Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 07 Juli 2025

AS Dihantui Risiko Gagal Bayar Utang, Sebentar Lagi Jatuh Tempo Rp 471.000 Triliun

Redaksi - Senin, 29 Mei 2023 08:56 WIB
197 view
AS Dihantui Risiko Gagal Bayar Utang, Sebentar Lagi Jatuh Tempo Rp 471.000 Triliun
Net/harianSIB.com
Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Jakarta (SIB)
Pemerintah Amerika Serikat (AS) saat ini tengah dihantui risiko gagal bayar utang. Hal ini tentu membuat banyak negara di dunia ketar-ketir, khususnya Jepang dan China.
Sebab Negeri Paman Sam itu diketahui memiliki sejumlah besar utang terhadap Jepang dan China dalam bentuk Sekuritas Treasury. Sebagai informasi, Sekuritas Treasury AS merupakan obligasi pemerintah yang dikeluarkan Kementerian Keuangan Paman Sam untuk belanja pemerintah federal selain dari pajak.
Jatuhnya nilai Treasuries akan menyebabkan penurunan cadangan devisa Jepang dan China. Artinya mereka akan memiliki lebih sedikit uang yang tersedia untuk membayar impor penting, melunasi utang luar negeri, atau menopang mata uang nasional mereka.
"Kepemilikan Treasury Jepang dan China yang besar dapat merugikan mereka jika nilai Treasuries anjlok," kata Josh Lipsky dan Phillip Meng, analis dari Pusat GeoEconomics Dewan Atlantik.
Meski demikian, para analis ini mengungkapkan "risiko nyata" berasal dari kejatuhan ekonomi global dan kemungkinan resesi AS yang dipicu oleh default atau gagal bayar utang.
"Itu menjadi perhatian serius bagi semua negara tetapi menimbulkan risiko khusus bagi pemulihan ekonomi China yang rapuh," kata Lipsky dan Meng.
Setelah lonjakan aktivitas awal setelah pencabutan pembatasan pandemi secara tiba-tiba akhir tahun lalu, ekonomi China sekarang tersendat karena konsumsi, investasi, dan output industri semuanya menunjukkan tanda-tanda melambat.
Tekanan deflasi semakin memburuk karena harga konsumen hampir tidak bergerak beberapa bulan terakhir. Kekhawatiran utama lainnya adalah melonjaknya tingkat pengangguran kaum muda, yang mencapai rekor 20,4% pada bulan April.
Sementara itu, untuk perekonomian Jepang baru menunjukkan tanda-tanda bangkit dari stagnasi dan deflasi, yang telah menghantui negara itu selama beberapa dekade. Artinya secara tidak langsung pemulihan ekonomi Jepang juga dapat terimbas akibat resiko AS gagal bayar utang ini.
Melansir dari CNN, Minggu (28/5), diketahui besaran utang AS terhadap Jepang dan China mencapai US$ 2 triliun atau Rp 30.000 triliun (kurs Rp 15.000) dari Rp 114.000 triliun sekuritas Treasury AS yang dipegang negara asing.
Perlu diketahui, Beijing mulai meningkatkan pembelian Treasury AS pada tahun 2000, ketika AS mendukung masuknya China ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia yang memicu ledakan ekspor.
Kegiatan itu menghasilkan dollar dalam jumlah besar untuk China dan butuhkan tempat yang aman untuk menyimpannya. Obligasi Treasury AS secara luas dianggap sebagai salah satu investasi teraman di Bumi.
Kepemilikan China atas utang pemerintah AS menggelembung dari US$ 101 miliar hingga mencapai US$ 1,3 triliun pada tahun 2013. China adalah kreditor asing terbesar ke AS Serikat selama lebih dari satu dekade.
Tetapi meningkatnya ketegangan dengan pemerintahan Trump pada 2019 membuat Beijing mengurangi kepemilikannya, dan Jepang melampaui China sebagai kreditor utama tahun itu. Tokyo sekarang memegang US$ 1,1 triliun, dibandingkan China yang sebesar US$ 870 miliar
Jumlah yang luar biasa besar itu membuat China dan Jepang rentan terhadap potensi jatuhnya nilai Departemen Keuangan AS jika skenario kiamat bagi Washington terjadi.


Rp 471.000 TRILIUN
Tenggat waktu pembayaran Utang pemerintah Amerika Serikat (AS) semakin dekat, yakni 5 Juni mendatang. Meski begitu hingga kini belum ada kejelasan apakah Negeri Paman Sam itu mampu membayar utang-utangnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyampaikan saat ini cadangan uang Paman Sam tengah menipis. Sehingga resiko terjadinya gagal bayar utang semakin besar.
Bahkan ia menyebut negaranya bisa kehabisan uang demi membayar total tagihan yang mencapai US$ 31,4 triliun atau sekitar Rp 471.000 triliun (kurs Rp 15.000). Karenanya ia berharap agar kongres AS bisa menangguhkan tenggat waktu pembayaran utang tersebut.
"Kami perkirakan Departemen Keuangan tak punya sumber daya yang cukup untuk memenuhi kewajiban jika kongres tak menaikkan atau menangguhkan batas utang pada 5 Juni," tulis Yellen dalam surat kepada Ketua DPR Kevin McCarthy, dikutip dari CNBC, Sabtu (27/5).
Sebaliknya, Yellen menjelaskan Departemen Keuangan akan melakukan pembayaran sebesar US$ 130 miliar tanggal 1 dan 2 Juni. Hal ini membuat cadangan uang mereka yang sudah tipis akan semakin menipis.
Demi menjelaskan betapa tipisnya cadangan uang di Departemen Keuangan, Yellen menyebut pihaknya terpaksa memindahkan dana US$ 2 miliar dari dana pensiun PNS AS ke lembaga pinjaman pemerintah, Federal Financing Bank.
"Selama seminggu sejak tanggal 5 Juni, Departemen Keuangan dijadwalkan melakukan pembayaran utang dan transfer sekitar US$ 92 miliar," lanjut Yellen.
"Tingkat sumber daya yang tersisa sangat rendah menuntut saya melakukan tindakan luar biasa demi menghindari kegagalan memenuhi semua komitmen pemerintah," jelasnya lagi.


MASIH OPTIMIS
Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden tampak optimis dalam menghadapi ancaman gagal bayar utang yang dihadapi negaranya. Sebab ia dan negosiator dari Partai Republik masih berupaya menaikkan plafon utang pemerintah AS.
Padahal negosiasi yang membahas kesepakatan untuk menaikkan plafon utang Paman Sam itu sudah berlangsung berminggu-minggu. Jika negosiasi gagal, AS harus menghadapi bencana ekonomi imbas default atau gagal bayar utang.
"Semuanya tampak baik," kata Biden dengan optimis, dikutip dari Reuters, Sabtu (27/5).
Sementara itu perwakilan partai Republik Patrick McHenry mengatakan dia setuju dengan komentar Biden, sambil mengingatkan bahwa negosiasi belum selesai.
"Semoga (hasilnya baik)," singkat McHenry, salah satu negosiator utama Ketua DPR Kevin McCarthy dengan Gedung Putih. (detikfinance/a)


Baca Juga:



Baca Juga:
Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru