menggunakan alat bernama Air Lifting Bag (ALB). Alat itu mengandalkan balon udara yang mengapung, membawa objek dari dasar lautan naik ke permukaan. Selanjutnya, derek (crane) dari LCU Banda Aceh mengangkat as roda itu dari permukaan air.
Alat ALB mampu mengangkat benda maksimal 5 ton dari dasar lautan. Guntur menyebut bobot as roda itu.
Ada 429 Body Part
Sementara itu, Kepala Laboratorium DNA Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) Polri Kombes Putu Cahyo mengatakan sampai saat ini sudah menerima 137 kantong jenazah penumpang Lion Air JT 610. Dari jumlah itu, ada ratusan body part.
"Dari 137 kantong jenazah, kami dapatkan isinya bagian tubuh, pada prinsipnya setiap bagian tubuh kami ambil untuk identifikasi, kami dapatkan bagian-bagian tubuh itu sebanyak 429 (body part)," ujar Putut saat konferensi pers di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (5/11).
Sebelumnya diberitakan RS Polri telah menerima 32 kantong jenazah tambahan sejak Minggu (4/11) malam. Total hingga kemarin sudah ada 137 kantong jenazah yang diterima untuk proses identifikasi.
Sementara itu, data antemortem keluarga yang melapor di RS Polri dan antemortem RS Bangka Belitung, sudah ada 255 orang. Hingga saat ini, total data antemortem yang sudah terverifikasi sebanyak 189.
"Dari data antemortem yang lapor berjumlah 255 melapor, terdiri dari RS sendiri ada 212 pelapor, dan dari data antemortem Prov Bangka Belitung ada 43 pelapor, jumlah data antemortem yang sudah terverifikasi 189," ucap Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kombes Edy Purnomo.
Diketahui juga saat ini ada 17 kantong jenazah yang sudah diberangkatkan dari JICT ke RS Polri untuk dilakukan proses identifikasi.
13 Jenazah Teridentifikasi Lagi
Terpisah, Tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polri mengidentifikasi 13 jenazah penumpang Lion Air PK-LQP yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. Dengan tambahan 13 jenazah itu total jenazah yang teridentifikasi 27 orang.
"Malam ini kita akan bacakan hasil rekonsiliasi pada hari ini Senin 5 November 2018 pukul 16.00 WIB di RS Polri berdasarkan sidang khusus di RS Polri, Tim DVI berhasil identifikasi kembali," ujar Kepala Operasi Tim DVI Kombes Lisda Cancer di RS Polri.
Masing-masing jenazah teridentifikasi melalui pemeriksaan DNA dan sidik jari korban Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610. Berikut nama-nama korban yang teridentifikasi:
1. Reni Aryanti, perempuan, usia 51 tahun, melalui pemeriksaan DNA
2. Muhammad Ravi Andrian, laki-laki usia 24 tahun melalui pemeriksaan DNA
3. Eryanto, laki-laki, usia 40 tahun melalui pemeriksaan DNA
4. Vera Junita, perempuan usia 22 tahun melalui pemeriksaan DNA
5. Resti Amelia, perempuan usia 27 tahun melalui pemeriksaan DNA
6. Fifi Hajanto, perempuan usia 24 tahun melalui pemeriksaan DNA
7. Dede Anggraini, perempuan usia 40 tahun melalui pemeriksaan DNA
8. Petrous Rudolf Sayers, laki-laki usia 58 tahun melalui sidik jari
9. Eka Suganda, laki-laki usia 49 tahun melalui sidik jari
10. Niar R Soegiyono, perempuan usia 39 tahun melalui sidik jari.
11. Sudibyo Onggo Wardoyo, laki-laki usia 40 tahun melalui sidik jari
12. Hendra, laki-laki usia 39 tahun melalui pemeriksaan DNA
13. Mito, laki-laki usia 37 tahun melalui sidik jari.
Lisda mengatakan jenazah Mito (37) adalah Anggota Kepolisian Polda Bangka Belitung. "Jenazah nomor 13 adalah anggota kepolisian yang bertugas di Polda Bangka Belitung," ucap Lisda.
Diketahui, nantinya setelah konferensi pers akan dilakukan penyerahan dokumen dan jenazah kepada keluarga korban. Sebelumnnya, data terakhir, jenazah yang sudah teridentifikasi berjumlah 14 jenazah.
Tabur Bunga
Prosesi tabur bunga rencananya digelar di lokasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP hari ini. Keluarga korban akan diajak ke lokasi.
"Rencana tabur bunga akan dilakukan besok hari, Selasa (6/11) pukul 9.00 WIB, titik kumpul di dermaga Kolinlamil dengan menggunakan kapal perang milik Angkatan Laut, yaitu KRI Banjarmasin dan KRI Banda Aceh," kata Kadispen Koarmada I Letkol Laut (P) Agung Nugroho di JICT 2, Priok, Jakarta Utara.
"Teknis untuk siapa saja yang akan mewakili seluruhnya ada di kewenangan dari Basarnas. Kita dari unsur TNI hanya menyiapkan sarana, yaitu dua kapal perang untuk mewadahi tabur bunga atau pun melaksanakan doa bersama di lokasi diduga jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Jadi nanti proses ini kita akan memberikan kesempatan kepada keluarga korban dalam prosesi upacara diawali dengan kegiatan doa, setelah doa ada prosesi tabur bunga dari seluruh perwakilan keluarga korban," tutur Agung.
"Sama seperti pelaksanaan tabur bunga yang pernah ada, keluarga diberikan kesempatan untuk tabur bunga di lokasi diduga jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Kemarin dari Basarnas pencarian ditambah menjadi 3 hari, kemungkinan hari Rabu nanti akan ada informasi dan pengumuman lebih lanjut dari pihak Basarnas," imbuh dia.
Hingga saat ini, ada 14 jenazah korban kecelakaan Lion Air PK-LQP yang telah teridentifikasi. Proses pencarian di lokasi masih berlangsung setelah diperpanjang hingga Rabu (7/11). (detikcom/h)