Rabu, 30 April 2025

NSTB, Litbang TC-UGG Siasati Kunjungan Wisata ke Sumut di Masa Covid

Redaksi - Minggu, 04 April 2021 08:34 WIB
640 view
NSTB, Litbang TC-UGG Siasati Kunjungan Wisata ke Sumut di Masa Covid
Bisnis/Nancy Junita
Danau Toba dilihat dari Geosite Sipinsur Kabupaten Humbang Hasundutan. 
Medan (SIB)
Badan Pariwisata Sumatera Utara (North Sumatera Tourism Board) dan Divisi Litbang dari Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (TC UGG), Sabtu (3/4) menggelar temu diskusi dan kordinasi secara terbatas (sesuai Prokes Covid-19), tentang upaya strategis pemulihan ekonomi sektor pariwisata daerah di Sumut, dengan siasat jangka pendek dan menengah (di masa pandemi) serta program jangka panjang pasca pandemi.

Kepala NSTB/Bawisda Ir Henry Hutabarat memaparkan sampel pola kebijakan pemulihan pariwisata di negeri Thailand yang sudah membuka kembali (opening up) kunjungan turis mulai awal April ini, sementara pengurus divisi Litbang dan edukasi TC UGG Ir Jonathan Ikuten Tarigan memaparkan pola kebijakan dan realisasi aktifitas wisata di negara kecil Maldives (Maladewa, Asia bagian selatan, dekat India dan Srilanka) yang tampak pulih mulai Januari 2021.

"Ada beberapa opsi kebijakan untuk menyiasati pemulihan ekonomi di sektor pariwisata di masa pandemi Covid-19 ini, misalnya dengan sistem Prokes mulai ketibaan (turis) di Bandara, zonasi area kunjungan normal baru (new normal destination), wisata secara virtual (virtual tourism) atau memang harus menunggu pandemi berakhir secara total. Semuanaya memang tergantung keputusan pemerintah," ujar Henry Hutabarat bersama Wakil Sekjen NSTB Ir Raya Timbul Manurung MSc, kepada pers di Medan, Sabtu (3/4).

Mereka mengutarakan hal itu di aula terapung Restoran Kenanga Indonesia di kompleks Kenanga Garden Medan Selayang,ketika memaparkan data Thailand's Roadmap to Opening Up for Foreign Visitors, dan dampak (multiplier effect)-nya bagi destinasi daerah Sumatera Utara di masa pandemi sebagai lingkar ekonomi. Dampak dimaksud terkait posisi Sumut dan NSTB yang merupakan delegasi dan mitra utama Indonesia (sejak 1993) dalam badan kerja sama regional segitiga pertumbuhan ekonomi utara: Indonesia, Malaysia dan Thailand (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle-IMT GT).

Mulai bulan ini, April hingga Juni 2021, destinasi wisata Thailand yang dibuka kembali (opening up) bagi touris mancanegara adalah Phuket, Krabi, Koh Samui, Pang Nga, Pattaya (Conburi) dan Chiang Mai dengan prokes khusus wajib karantina tujuh hari bagi pelancong yang belum disuntik vaksin. Lalu, pada Juli hingga September 2021, para turis pengunjung destinasi Phuket tidak lagi wajib dikarantina, namun harus tinggal (pelesiran dan menginap) selama tujuh hari sambil proses tunggu izin melancong ke objek wisata lain di Thailand.

Bagi turis yang sudah memiliki surat bukti vaksinasi, akan lebih diprioritaskan dan diakomodir untuk melanjutkan pelancongan ke destinasi lain di Thailand, namun tetap harus mengikuti prosedur Prokes dan pemeriksaan lanjut kesehatan, termasuk pengukuran suhu tubuh. Turis yang melancong ke destinasi luar Phuket juga tetap harus mengikuti proses karantina selama tujuh hari, yang dipandu tim dokter resor setempat.

