Jakarta (SIB)- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menanggapi dukungan pengacara Hotman Paris Hutapea terhadap keluarga penumpang Lion Air JT-610 yang berkeras menuntut perusahaan Boeing. KNKT mempersilakan Hotman untuk lanjutkan tuntutan.
Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko menyampaikan setiap warga negara berhak untuk memperoleh keadilan melalui hukum. Namun demikian, tetap sesuai ketentuan.
"Sesuai peraturan, bahwa laporan investigasi kecelakaan pesawat Lion tidak bisa digunakan untuk bukti pengadilan," kata Haryo, Jumat (30/11).
Senada dengan Haryo, Investigator Senior KNKT Ony Suryo Wibowo pun menerangkan larangan menggunakan hasil penyelidikan KNKT. "Sesuai UU no 1 tahun 2009 Pasal 359 bahwa hasil investigasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses peradilan," ucap Ony.
Sementara itu Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo pun mempersilakan pihak keluarga korban Lion Air untuk menuntut.
"Harapan saya semoga semua pihak mendapat keadilan dan apa yang menjadi hak mereka. Untuk investigasi [Lion Air], saya berharap kami [KNKT] dapat melaksanakan investigasi dengan baik sehingga kecelakaan serupa tidak terulang kembali," ujarnya menambahkan. Diketahui, Hotman mengawal kasus tersebut dengan melibatkan firma hukum Ribbeck Law Firm dari Amerika Serikat. Ia memahami ada ketentuan yang menyatakan keluarga korban tidak dapat menuntut The Boeing Company ke pengadilan di Amerika Serikat melalui hasil investigasi KNKT.
Meski demikian, Hotman mengatakan tugas dari pengacara adalah membuktikan ke depan hakim siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu dan hakim tidak terikat dengan opini siapapun, termasuk KNKT.
Diketahui sebelumnya, Pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT610 jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10). Berdasarkan penyelidikan KNKT, menjelang terbang pesawat itu mengalami stick shaker atau kemudi pada pilot bergetar. Hal ini merupakan indikasi bahwa pesawat akan mengalami kehilangan daya angkat.
Sehari sebelumnya, pesawat yang sama terbang dari Bali menuju Jakarta. Kondisi pesawat memiliki kendala yang sama dengan yang terjadi saat penerbangan dari Jakarta menuju Pangkalpinang. Kondisi stick shaker juga terjadi pada penerbangan ini.
Upgrade Software
Sementara itu, Boeing disebut berencana memperbarui perangkat lunak (software) 737 MAX. Langkah ini diambil untuk membantu mengatasi kondisi seperti yang terjadi saat kecelakaan Lion Air PK-LQP.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (30/11), informasi ini disampaikan oleh dua sumber dari regulator penerbangan Amerika Serikat. Boeing sebelumnya sudah memastikan bahwa 737 MAX, jenis pesawat Lion Air yang jatuh, aman untuk diterbangkan.
Namun regulator Amerika Serikat mengatakan Boeing sedang mengkaji kemungkinan perbaikan software. Pertimbangan ini muncul setelah Boeing dituding tidak menyampaikan perubahan terbaru sistem otomatis pesawat ini dalam manual untuk 737 MAX.
Rencana perbaikan software ini belum pasti. Untuk sementara, upgrade software Boeing dapat memblok sistem antistall (Maneuvering Characteristics Augmentation System/MCAS) terus-menerus berjalan saat hidung pesawat turun.
Sumber Reuters menyebut fungsi MCAS dapat dinonaktifkan jika awak pesawat menyesuaikan pengaturannya. Sumber itu juga menyebut langkah upgrade software ini adalah langkah darurat dari Boeing dan Federal Aviation Administration (FAA).
Berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR) pesawat Lion Air PK-LQP, pilot berusaha memperbaiki sistem lebih dari 24 kali sebelum pesawat itu akhirnya jatuh di perairan Tanjung Karawang pada 29 Oktober 2018. Peran sensor Angle of Attack (AoA) di pesawat jadi sorotan sejak itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, laporan awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap bahwa sensor AoA Lion Air PK-LQP diganti di Denpasar sehari sebelum pesawat jatuh. Dalam penerbangan Jakarta-Pangkalpinang, sensor AoA kiri dan kanan pesawat berbeda 20 derajat.
Boeing menolak berkomentar ketika dimintai konfirmasi soal rencana software 737 MAX ini.
"Sebagai bagian dari praktik standar setelah kecelakaan apa pun, kami memeriksa desain dan operasional pesawat kami dan ketika dibutuhkan, menerbitkan buletin dan membuat rekomendasi kepada operator untuk meningkatkan keamanan," kata jubir Boeing kepada Reuters.
"Boeing terus-menerus mengevaluasi kebutuhan software atau perubahan lainnya sembari kami mengikuti investigasi yang sedang berjalan," sambungnya. (detikcom/CNNI/f)