Jakarta (SIB)- KNKT mengatakan laporan awal terkait jatuhnya Lion Air nomor penerbangan JT 610 di perairan Karawang akan keluar akhir bulan November. Namun laporan itu berisi data-data saja.
"Pre eleminary report itu akan dikeluarkan tanggal 28 atau 29 bulan ini yang berisi data factual tanpa analisis tanpa kesimpulan," kata Ketua Komite Nasional Keselamatan Nasional (KNKT) Soerjanto Tjahjono, di Kemenhub, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (12/11).
Ia mengaku KNKT akan menampilkan data tersebut dalam websitenya.
"Ini akan kita publikasikan lewat internet. Data yang sudah kita dapat sebagian besar akan kita sharing di pre eleminary report tersebut," ungkapnya.
KNKT juga telah melakukan simulasi terkait pinker atau alat pendeteksi cockpit voice recorder (CVR) black box Lion Air PK-LQP. Simulasi itu dilakukan karena ada asumsi pinker tak terdeteksi ketika tertimbun lumpur.
"Kami kemarin adakan simulasi ada satu pinker kita masukkan ke lumpur, terus kita coba kita dengarkan dan ternyata masih bisa dideteksi. Jadi asumsi selama ini bahwa kemungkinan kalau masuk lumpur si pinker tidak bekerja itu sudah hilang," kata Soerjanto.
Karena itu, KNKT menyebut ada kemungkinan pinker CVR tersebut rusak saat pesawat Lion Air saat mengalami kecelakaan.
"Artinya kalau sekarang pinkernya tidak bekerja, kemungkinan pada waktu pesawat mengalami kecelakaan si pinker juga mengalami kerusakan. Atau sudah ada leaks sehingga pada saat pertama lama-lama makin lama dan sekarang hilang," imbuhnya.
Soerjanto mengatakan operasi digelar KNKT bersama BPPT, dan pihak lainnya. Dia kembali menegaskan sinyal pinker masih dapat terdeteksi meski tertimbun lumpur.
"Jadi asumsi-asumsi yang sebelumnya kita pikirkan kemungkinan di dalam lumpur sehingga suaranya tidak bisa di dengar itu sudah hilang karena di tempat kita sudah melakukan pengujian bahwa meskipun di dalam lumpur tidak masalah," ungkap Soerjanto.
Untuk mencari CVR, KNKT menyusun strategi dengan menggunakan kapal dengan dilengkapi ROV. KNKT berharap CVR dapat ditemukan segera untuk membantu investigasi. (yld/idh)
3 Jenazah Dikenali
Sementara itu tiga jenazah teridentifikasi kemarin. Total ada 82 jasad korban yang teridentifikasi tim DVI RS Polri.
"Hasil sidang rekonsiliasi pada Senin, 12 November, pukul 14.00, ada 3 penumpang yang dinyatakan teridentifikasi," ujar DVI Commander Kombes Lisda Cancer dalam keterangan tertulis.
Ketiga jenazah yang teridentifikasi adalah: Shandy Johan Ramadhan, (27), Deryl Fida Febrianto,(22) dan Firmansyah Akbar,(42). Ketiganya laki-laki dan teridentifikasi melalui pemeriksaan DNA.
"Hingga saat ini penumpang yang telah teridentifikasi sebanyak 82 penumpang dengan rincian laki-laki 62 orang, perempuan 20 orang," ujar Haryanto.
Proses identifikasi dari kantong jenazah yang diterima tim DVI Polri dipastikan berlanjut hingga tuntas. Sedangkan operasi pencarian oleh Basarnas di perairan Karawang dihentikan pada Sabtu (10/11). (detikcom/c)