Jakarta (SIB)
Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsari mengatakan ada hal yang tidak bisa dimasuki oleh sejumlah pihak untuk menyelesaikan persoalan di Desa Wadas. Dia menilai GP Ansor bisa merekatkan kembali relasi sosial masyarakat Wadas yang terpecah.
"Ada hal yang memang tidak bisa dimasuki banyak pihak, bisa membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di Wadas itu, dan saya kira teman-teman Ansor bisa merekatkan kembali silaturahmi, persaudaraan dan juga kegembiraan, kebahagiaan relasi sosial masyarakat Wadas yang selama ini karena ada rencana pembangunan bendungan bendungan bener ini menjadi terpecah-pecah," kata Beka kepada wartawan, Minggu (13/2).
Beka berharap GP Ansor, selain mendampingi warga Wadas, ikut merekatkan kembali silaturahmi sesama warga. Jadi, kata Beka, tidak ada perpecahan antarwarga.
"Tidak banyak yang bisa melakukan itu, saya kira makanya kemudian teman-teman LBH, Ansor, saya berharap selain mendampingi kasus kemarin, punya tugas lain yaitu merekatkan kembali persaudaraan di antara warga-warga supaya tidak pecah dan kemudian mereka bisa saling bertukar pikiran bersilaturahmi satu sama lain dan saling membantu dalam suasana senang maupun susah," imbuhnya.
Seperti diketahui, Komnas HAM turun langsung ke Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, untuk melakukan pemantauan dan menggali fakta terkait insiden bentrokan yang terjadi beberapa waktu lalu di sana. Ada sejumlah fakta yang ditemukan Komnas HAM, yakni kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian kepada warga saat melakukan pengamanan.
"Menemukan fakta adanya kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian dalam pengamanan pengukuran lahan warga yang sudah setuju," kata Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsari, melalui keterangan tertulis, Minggu (13/2).
Beka menuturkan Komnas HAM juga menemukan fakta lain, yakni masih ada beberapa warga yang belum berani kembali ke rumah masing-masing. Sejumlah warga itu, kata Beka, belum kembali ke rumah karena masih merasa takut.
Beka menyampaikan dari hasil temuan didapati masih banyak anak yang mengalami trauma. Selain itu, ada kerenggangan sosial antar-sesama masyarakat yang pro dan kontra adanya tambang batu andesit di sana. (detikcom/f)