Jakarta (SIB) -Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mendapatkan temuan terbaru dari hasil pemeriksaan flight data recorder (FDR) black box Lion Air PK-LQP. Menurut KNKT, kerusakan ditemukan dari sensor AOA atau angle of attack.
"Setelah dilakukan troubleshooting (pencarian sumber masalah secara sistematis), yang rusak adalah AOA," ucap Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di kantornya, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (7/11).
"AOA itu mengukur sudut pesawat terhadap aliran udara. Jadi, kalau pesawatnya seperti ini (kondisi mendatar), ini nol, tapi kalau pesawatnya naik, nah itu AOA itu berapa derajat terhadap aliran udara akan terbaca," imbuh Soerjanto.
Soerjanto mengatakan sensor AOA menunjukkan perbedaan pada saat penerbangan sebelum JT 610, yaitu dari Bali ke Jakarta. Dalam penerbangan itu, AOA pesawat PK-LQP sebelah kiri berbeda 20 derajat dengan sebelah kanan.
"Pilot melakukan beberapa prosedur dan akhirnya dapat mengatasi masalah dan pesawat dapat mendarat di Jakarta dengan selamat," ujar Soerjanto.
Menurut Soerjanto, sensor AOA itu sudah diganti setelah pilot melaporkan adanya kerusakan pada penunjuk kecepatan atau airspeed indicator. Dia menyebut sensor AOA dengan airspeed indicator merupakan satu bagian.
"Jadi kenapa yang rusak penunjuk kecepatan (tapi) yang diganti angle of attack? Karena memang itu satu bagian dari sistem," ucapnya.
Diperpanjang
Sementara itu, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsdya M Syaugi memutuskan proses evakuasi Lion Air PK-LQP yang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat diperpanjang tiga hari. Namun, perpanjangan waktu tersebut hanya khusus Basarnas.
"Tadi pagi saya menggunakan heli untuk meninjau secara langsung baik di laut, lokasi badan pesawat yang ditemukan termasuk di Tanjung Pakis. Operasi tetap berjalan seperti biasanya. Semangat tinggi, sinergitas masih mantap," ujar Syaugi dalam jumpa pers di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (7/11).
"Setelah kembali kami rapat dengan staf serta menerima beberapa masukan kami memutuskan untuk memperpanjang evakuasi dan evaluasi tiga hari khusus untuk tim Basarnas," lanjutnya.
Syaugi berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses evakuasi pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610. Ia mengapresiasi seluruh pihak yang ikut terlibat dalam upaya SAR.
"Selain Basarnas potensi SAR, TNI dan Polri, Bakamla, Bea Cukai, KPLP, Polair dan relawan kami ucapkan terima kasih dan penghargaan serta apresiasi yang tinggi," ucapnya.
"Kami bangga sinergitas sangat tinggi sehingga sampai hari ini kita bisa mengevakuasi korban sejumlah 186 kantong jenazah. Sekarang masih ada lagi yang di laut belum sampai ke sini. Mengingatkan trennya menurun, operasi diperpanjang tiga hari khusus untuk Basarnas," lanjut Syaugi.
Dengan dilanjutkan proses evakuasi, Syaugi berharap pihaknya dapat menuntaskan misi mencari CVR black box, jasad korban, hingga puing-puing pesawat.
"Mudah mudahan tiga hari ke depan kita bisa tuntaskan evakuasi ini supaya semuanya tetap ditemukan," tuturnya.
176 Penyelam Dikerahkan
Proses evakuasi pesawat Lion Air PK-LQP, masih berlanjut sampai hari ke-10 ini. Jumlah penyelam yang diturunkan sebanyak 176 personel gabungan.
Dari data yang tercatat, 176 personel itu di antaranya Basarnas Special Group 41 orang, Kansar Semarang 5 orang, Kansar Lampung 1 orang, dan POSSI 16 orang. Lalu ada juga relawan Indonesia Diver 5 orang.
Selain itu, Kopaska 38 orang, Denjaka 28 orang, Taifib 17 orang, KPLP 7 orang, Brimob (unit delta) 4 orang, serta Polair 14 orang. Total secara keseluruhan personel yang terlibat dari unsur laut, udara, hingga darat sebanyak 1.324 orang.
Tim SAR juga menyiapkan 69 kapal untuk melakukan pencarian, 40 di antaranya sudah bersiaga di titik koordinat jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP. Sedangkan dari udara, tim SAR melakukan pemantauan, dengan 5 helikopter disiagakan.
Temukan Kokpit
Di bagian lain, tim evakuasi pesawat Lion Air PK-LQP menemukan kokpit pesawat di hari pencarian ke-10 ini. Namun, belum bisa dilakukan pengangkatan karena kondisinya yang hancur.
"Kokpit ternyata kondisinya sudah hancur itu, sudah berupa puing-puing, mungkin kalau diangkat pun jadi rusak ya. Jadi sama dengan yang sebelumnya, kemarin kan ada sayap ya sebetulnya, begitu kita ambil ternyata jadi puing puing," ujar Komandan Satuan Kapal Eskorta (Dansatkor) Koarmada I Kolonel Laut (P) Isswarto, Rabu (7/11).
Isswanto pun belum bisa memastikan apakah kokpit tersebut akan diangkat atau tidak. Menurutnya jika diangkat pun kondisinya sudah hancur dan menjadi puing-puing.
"Nggak tahu ya ini mungkin kalau diangkat pun jadi puing puing kecil saja ya," ucapnya.
Kemudian sampai saat ini tim evakuasi belum menemukan Cocpit Voice Recorder (CVR). Meski sempat terdeteksi, kini sinyal CVR kian melemah.
"Ping locater CVR masih bunyi tadi pagi tim penyelam kami mendengar, kemudian ketika didekati menghilang, kita tidak tau apakah itu sinyal ping locater yang kurang bagus atau mungkin CVR nya memang lemah suaranya," ujar Isswanto.
Isswanto menjelaskan ketika dideteksi dengan alat sinyal ping berbunyi. Namun, saat diselami jelasnya sinyal malah makin melemah.
7 Korban Teridentifikasi
Tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polri berhasil mengidentifikasi korban Lion Air PK-LQP. Tujuh jenazah penumpang Lion Air PK-LQP yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, kembali teridentifikasi.
"Malam ini kita akan bacakan hasil rekonsiliasi. Pada hari ini, Rabu, tanggal 7 November 2018, pukul 16.00 WIB di RS Polri ada tujuh penumpang yang dinyatakan teridentifikasi," ujar Kepala Operasi Tim DVI Kombes Lisda.
Hingga saat ini, total ada 51 jenazah yang teridentifikasi. Mereka terdiri atas 40 laki-laki dan 11 perempuan.
Berikut nama-nama korban yang teridentifikasi malam tadi:
1.Kasan, laki-laki usia 63 tahun melalui sidik jari
2.Eling Sutikno (anggota DPRD Bangka Belitung), laki-laki usia 59 tahun melalui sidik jari
3.Sahabudin, laki-laki usia 40 tahun melalui sidik jari
4.AKBP Sekar Maulana, laki-laki usia 45 tahun melalui sidik jari
5.dr Rio Nanda Pratama, laki-laki usia 26 tahun melalui sidik jari
6.Radhika Widjaya, laki-laki usia 4 tahun melalui pemeriksaan DNA dan medis
7.Rafezha Widjaya, laki-laki usia 1 tahun 9 bulan melalui pemeriksaan DNA dan medis (detikcom/d)