"Pemulihan bisnis di sektor pariwisata akibat dampak pandemi ini memang harus bersifat evolusi dan bertahap karena terkait sejumlah aspek untuk pemulihan ekonomi nasional (PEN), Tidak bisa langsung drastis, termasuk memulihkan kerugian pariwisata yang mencapai Rp58,7 triliun pada tahap pertama pandemi (April 2020), apalagi untuk kerugian lanjut hingga akhir 2020. Jadi, opsinya tergantung pada kebijakan PPKM (pasca PSPB) daerah masing-masing juga, termasuk opsi yang mana untuk Sumut ini," ujar Raya Timbul Manurung.

Lalu, Jonathan Tarigan dari Litbang TC UGG selaku konsultan pariwisata nasional di Sumut, menekankan kebijakan negara luar seperti Maldives yang bisa membuka kembali 'gapura wisata'-nya dengan menerapkan Prokes Covid-19, hendaknya menjadi fakta pembelajaran menyiasati pemulihan kunjungan Wisman ke Sumut, khususnya ke destinasi Kawasan Danau Toba (KDT).

"Maldives opening up mulai 1 Juli 2020 dengan prokes dan maksimal kunjungan (menginap) hanya 14 hari. Gerakan atau booming kunjungan Wisman-nya, selama Maret (2021) saja sudah mencapai 109.955 orang dari berbagai negara.Dengan angka segitu saja sudah menjadikan Maldives sebagai World's Leading Destination 2020. Angka perolehan jumlah Wisman dalam sebulan itu saja, sudah hampir separuh (42,24 persen) dari kunjungan setahun Wisman ke Sumut yang hanya 260.311 orang (2020). Tragisnya, Wisman ke Sumut pada Februari 2021hanya 17 orang (SIB3/4)," katanya sembari menayangkan tabulasi data dariMaldives Tourists Arrivals (MTA).

Realisasi kunjungan harian saja ke Maldives, mencapai 1.872 orang hingga 4.218 orang selama Januari, 2.158 hingga 5.268 orang pada Februari, dan 2.368 hingga 5.516 orang Wisman pada Maret lalu. Negara yang masuk 10 Besar (Top 10) pelancong ke Maldives selama triwulan (Januari--Maret) 2021 adalah India sebanyak 25. 690 orang Wisman, Rusia 22.826 orang, Jerman 7.278 orang, Ukraina 5.372 orang, Kazakhstan 4.598 orang, Amerika (USA) 3.841 orang, Inggris (UK) 3.378 orang, Czeh Rep. 2.448 orang, Polandia 2.301 orang dan dari Spanyol 1.980 orang tiuris. Arus kunjungan di bawah angka 10 Besar itu bervariasi dari negara-negara Timur Tengah, Mesir, Jepang, UEA dan sejumlah Wisman lainnya dari kawasan Asia bagian selatan. Mesir, walau tidak masuk 10 Besar, tapi turisnya yang bernama Hanaa Kamal didaulat MTA secara khusus sebagai Wisman ke 100.000 ke Maldives, pada Maret lalu.

"Hal yang agak spektakuler di sini adalah posisi Wisman asal Rusia yang menempati posisi ke-2. Rusia sebelumnya adalah pelancong fanatik pada objek wisata bahari Sharm El Sheik di Mesir, tapi sempat terhenti akibat teror bom yang meledak di pesawat wisatawan pada 2015 lalu sehingga arus penerbangan ditutup lima tahun lebih. Maldives dengan objek wisata bahari mirip Sharm El Sheikdi Mesir yang jadi kegemaran (favourite) turis Rusia, dengan cerdas dipromosi beruntun sehingga Wisman Rusia berjubel datangnya. Kalau turis asal India di urutan teratas lumrah karena memang warga turis-nya serumpun dan jarak yang dekat. Sama halnya dengan wisata di ASEAN atau IMT-GT, Wisman ke Sumut selama ini mayoritas dari negara tetangga Malaysia. Tapi yang jelas, kejelian melihat peluang pasar harus prioritas di samping menentukan opsi pemulihan ekonomi turisme itu," ujar Jonathan serius. (A05/d)

Sumber
: Hariansib.com edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru