Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 09 September 2025
Perayaan 1 Abad NU

Jokowi Dukung PBNU Bangun Peradaban Dunia

* NU: Usaha Dirikan Negara Khilafah Bertabrakan dengan Tujuan Pokok Agama
Redaksi - Rabu, 08 Februari 2023 09:19 WIB
241 view
Jokowi Dukung PBNU Bangun Peradaban Dunia
(Foto: Ant/Zabur Karuru)
SATU ABAD NU: Presiden Joko Widodo (kiri) disaksikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin (kanan) memukul bedug digital saat membuka Resepsi Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (7/2). Kegiatan yang dige
Jakarta (SIB)
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pemerintah mendukung upaya Nahdlatul Ulama (NU) dalam membangun peradaban dunia yang berkeadilan dan mendahulukan kepentingan bersama.
Menurutnya NU berperan dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman, nilai-nilai Indonesia, serta kerukunan dalam keberagaman.
"Sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, NU layak berkontribusi untuk masyarakat internasional dan pemerintah sangat menghargai upaya PBNU untuk ikut membangun peradaban dunia yang lebih baik dan lebih mulia," ujar Jokowi dalam keterangan tertulis, Selasa (7/2).
Hal ini disampaikan Jokowi dalam pidato sambutan sebelum membuka secara resmi Puncak Resepsi Satu Abad NU di GOR Delta Sidoarjo, Jawa Timur.
Lebih lanjut, Jokowi menilai selama satu abad, NU setia kepada negara dan terbukti bisa menyelesaikan banyak tantangan. Kesetiaan NU dengan Tanah Air terlihat dalam memperhatikan kehidupan masyarakat di akar rumput dan ikut mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
"NU berhasil dalam menghadapi pandemi Covid-19, dalam menghadapi hantaman gerakan-gerakan radikal, termasuk menjaga diri dari politik identitas, dan ekstremisme," imbuhnya.
Sebagai organisasi Islam yang mengakar kuat di masyarakat, NU dinilai telah menjaga ketahanan masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan-tantangan serta pergolakan di tengah masyarakat. Ia yakin pada perjalanan usianya di abad kedua, NU akan semakin besar untuk agama, bangsa, bahkan internasional.
Ia pun meminta NU dan kaum nahdliyin terus memberikan contoh hidup dengan adab Islam yang baik. Menjunjung akhlakul karimah dan adat ketimuran. Tata krama, unggah ungguh, etika yang baik, adab yang baik, menjaga toleransi, menjaga persatuan, menjaga kegotongroyongan serta terus mengikuti perkembangan zaman.
Dikatakan Jokowi, sebagai organisasi Islam terbesar, tanggung jawab tersebut akan bisa diselesaikan dengan baik. Sumber daya manusia yang banyak dan berkualitas jadi kuncinya.
"Memasuki abad kedua, insyaallah NU akan tumbuh semakin kokoh. Menjadi teladan dalam keberislaman yang moderat. Atas nama rakyat Indonesia, saya mengucapkan tahniah dan syukur. Mengucapkan tasyakur, terima kasih dan bersyukur atas peran NU untuk bangsa dan negara," tandasnya.
Sebagai informasi, Puncak Resepsi Satu Abad NU digelar mulai Selasa, pukul 00.00 dengan berbagai rangkaian ritual keagamaan. Mulai dari pembacaan Al-Qur'an, manaqib, istighotsah, qiyamul lail, shalat subuh berjamaah, dan sholawat. Acara akan berlangsung 24 jam nonstop hingga nanti malam pukul 23.59.
Dalam kesempatan tersebut hadir Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Presiden Ke-5 Megawati Soekarnoputri, mantan wakil presiden Jusuf Kalla, dan sejumlah pejabat tinggi negara.


Bertabrakan
Sementara itu, Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus membacakan rekomendasi Muktamar Internasional Fikih Peradaban. Rekomendasi ini berisi kesepakatan ulama sedunia tentang bagaimana agama merespons isu-isu strategis dan membangun peradaban yang lebih baik.
Gus Mus membacakan dengan bahasa Arab. Kemudian diterjemahkan dengan bahasa Indonesia oleh Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid.
Poin penting dalam rekomendasi itu adalah mewujudkan visi misi baru tentang wacana fikih. Pandangan fikih klasik tentang pendirian negara khilafah, menurut NU, perlu diganti.
Berikut isi lengkap rekomendasi yang dibaca saat puncak acara 1 abad NU, Sidoarjo, Jawa Timur.
Nahdlatul Ulama berpandangan bahwa pandangan lama yang berakar pada tradisi fikih klasik yaitu adanya cita-cita untuk menyatukan seluruh umat Islam di bawah naungan tunggal sedunia, atau negara khilafah harus digantikan dengan visi baru demi mewujudkan kemaslahatan umat.
Cita-cita mendirikan kembali negara khilafah yang dianggap dapat menyatukan umat Islam sedunia, namun dalam hubungan dengan berhadap-hadapan dengan nonmuslim bukanlah hal yang pantas diusahakan, dan dijadikan sebagai sebuah aspirasi.
Sebagaimana terbukti akhir-akhir ini melalui upaya mendirikan negara ISIS, usaha semacam ini niscaya akan berakhir dalam kekacauan dan justru berlawanan dengan tujuan-tujuan pokok agama atau maqashid syariah yang tergambar dalam 5 prinsip, menjaga nyawa, menjaga agama, menjaga akal, menjaga keluarga, dan menjaga harta.
Dalam kenyataannya, usaha-usaha untuk mendirikan kembali negara khilafah nyata-nyata bertabrakan dengan tujuan-tujuan pokok agama tersebut, ini dikarenakan usaha semacam ini akan menimbulkan ketidakstabilan dan merusak keteraturan sosial politik.
Lebih dari itu jika akhirnya berhasil usaha-usaha ini juga akan menyebabkan runtuhnya sistem negara bangsa serta menyebabkan konflik berbau kekerasan yang akan menimpa sebagian besar wilayah dunia, sejarah menunjukkan kekacauan karena perang pada akhirnya akan selalu didampingi dengan penghancuran yang luas atas rumah ibadah, hilangnya nyawa manusia, hancurnya akhlak, keluarga dan harta benda.
Dalam pandangan Nahdlatul Ulama cara yang paling tepat dan manjur untuk mewujudkan kemaslahatan umat Islam sedunia adalah dengan memperkuat kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh umat manusia, baik muslim atau nonmuslim, serta mengakui adanya persaudaraan seluruh manusia anak cucu Adam, ukhuwah basyariyah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa berikut piagamnya memang tidak sempurna, dan harus diakui masih mengandung masalah hingga saat ini. Namun demikian piagam PBB itu dimaksudkan sejak awal sebagai upaya untuk mengakhiri perang yang amat merusak dan praktek-praktek biadab yang mencirikan hubungan internasional sepanjang sejarah manusia.
Karena itu, piagam PBB, dan PBB itu sendiri bisa menjadi dasar yang paling kokoh dan yang tersedia untuk mengembangkan fikih baru guna menegakkan masa depan peradaban manusia yang damai dan harmonis.
Dari pada bercita-cita dan berusaha untuk menyatu padukan umat Islam dalam negara tunggal sedunia yaitu negara khilafah, Nahdlatul Ulama memilih jalan lain, mengajak umat islam menempuh visi baru mengembangkan wacana baru tentang fikih, yaitu fikih yang akan dapat mencegah eksploitasi atas identitas, menangkal penyebaran kebencian antar golongan, mendukung solidaritas dan saling hargai perbedaan antara manusia, budaya dan bangsa-bangsa di dunia, serta dukung tatanan dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis.
Tatanan yang didasarkan penghargaan atas hak-hak yang setara serta martabat setiap umat manusia. Visi seperti inilah justru akan mampu mewujudkan tujuan-tujuan pokok syariah. (detikcom/a)



Baca Juga:
Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru